PENGOLAHAN GAS ALAM DARI SUMUR DI BANYU URIP MENJADI GAS PIPA DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 74.015 TON/TAHUN
JUITA MAHARANI, Ir. Moh. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D., IPU
2024 | Skripsi | TEKNIK KIMIA
Gas
alam merupakan sumber energi primer ketiga di Indonesia yang banyak digunakan
pada berbagai sektor. Saat ini, gas alam sudah banyak dimanfaatkan baik pada
skala industri ataupun skala yang lebih kecil, seperti restoran, perkantoran,
dan perumahan. Peningkatan pemanfaatan gas alam sebagai sumber energi di
Indonesia yang lebih ramah lingkungan saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan
oleh pemerintah melalui pembangunan berbagai infrastruktur pendukung gas bumi. Oleh
karena itu, pembangunan pabrik pemrosesan gas alam di Indonesia dari
sumur-sumur gas baru yang ditemukan memegang peranan penting dalam peningkatan kapasitas
produksi gas alam. Apalagi, dalam neraca gas nasional disebutkan bahwa terdapat
kemungkinan defisit gas apabila produksi gas alam tidak dikembangkan dengan
baik.
Pada tugas perancangan ini dilakukan
pengolahan gas bumi dari sumur yang baru ditemukan menjadi produk gas yang akan
dialirkan melalui pipa transmisi. Sumur gas tersebut berada di daerah Banyu
Urip yang berada di Kabupaten Bojonegoro. Bahan baku dalam pemrosesan ini sudah
jelas merupakan gas alam yang berasal dari sumur tersebut. Jumlah gas beserta
pengotornya yang akan diolah sebesar 363.897 ton/tahun Adapun produknya adalah
gas hasil pemurnian yang sudah sesuai spesifikasi gas pipa. Kapasitas produksi
pabrik ini sebesar 74.015 ton /tahun. Pabrik beroperasi tersebut akan
beroperasi selama 24 jam dalam satu hari dan 330 hari dalam 1 tahun.
Gas yang berasal dari sumur tidak
dapat langsung dijual ke pelanggan pengguna bahan bakar gas karena masih banyak
mengandung impurities. Komposisi gas bumi yang kami dapatkan dan kami
gunakan dalam perancangan ini mengandung beberapa pengotor yang harus dihilangkan
seperti, air, H2S dan CO2. Gas alam ini dimurnikan hingga
memenuhi target spesifikasi gas yang dipersyaratkan. Air dipisahkan melalui dua
tahap pemisahan, yaitu melalui separator dan proses dehidrasi menggunakan
solven Triethyleneglycol (TEG). Semenetara kandungan gas asam
yang terdiri dari CO2 dan H2S dihilangkan melalui prose gas
sweetening. Proses ini merupakan proses absorpsi gas asam menggunakan
solven Methyldiethanolamine (MDEA). Setelah melalui proses–proses
tersebut target spesifikasi gas alam sudah terpenuhi sehingga dianggap proses
sudah cukup.
Sebagai
komponen pendukung proses, utilitas menyediakan kebutuhan listrik, air, dan
udara yang akan digunakan. Pada saat pabrik beropreasi bagian utilitas jumlah
listrik yang perlu disuplai sebesar 2,68 MW. Kebutuhan air sungai yang akan
diolah di utiilitas sebanyak 75,46 m3/jam. Air ini diambil dari
sumber air terdekat pada lokasi pabrik, yaitu Sungai Bengawan Solo. Adapun kebutuhan
udara instrumen untuk menggerakkan alat kontrol sebesar 330 m3/jam dan
kebutuhan udara untuk pebakaran boiler sejumlah 4.095.653, 39 m3/jam.
Pada perhitungan ekonomi, pabrik
memiliki nilai fixed capital sebesar $13.526.635 + Rp72.262.688.838, working capital sebesar
$3.294.690 + Rp8.469.710.876. Nilai ROI before tax 55,99%,
ROI after tax 44,79%, POT before tax 1,52, ROI after tax
1,83, DCFR 39%, BEP 29,24%, dan SDP 12,81%. Sensityvity analysis menunjukkan
bahwa harga jual produk adalah parameter yang paling berpengaruh terhadap
perubahan DCFRR. Berdasarkan perhitungan nilai kelayakan pabrik, sudah menarik
untuk dikaji lebih lanjut. Pabrik ini tergolong pabrik low risk karena
pabrik sejenis sudah ada sebelumnya dan pasarnya terjamin. Selain itu, nilai
BEP rendah dan semua komponen parameter analisis keuntungan menunjukkan bahwa
pabrik ini layak dijalanlankan.
Natural gas is the third primary energy
source in Indonesia which is widely used in various sectors. Currently, natural
gas is widely used both on an industrial scale and on a smaller scale, such as
in restaurants, offices, and housing. Increasing the use of natural gas as an
energy source in Indonesia that is more environmentally friendly is currently
being intensively carried out by the government by constructing various
supporting infrastructures for natural gas. Therefore, creating a natural gas
processing plant in Indonesia from newly discovered gas wells plays an
important role in increasing natural gas production capacity. Moreover, the
national gas balance states that there is a possibility of a gas deficit if
natural gas production is not developed properly.
In
this design task, processed natural gas from newly discovered wells into gas
products that will be distributed through transmission pipes. The gas well is
located in the Banyu Urip area in Bojonegoro Regency. The raw material in this
process is natural gas from the well. The amount of gas and its impurities that
will be processed is 363.897
tons/year The product is purified gas that
meets the specifications for piped gas. The production capacity of this factory
is 74,015 tons/year. The operating plant will operate for 24 hours a day and
330 days a year.
The
gas from the well cannot be directly sold to gas fuel customers because it
still contains many impurities. The composition of the natural gas that we
obtain and use in this design contains several impurities that must be removed,
such as water, H2S, and CO2. This natural gas is purified
to meet the required gas specification targets. Water is separated through two
stages of separation, namely through a separator and a dehydration process
using Triethyleneglycol (TEG) solvent. Meanwhile, the acid gas content
consisting of CO2 and H2S is removed through the
gas-sweetening process. This process is a process of absorbing acid gas using
methyldiethanolamine (MDEA) solvent. After going through these processes, the
natural gas specification targets have been met so that the process is
considered sufficient.
As
a supporting component of the process, utilities provide the electricity,
water, and air that will be used. When the plant is operating, the utility part
of the amount of electricity that needs to be supplied is 2,68 MW. The process
need 75,46 m3/hour water from river. This water is taken from the
nearest water source to the plant location, namely Bengawan Solo River. The
need for instrument air to drive the control device is 330 m3/hour
and the need for air for boiler combustion is 4.095.653,39 m3/hour.
In
economic calculations, the factory has a fixed capital value $13.526.635+ Rp72.262.688.838,
working capital value $3.294.690 + Rp8.469.710.876. The value of ROI before tax
is 55,99%, ROI after tax is 44,79%, POT before tax is 1,52, POT after tax is 1,83,
DCFRR 39%, BEP 29,24%, SDP 12,81%. Sensitivity analysis shows that the selling
price of the product is the parameter that most influences changes in DCFRR.
Based on the calculation of the factory's feasibility value, this plant is
interesting to study further. This factory is classified as a low-risk factory
because there are several of the same plants that already operate well and the
market target is guaranteed. Additionally, the BEP value is low and all components
of profit analysis parameter indicate that this plant is feasible to operate.
Kata Kunci : gas bumi, gas pipa, pengolahan gas/natural gas, pipe gas, gas processing