PUSAT REHABILITASI KORBAN KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN PENDEKATAN DESAIN BIOFILIK DI KOTA YOGYAKARTA
JESSICA MAGDALENA, Prof. Dr. Ing. Ir. Eugenius Pradipto
2024 | Skripsi | ARSITEKTUR
Kekerasan adalah sebuah tindakan yang satu orang atau lebih lakukan yang bisa menimbulkan luka fisik dan/atau luka batin pada orang lain sehingga menyebabkan orang tersebut tidak bisa mendewasakan atau mematangkan diri. Kekerasan tersebut merupakan bentuk-bentuk perampasan kebebasan dan penindasan pada individu. Secara dampak umum kekerasan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kekerasan fisik, kekesaran psikologis, dan kekerasan seksual.
Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Pengendalian Penduduk Yogyakarta (DP3AP2), DIY memiliki rasio kasus kekerasan (jumlah kasus:jumlah penduduk) tertinggi di Indonesia dengan rasio kekerasan anak sebesar 5,05 dan rasio kekerasan perempuan sebesar 5,2. Korban kekerasan bisa mendapat dampak fisik dan psikis, dimana dampak psikis lebih sulit disembuhkan atau bahkan bersifat permanen. Dampak psikis ini dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik jangka panjang seperti tekanan darah tinggi.
DIY sendiri sudah memiliki beberapa lembaga pelayanan untuk korban kekerasan baik milik pemerintah maupun swasta. Lembaga-lembaga ini masih terfokuskan pada pelayanan bentuk non-fisik saja seperti sesi konseling. Padahal pelayanan bentuk fisik berupa wadah sesi konseling itu juga sangat berpengaruh pada proses penyembuhan. Dibandingkan dengan preseden di negara-negara lain, wadah fasilitas untuk korban kekerasan di Indonesia khususnya Yogyakarta masih kurang memadai dan efektif.
Desain biofilik adalah konsep arsitektural untuk membina hubungan positif antara manusia dan alam sehingga menciptakan ruang yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia secara fisik dan mental. Pertimbangan faktor alam pada desain arsitektural secara detail dapat meningkatkan efektifitas penyembuhan korban terutama dalam hal pengurangan stress, peningkatan performa kognitif, serta pengaruh terhadap emosi, mood, dan preferesi.
Desain biofilik diaplikasikan pada aspek massa, zoning, sirkulasi, orientasi, tata hijau, dan aspek lainnya pada bangunan untuk memberikan kenyamanan dan manfaat yang dibutuhkan oleh para korban. Hal ini dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan para korban yang berbeda baik perempuan dewasa, anak remaja, anak-anak, atau balita serta perbedaan gender laki-laki dan perempuan pada anak.
Berdasarkan studi pustaka, studi kasus pusat rehabilitasi korban kekerasan di negara-negara lain, serta studi lapangan dan wawancara mengenai sistem penanganan korban kekerasan di Yogyakarta, disusunlah konsep dasar pusat rehabilitasi korban kekerasan perempuan dan anak dengan pendekatan desain biofilik. Pusat rehabilitasi ini diharapkan dapat menjadi zona aman dan nyaman bagi para korban untuk melakukan pemulihan dan pengembangan diri.
Violence is an action carried out by one person or more that cause injury, both physical and/or non-physical to anyone else that cause that person being unable to actualize herself/himself because of the forms of deprivation of individual freedom and oppression shown to them. In general, violence is divided into 3 types which are physical violence, psychological violence, and sexual violence.
Based on data from Yogyakarta Women’s Empowerment, Child Protection and Population Control Service (DP3AP2), DIY has the highest ratio of violence cases (number of cases:number of population) in Indonesia with child violence ratio of 5.05 and female violence ratio of 5.2. Victims of violence can experience physical and psychological impacts, where the psychological impacts are more difficult to cure or even can be permanent. This psychological impact can also cause long-term physical health problems such as high blood pressure.
DIY itself already has several service institutions for victims of violence, both government and private sector. These institutions are still focused on non-physical services only such as counseling sessions. In fact, the physical form of service such as the room, the building, and the environment itself can also very influential on the healing process. Compared with precedents in other countries, Facilities for victims in Indonesia, especially Yogyakarta are still inadequate and ineffective.
Biophilic design is an architectural concept for fostering a positive relationship between humans and nature, thereby producing spaces that can improve human well-being both physically and mentally. Considering natural factors in detailed architectural design can increase the effectiveness of healing for victims, especially in terms of reducing stress, increasing cognitive performance, as well the influence on emotions, mood, and preferences.
Biophilic design is applied to some aspects such as massing, zoning, circulation, orientation, green planning, and other aspects of buildings to provide the comfort and benefits needed by victims. This is while still considering the different needs of victims, whether adult women, teenagers, children, or toddlers, as well as gender differences between girl or boy.
Based on literature studies, case studies of rehabilitation centers for victims of violence.in other countries, as well as field studies and interviews regarding the system for handling violence victims in Yogyakarta, a basic concept for a rehabilitation center for victims of violence against women and children was arranged using a biophilic design approach. It is hoped that this rehabilitation center can become a safe and comfortable zone for the victims to recover and develop themselves.
Kata Kunci : Pusat Rehabilitasi, Korban Kekerasan, Perempuan dan Anak, Arsitektur Biofilik