Analisis Kelembagaan dan Keberlanjutan Kelompok Usaha Garam di Kabupaten Kebumen
Syifa Fauziyah, Prof. Suadi, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Djumanto, M.Sc.
2024 | Tesis | S2 ILMU PERIKANAN
Salah satu upaya menekan angka impor garam Indonesia yaitu dengan pembentukan Kelompok Usaha Garam (KUGAR). Garam pesisir Kabupaten Kebumen memiliki nilai ekonomi yang tinggi tetapi kesulitan dalam menemukan pasar. KUGAR menjadi sumber daya milik bersama yang memiliki kompleksitas sistem sosial-ekologi yang menciptakan tantangan pengelolaan dan menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan KUGAR. Kerangka kerja Ostrom yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan sistem sosial-ekologi menarik digunakan dalam menjawab tujuan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan karakteristik KUGAR sebagai sistem sosial-ekologi (SES) yang kompleks dan menilai keberlanjutan KUGAR dari interaksi komponen dalam SES. Penelitian ini merupakan studi kasus pada enam dari 25 KUGAR di Kabupaten Kebumen yaitu KUGAR Jagad Kidul, Jaga Sari Asin, Cirat Segara Renges, Lestari Sejahtera, Pandan Kuning Berkah Samudra, dan Sinar Usaha. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari enam KUGAR mampu berlanjut hingga saat ini yaitu KUGAR Cirat Segara Renges, Pandan Kuning Berkah Samudra, dan Sinar Usaha. Namun, hanya satu dari enam KUGAR yang sangat berhasil baik dalam kinerja sosial, ekonomi, dan ekologinya: KUGAR Pandan Kuning Berkah Samudra. Temuan dari KUGAR ini menunjukkan hasil positif pada sembilan variabel dan nilai sedang pada satu variabel yaitu jaringan komersil. Dua KUGAR lain yang mampu berlanjut memiliki lima dari sepuluh variabel dengan hasil positif. Terdapat kesamaan variabel penting yang mampu mempertahankan keberlanjutan pada ketiga KUGAR tersebut yaitu fasilitas yang lengkap, nilai ekonomi yang tinggi, dan ketergantungan anggota akan sumber daya. Anggota yang memiliki ketergantungan pada usaha garam yang lebih tinggi terhadap KUGAR lebih berpotensi memiliki kemauan untuk menjalankan dan menjamin keberlanjutan KUGAR.
One of the efforts to reduce the number of salt imports in Indonesia is by establishing salt business groups (Kelompok Usaha Garam = KUGAR). Salt from the coast of Kebumen Regency has high economic value but faces difficulties in finding a market. KUGAR serves as a common-pool resource with a complex socio-ecological system that creates management challenges and raises concerns about the sustainability of KUGAR. The Ostrom framework, used to analyze the sustainability of socio-ecological systems, is compelling for addressing the objectives of this study. This study aims to present the characteristics of KUGAR as a complex socio-ecological system (SES) and assess the sustainability of KUGAR based on the interaction of components within the SES. This research is a case study of six out of 25 KUGAR in Kebumen Regency, namely KUGAR Jagad Kidul, Jaga Sari Asin, Cirat Segara Renges, Lestari Sejahtera, Pandan Kuning Berkah Samudra, and Sinar Usaha. Data collection employed observation techniques, interviews, and literature studies. The results show that three out of six KUGARs have managed to sustain their operations: KUGAR Cirat Segara Renges, Pandan Kuning Berkah Samudra, and Sinar Usaha. However, only one out of the six demonstrates significant success in social, economic, and ecological performance: KUGAR Pandan Kuning Berkah Samudra. Findings from this KUGAR reveal positive outcomes in nine variables and moderate performance in one variable, namely commercial networks. The other two sustainable KUGARs exhibit positive results in five out of ten variables. There are common variables contributing to sustainability across these three KUGARs: complete facilities, high economic value, and member dependence on resources. Members who have a higher dependence on the salt business towards KUGAR are more likely to have the willingness to run and guarantee the sustainability of KUGAR.
Kata Kunci : Garam, Kabupaten Kebumen, keberlanjutan, kelembagaan, sistem sosial-ekologi, Institutional, Kebumen Regency, salt production, social-ecological systems, sustainability