Prarancangan Pabrik Blue Methanol dari Gas Alam dengan Kapasitas 700.000 ton/tahun
MUHAMMAD AKBAR ARIFFANDI, Ir. Muhammad Mufti Azis, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM.
2024 | Skripsi | TEKNIK KIMIA
Metanol (CH3OH), merupakan senyawa kimia yang
memiliki banyak aplikasi di dalam industri seperti bahan baku pembuatan
biodiesel dan sejumlah senyawa kimia lainnya seperti formaldehyde, MBTE, olefins, serta acetic acid. Pada saat ini hanya terdapat satu pabrik metanol di
Indonesia dengan produksi sebesar 660.000 ton per tahun. Sedangkan permintaan
metanol diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi
biodiesel dan sejumlah industri turunan metanol lainnya. Disisi lain, berbagai
upaya dilakukan di seluruh dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang
mengakibatkan pemanasan global ke ‘tingkat nol’ atau ‘zero level’. Oleh karena
itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap metanol serta upaya
pengurangan emisi karbon, maka dibuatlah Pabrik Blue Methanol dengan
kapasitas 700.000 ton metanol grade-AA (99,85%) per tahun yang merupakan pabrik
konvensional metanol dengan kombinasi teknologi carbon capture sehingga karbon dioksida yang dihasilkan akan
ditangkap dan digunakan dalam proses lanjutan atau disimpan.
Proses produksi metanol terdiri dari 4 tahap utama yaitu
desulfurisasi, reforming, sintesis metanol, dan pemurnian. Tahapan desulfurasi
dilakukan dengan dua tahapan, yaitu konversi sulfur organic menjadi anorganik
menggunakan katalis MoCoNi, dan adsorbsi sulfur organik dengan adsorbent ZnO
dan polisher CuO. Tahapan reforming melibatkan
tiga langkah pada tiga alat yaitu prereformer,
steam reformer, dan autothermal
reformer dengan katalis NiO. Sedangkan untuk tahapan sintesis, syngas hasil reformasi dikonversi
menjadi metanol dengan katalis Cu/Zn/Al. Pabrik ini membutuhkan sebesar 423.323,402
ton per tahun gas alam yang disuplai dari BP Tangguh LNG.
Pabrik ini direncanakan di bangun pada Kawasan Industri
Bintuni yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat seluas 70.000 m2.
Pabrik ini akan mempekerjakan 257 karyawan saat mulai beroperasi. Kebutuhan air
laut untuk operasi pabrik adalah sebesar 21,8 m3/jam yang diperoleh
dari Laut Seram. Kebutuhan listrik sebesar 3.223,455 kW disuplai dari kompleks
utilitas BP Tangguh LNG. Produk samping berupa gas CO2 digunakan
sebagai gas injeksi pada natural gas
reservoir BP Tangguh LNG untuk mendorong produksi gas alam.
Total investasi yang diperlukan untuk membangun dan
mengoperasikan pabrik ini sebesar $ 185.864.229,68. Secara ekonomi, Pabrik Blue Methanol ini digolongkan ke dalam
kategori low risk. Beberapa parameter
kelayakan ekonomi digunakan untuk mengevaluasi prospek pabrik ini. Parameter
tersebut diantaranya ROI before tax pabrik
ini sebesar 22,83%; POT before tax
sebesar 2,15; DCFRR sebesar 26,8%; dan BEP pada produksi sebesar 56,81%.
Seluruh parameter tersebut telah memenuhi ambang batas untuk pabrik pada
kategori low risk. Dengan demikian,
Pabrik Blue Methanol layak secara
ekonomi untuk dikaji lebih lanjut pada studi yang lebih komprehensif.
Methanol (CH3OH),
is a chemical compound with many applications in industry, such as raw material
for biodiesel synthesis and several other chemical compounds such as
formaldehyde, MBTE, olefins, and acetic acid. Currently, there is only one
methanol plant in Indonesia with a production of 660,000 tons per year.
Meanwhile, the demand for methanol is expected to continue to increase along
with increasing consumption of biodiesel and several other methanol derivative
industries. On the other hand, various efforts are being made globally to
reduce greenhouse gas emissions which result in global warming to 'zero level'.
Therefore, to meet the community's need for methanol and efforts to reduce
carbon emissions, a Blue Methanol Plant is planned to be built with a capacity
of 700,000 tons of AA-grade methanol (99.85%) per year which is a conventional
methanol plant with a combination of carbon capture technology so that carbon
dioxide generated will be captured and used in further processing or stored.
The methanol
production process consists of 4 main stages, namely desulfurization,
reforming, methanol synthesis, and purification. The desulfuration stage is
carried out in two stages, the conversion of organic sulfur to inorganic using
a MoCoNi catalyst, and adsorption of organic sulfur using a ZnO adsorbent and
CuO polisher. The reforming stage involves three steps in three equipments,
namely a prereformer, steam reformer, and autothermal reformer with a NiO
catalyst. Meanwhile, for the synthesis stage, the reformed syngas is converted
into methanol using a Cu/Zn/Al catalyst. This plant requires 423,323,402 tonnes
per year of natural gas supplied from BP Tangguh LNG.
This Plant is
planned to be built in the Bintuni Industrial Area in Teluk Bintuni Regency,
West Papua covering an area of ??70,000 m2. The plant will employ 257 employees
when it starts operations. The amount of seawater needed for plant operations
is 21.8 m3/hour obtained from the Seram Sea. The electricity consumption of
3,223,455 kW is supplied from the BP Tangguh LNG utility complex. The
by-product which is CO2 gas is used as injection gas in the BP Tangguh LNG
natural gas reservoir to enhance natural gas production.
The total
investment required to build and operate this plant is $185,864,229.68.
Economically, the Blue Methanol Plant is classified in the low-risk category.
Several economic feasibility parameters are used to evaluate the prospects of
this plant. These parameters include the plant’s ROI before tax of 22.83%; POT
before tax of 2.15; DCFRR of 26.8%; and BEP in production scale of 56.81%. All
of these parameters have met the threshold for plants in the low-risk category.
Thus, the Blue Methanol Plant is economically feasible to study further in a
more comprehensive study.
Kata Kunci : blue methanol, carbon capture, gas alam, sintesis