Pola Pengobatan dan Luaran Terapi Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid di RS Akademik UGM Periode Januari-Desember 2023
NABILA AMALIA PUTRI, Dr. apt. Sekar Ayu Pawestri, S.Farm.; apt. Woro Harjaningsih, Sp. FRS.
2024 | Skripsi | FARMASI
Demam tifoid disebabkan oleh adanya infeksi dari Salmonella
typhi. Indonesia merupakan negara endemik tifoid dan rata-rata angka
kesakitan sekitar 500/100.000 per penduduk tiap tahunnya. Penatalaksanaan utama
terapi infeksi demam tifoid adalah antibiotik. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik serta gambaran luaran terapi
berupa penurunan suhu tubuh dan lama rawat inap pada pasien terdiagnosis demam
tifoid periode Januari-Desember 2023 di instalasi rawat inap RS Akademik UGM.
Penelitian
deskriptif ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Data
diambil secara retrospektif terhadap rekam medis pasien dan dikumpulkan
menggunakan lembar pengumpulan data yang berisikan karateristik pasien,
karakteristik penyakit, riwayat pengobatan antibiotik dan non-antibiotik, lama
rawat inap, serta data suhu tubuh pasien. Luaran terapi pasien dikaji secara
deskriptif melalui besar penurunan suhu tubuh dan lama rawat inap pasien.
Hasil penelitian menunjukkan dari 139 pasien demam
tifoid, mayoritas terjadi pada perempuan (53,2%) dengan rentang usia 12-25
tahun (28%) yang terdeteksi dengan menggunakan metode Tubex TF (80,6%). Antibiotik
yang terbanyak digunakan oleh pasien adalah golongan sefalosporin yakni
seftriakson (56,8%) dan levofloksasin dari golongan fluorokuinolon (26,6%).
Luaran terapi penggunaan seftriakson tunggal memiliki rerata penurunan suhu
sebesar 1,3°C dengan rerata lama rawat inap selama 5,7 hari. Sementara, untuk
levofloksasin tunggal rerata penurunan suhu terjadi sebesar 1°C dengan rerata
lama rawat inap 5,1 hari.
Typhoid fever is caused by an
infection of Salmonella typhi. Indonesia is an endemic country for typhoid,
with an average morbidity rate of around 500/100,000 population each year. The
main treatment for typhoid fever infection is antibiotics. The aim of this
study is to understand the pattern of antibiotic use and the therapeutic
outcomes, including the reduction in body temperature and length of hospital
stay, in patients diagnosed with typhoid fever from January to December 2023 at
the inpatient facility of UGM Academic Hospital.
This descriptive study employs a
cross-sectional design with a retrospective approach to patient medical
records, gathered using a collection sheet containing patient characteristics,
disease characteristics, history of antibiotic and non-antibiotic treatment,
length of hospital stay, and patient body temperature data. Patient therapeutic
outcomes were assessed descriptively through the extent of temperature
reduction and length of hospital stay.
The results showed that out of 139 typhoid fever
patients, majority were female (53.2%) and within the age range of 12-25 years
(28%). Tubex TF was the most used method to detect typhoid infection (80.6%). The most used antibiotics by patients were cephalosporins, specifically
ceftriaxone (56.8%), and levofloxacin as from the fluoroquinolone class
(26.6%). The
therapeutic outcome of using ceftriaxone alone resulted in an average body
temperature reduction of 1.3°C with an average hospital stay of 5.7 days. Meanwhile,
for levofloxacin the average temperature reduction was 1°C with an average
hospital stay of 5.1 days.
Kata Kunci : demam tifoid, antibiotik, pola penggunaan, luaran terapi
