ANALISIS POLA SEBARAN SPASIAL INDEKS TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAWA TENGAH
AGUNG TRI YULIANTO, Surani Hasanati, S.Si., M.Sc.
2024 | Skripsi | PEMBANGUNAN WILAYAH
Kondisi sosial ekonomi berupa kemiskinan dan ketimpangan wilayah serta penurunan
kondisi lingkungan menunjukkan adanya ketidakselarasan antara pembangunan yang
terjadi di Provinsi Jawa Tengah dengan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil capaian TPB dan pola
sebaran spasialnya dalam upaya untuk merumuskan arahan rekomendasi peningkatan
capaian TPB di Provinsi Jawa Tengah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini seutuhnya merupakan data
sekunder yang diperoleh melalui instansi daerah dengan rentang waktu yang
digunakan pada tahun 2019 – 2023. Profil capaian indeks TPB diolah melalui
normalisasi data, agregasi indeks, dan pengkelasan menggunakan metode equal
interval, serta analisis tren perubahan yang selanjutnya dilakukan analisis
melalui analisis deskriptif kuantitatif. Pola sebaran spasial TPB diolah
melalui Global Moran’s I, Moran’s Scatterplot, dan Local Indicator of Spatial
Assocation (LISA). Serta arahan rekomendasi peningkatan capaian TPB
dilakukan melalui analisis deskriptif kualitatif.
Indeks TPB
Provinsi Jawa Tengah tahun 2023 memiliki nilai sebesar 64,18 dimana Kota
Semarang memiliki indeks TPB tertinggi dengan nilai 72,02 sedangkan Kabupaten
Purbalingga merupakan wilayah dengan indeks TPB terendah dengan nilai 36,48.
Provinsi Jawa Tengah menunjukkan adanya tren penurunan meskipun dengan gradien
yang sangat landai sebesar -0,03. Berdasarkan pada nilai indeks Global Moran’s
I diketahui bahwa pada tahun 2023, indeks TPB Provinsi Jawa Tengah memiliki
pola mengelompok (clustered). Autokorelasi lokal pada indeks TPB terjadi
secara mengelompok dengan adanya hotspot (High-High) pada sisi tenggara
meliputi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Wonogiri, dan Kota Surakarta. Sementara di sisi barat laut provinsi
terdapat adanya area coldspot (Low-Low) meliputi Kota Tegal, Kabupaten
Tegal, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Pekalongan, dan
Kabupaten Pemalang. Serta terdapat Kabupaten Banyumas yang berada pada kuadran
High-Low.
Socio-economic conditions such as poverty and regional inequality,
as well as environmental degradation, indicate a misalignment between the
development occurring in Central Java Province and sustainable development.
Therefore, this study aims to determine the profile of SDG achievements and
their spatial distribution patterns to formulate recommendations for improving
SDG achievements in Central Java Province.
The data used in this research is entirely secondary data obtained
through local agencies, covering the period from 2019 to 2023. The SDG
achievement index profile was processed through data normalization, index
aggregation, and classification using the equal interval method, as well as
trend analysis which was then analyzed through quantitative descriptive
analysis. The spatial distribution patterns of the SDGs were processed using
Global Moran’s I, Moran’s Scatterplot, and Local Indicator of Spatial
Association (LISA). Recommendations for improving SDG achievements were made
through qualitative descriptive analysis.
In 2023, the SDG index of Central Java Province had a value of
64.18, with Semarang City having the highest SDG index at 72.02, while
Purbalingga Regency had the lowest SDG index at 36.48. Central Java Province
showed a downward trend, albeit with a very slight gradient of -0.03. Based on
the Global Moran’s I index value, it is known that in 2023, the SDG index of
Central Java Province exhibited a clustered pattern. Local autocorrelation of
the SDG index occurred in clusters, with hotspots (High-High) in the southeast
including Boyolali Regency, Sukoharjo Regency, Karanganyar Regency, Wonogiri
Regency, and Surakarta City. Meanwhile, in the northwest of the province, there
were coldspot areas (Low-Low) including Tegal City, Tegal Regency, Purbalingga
Regency, Banjarnegara Regency, Pekalongan Regency, and Pemalang Regency.
Additionally, Banyumas Regency was located in the High-Low quadrant.
Kata Kunci : Indeks TPB, pola sebaran spasial, autokorelasi spasial