RAGAM POLA HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI HUTAN (KASUS KELOMPOK TANI HUTAN MADUSARI, DUSUN NGRANDU, KATONGAN, NGLIPAR, GUNUNGKIDUL)
MEILANA MASIDAYU, Agus Affianto, S.Hut., M.Si.
2024 | Skripsi | KEHUTANAN
Pada tahun 2023 diketahui bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 25,9 juta jiwa dengan jumlah penduduk miskin daerah perdesaan sejumlah 14,16 juta jiwa. Pada Kabupaten Gunungkidul yang sebagian besar kemiskinannya terjadi di perdesaan, masyarakatnya sangat bergantung terhadap pertanian dan kehutanan. Hutan rakyat merupakan alternatif pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan memenuhi kebutuhan mereka dan meningkatkan pendapatan petani hutan. Namun, banyak petani hutan yang masih kurang memahami manfaat dan teknik pengelolaan hutan rakyat dengan memperhatikan ragam pola hutannya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi ragam pola hutan rakyat dan kontribusinya terhadap pendapatan petani hutan di Dusun Ngrandu, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada responden yaitu seluruh petani hutan rakyat yang termasuk kedalam KTH “Madusari” sebanyak 30 responden. Metode analisis data utama yang digunakan untuk menjawab tujuan adalah analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pengelolaan hutan petani hutan di Dusun Ngrandu menggunakan pengetahuan lokal dan cara tradisional. Ragam pola hutan rakyatnya antara lain pola hutan rakyat (1 komoditas, 2 kombinasi komoditas, 3 kombinasi komoditas, 4 kombinasi komoditas, dan 5 kombinasi komoditas). Persentase kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan pada pola 1 kombinasi komoditas, nilai terbesar adalah komoditas kayu sebesar (3,20%). Pada pola 2 kombinasi komoditas, nilai terbesar adalah kayu-buah sebesar (51,48%). Pada pola 3 kombinasi komoditas, nilai terbesar adalah kayu-obat-madu sebesar (35,35%). Pada pola 4 kombinasi komoditas, nilai terbesar adalah kayu-buah-obat-madu sebesar (94,55%). Sedangkan pada pola 5 kombinasi komoditas, nilai terbesar adalah kayu-pangan-buah-obat-madu sebesar (5,57%).
In 2023, it was reported that the number of poor people in Indonesia reached 25.9 million, with 14.16 million residing in rural areas. In Gunungkidul Regency, where poverty is predominantly rural, the community relies heavily on agriculture and forestry. Privately own forests serve as an alternative method for managing forest resources by the community, aiming to meet their needs and increase forest farmers' income. However, many forest farmers still lack an understanding of the benefits and management techniques of privately own forests, considering the variety of forest patterns. Therefore, research is needed to identify the variety of privately own forest patterns and their contribution to forest farmers' income in Ngrandu Hamlet, Katongan Village, Nglipar District, Gunungkidul Regency.
The method used in this study is a quantitative approach with data collection techniques through interviews with respondents, namely all privately own forest farmers included in the "Madusari" forest farmer group, totaling 30 respondents. The main data analysis method used to achieve the objectives is descriptive statistical analysis.
The research findings show that forest management by farmers in Dusun Ngrandu utilizes local knowledge and traditional methods. The types of forest management patterns include patterns with one commodity, two combinations of commodities, three combinations of commodities, four combinations of commodities, and five combinations of commodities. The percentage contribution of forest management to income in the pattern with one commodity shows that the highest value is from wood commodities (3.20%). In the pattern with two combinations of commodities, the highest value is from wood-fruit (51.48%). In the pattern with three combinations of commodities, the highest value is from wood-medicine-honey (35.35%). In the pattern with four combinations of commodities, the highest value is from wood-fruit-medicine-honey (94.55%). In the pattern with five combinations of commodities, the highest value is from wood-food-fruit-medicine-honey (5.57%).
Kata Kunci : hutan rakyat, pengelolaan, ragam pola, kontribusi