Aktivitas perkreditan di Karesidenan Pekalongan tahun 1901-1939
DARINI, Ririn, Prof.Dr. Bambang Purwanto, MA
2004 | Tesis | S2 SejarahTujuan penulisan tesis ini adalah untuk mengungkapkan kegiatan perkreditan yang berlangsung di pedesaan Karesidenan Pekalongan pada tahun 1901-1939. Meluasnya ekonomi uang dalam kehidupan desa di Karesidenan Pekalongan secara umum berlangsung pada awal abad ke-19. Monetisasi menyebabkan masyarakat pedesaan menjadi tergantung pada uang. Kesenjangan antara pengeluaran dan pemasukan, menyebabkan penduduk desa memerlukan kredit untuk menyeimbangkan anggarannya. Kegiatan perkreditan yang berkembang di Karesidenan Pekalongan utamanya dilakukan oleh orang-orang Cina, Arab, dan pribumi kaya. Pemerintah Kolonial menganggap bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan oleh pelepas uang menyebabkan merosotnya ekonomi rakyat. Pemerintah memandang bahwa penyediaan fasilitas kredit yang layak merupakan jalan yang paling penting untuk mengangkat sosial ekonomi rakyat. Pemerintah kemudian membentuk tiga tipe lembaga kredit, yaitu lumbung desa, bank desa, dan bank daerah. Di samping itu pemerintah juga mengeluarkan aturan hukum untuk memerangi lintah darat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur tangan negara dalam perkreditan rakyat tidak berhasil dengan baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya tunggakan pada lembaga-lembaga kredit negara. Akibatnya kehadiran lembaga kredit negara itu justru semakin meningkatkan beban hutang di pedesaan. Sementara itu, kegiatan para pelepas uang juga masih terus berlangsung. Sebagian masyarakat menganggap bahwa pinjaman yang diberikan pelepas uang dapat membantu mereka dalam menjalankan usaha ekonomi kecilnya.
The aim of this thesis is to show the credit activity in villages of the Pekalongan Residency in 1901-1939. The penetration of money into the village life in Pekalongan Residency is generally considered happened in the early of the nineteenh century. Monetisation made the villagers depended on money. The time-lag between the expenditure and the income caused the villager to take some credit to balance their budget. The credit activity in the Pekalongan Residency was handled by Chinese, Arabian, and the rich indigenous. The colonial government claimed that the money lenders activity created the damage of the villager’s economy. They viewed that the provision of proper credit facilities was one of the most essential social-economic lever. That is why, three types of lending institution, desa lumbung, desa banken, and afdeelingsbanken, were created to help the villagers. Beside, government made legal action against the money lenders. The result of this research shows us that the state intervention on popular credit was failed. It was showed by the number of arrears on state credit. As a result, the presence of state credit increased the rural indebtness. Meanwhile, the activity of money lenders still went on. Some of the villagers thought that the money lenders had helped them running their economic activity.
Kata Kunci : Sejarah Indonesia,Karesidenan Pekalongan 1901,1939,Perkreditan, Monetisation, Credit, Money Lender