STRATEGI PERMINTAAN MAAF OLEH MAHASISWA JEPANG SEBAGAI PEMBELAJAR EFL
MADE WIDIADNYANI, Dr. Adi Sutrisno, M.A.
2024 | Skripsi | SASTRA INGGRIS
Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki strategi permintaan maaf dalam bahasa Inggris yang
dihasilkan oleh mahasiswa Jepang sebagai pembelajar EFL dari berbagai
tingkat kemahiran dan untuk mengidentifikasi transfer budaya dari norma L1 ke
kompetensi linguistik dalam bahasa Inggris sebagai L2. Data dikumpulkan dengan
metode Discourse Completion Task (DCT) dengan 5 situasi yang berbeda
kepada 2 pendengar yang berbeda (teman sekelas dan dosen) yang diberikan kepada
40 mahasiswa Jepang dengan tingkat kemahiran bahasa Inggris yang berbeda; 6
mahasiswa pada Tingkat CEFR B1, 23 mahasiswa pada Tingkat CEFR B2, dan 11
mahasiswa pada tingkat CEFR C1. Secara keseluruhan, terdapat 400 tanggapan yang
dihasilkan oleh para responden. Tanggapan tersebut dibagi berdasarkan
pendengar, dikategorikan berdasarkan teori Strategi Permintaan Maaf yang
dicetuskan dalam proyek Cross-Cultural Speech Act Realization Patterns
(CCSARP) (Cohen & Olsthain, 1981; Blum-Kulka, House dkk., 1989) untuk
menemukan strategi permintaan maaf yang digunakan oleh setiap kategori tingkat
kemahiran, dan diselidiki dengan penjelasan norma budaya Jepang untuk
mengidentifikasi transfer budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan
tingkat CEFR B2 menghasilkan jumlah strategi permintaan maaf terbanyak dan
semua kategori cenderung menggunakan strategi permintaan maaf kepada profesor
daripada teman sekelas. Strategi permintaan
maaf yang paling banyak digunakan oleh semua kategori adalah IFID dan
Intensifier. Transfer budaya yang ditemukan adalah penggunaan beberapa kalimat
permintaan maaf dalam bahasa Jepang yang secara harfiah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris.
This study aims to investigate the apology strategies in the English
language produced by Japanese students as EFL learners from varied proficiency
levels and to identify the cultural transfer from the L1 norm to linguistic
competence in the English language to L2. The data were collected by the
Discourse Completion Task (DCT) method with 5 different situations to 2
different power hearers (classmate and professor) given to 40 Japanese students
with different English proficiency levels; 6 students at the B1 CEFR level, 23
students at the B2 CEFR level, and 11 students at the C1 CEFR level. In total, 400
responses were produced by the respondents. The responses were divided based on
the hearers and categorised based on the theory of Apology Strategies coined in
the project of Cross-Cultural Speech Act Realization Patterns (CCSARP)
(Cohen & Olsthain, 1981; Blum-Kulka, House et al., 1989) to find the apology
strategies used by each proficiency level category, and investigated with the
Japanese cultural norm explanation to identify the cultural transfer. The
results showed that the respondents at the B2 CEFR level produced the highest
number of apology strategies, and all categories tended to use apology
strategies to a professor rather than a classmate. The apology strategies that
are mostly used by all categories are IFID and Intensifier. The cultural
transfer found is in the usage of several Japanese apology sentences that are
literally translated into the English language.
Kata Kunci : Apology strategies, EFL proficiency level, Japanese, cultural transfer