Identifikasi Tingkat Kealamian Agroforestri Berbasis Jati di Banaran, Playen, Gunungkidul
FANI AGESTINA PUTRI, Prof. Dr. Priyono Suryanto, S.Hut., M.Sc., Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Ronggo Sadono, IPM
2024 | Skripsi | KEHUTANAN
Agroforestri
merupakan teknik membangun hutan yang mampu meningkatkan kelas luasan hutan
rakyat di Gunungkidul mencapai 31.672,83 ha. Teknik ini dirancang untuk
membentuk struktur dan komposisi menyerupai hutan alam. Namun, pengelolaan
agroforestri bersifat dinamis, seperti praktik pola tanam tumpangsari, sehingga
perlu dievaluasi menggunakan pendekatan kealamian. Tingkat kealamian adalah
ukuran kealamian yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan alam dan
mengevaluasi perencanaan tata kelola ruang. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi: (1) struktur, komposisi, dan dimensi pertumbuhan tegakan, (2)
penerapan teknik silvikultur, dan (3) tingkat kealamian agroforestri berbasis
jati.
Penelitian ini
dilakukan di Banaran, Playen, Gunungkidul dalam rentang waktu November 2023 –
Juli 2024. Unit lahan yang digunakan sebanyak 12 unit lahan, terdiri dari kelas
luas kecil (<500>2), sedang (500 – 750 m2), dan besar
(>750 m2). Setiap kelas luas dibagi menjadi lahan tumpangsari
aktif dan non aktif. Data tanaman diambil pada setiap tingkat pertumbuhan, sedangkan data
sosial dilakukan wawancara dengan snowball sampling. Analisis data
digunakan metode gabungan, deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) agroforestri berbasis jati di Banaran, Playen,
Gunungkidul terdiri dari tanaman multistrata dan multispesies dengan dimensi
pertumbuhan stabil, Praktik pola tanam dan luasan lahan mempengaruhi struktur,
komposisi, dan dimensi tegakan, (2) penerapan teknik silvikultur terbatas.
Tanaman jati umumnya dilakukan pruning, thinning, dan pemupukan, Pada lahan
tumpangsari aktif,
penerapan teknik silvikultur dilakukan bersamaan dengan tanaman pertanian, (3)
tingkat kealamian dipengaruhi oleh kelas luasan lahan dan praktik pola tanam.
Rentang kealamian lahan tumpangsari aktif berkisar dari 3 – 5, sedangkan lahan
tumpangsari non aktif berkisar dari 6 – 7.
Agroforestry is a
building forests technique that can increase the community forest area in
Gunungkidul to 31.672,83 ha. The goal of this technique is to form a structure
and composition that resembles real forests. However, agroforestry management
is dynamic, such as the practice of intercropping patterns, so it needs to be
evaluated using a naturalness approach. The Naturalness Index is a measure of
naturalness used to describe natural changes and evaluate management and
planning. The purpose of this research is to identify: (1) the structure,
composition, and growth dimensions of stands, (2) the application of
silvicultural techniques, and (3) the naturalness index of teak-based
agroforestry.
This research was
conducted in Banaran, Playen, Gunungkidul between November 2023 and July 2024.
The land units used were 12 land units, consisting of small area classes
(<500>750 m2). Each area class is
divided into active and non-active intercropping land. Plant data were taken at
each growth level, while social data were collected through interviews by
snowball sampling. Data analysis used a combined method, descriptive
qualitative and descriptive quantitative.
This research
showed that: (1) teak-based agroforestry in Banaran, Playen, Gunungkidul
consists of multistratum and multispecies plants with stable growth dimensions.
Intercropping practices and land area affect the structure, composition, and
growth dimensions of stands, (2) the application of silvicultural techniques is
limited. Teak plants are generally pruned, thinned, and fertilized. On active
intercropping land, the application of silvicultural techniques is carried out
simultaneously with agricultural plants, (3) the naturalness level is
influenced by land area class and intercropping practices. The naturalness
range of active intercropping land ranges from 3 to 5, while non-active
intercropping land ranges from 6 to 7.
Kata Kunci : agroforestri, jati, kealamian, tumpangsari