Swasembada dan Impor Beras, 1966-1998
LIA SEPTIANA DEWI, Nur Aini Setiawati, Ph.D
2024 | Skripsi | ILMU SEJARAH
Sejak masa awal Orde Baru, Indonesia menggantungkan persediaan pangan
yaitu beras dengan melakukan impor. Kondisi tersebut menginisiasi pemerintah
Orde Baru untuk melakukan peningkatan produksi beras melalui pengadaan
program pertanian dan diterapkannya kebijakan pangan. Selain itu, pemerintah
Orde Baru juga membentuk badan yang bertugas secara utuh untuk mengurusi
bahan pangan bernama BULOG. Aspek-aspek inilah yang nantinya akan
menghantarkan Indonesia mencapai Swasembada Beras pada tahun 1984 yang
ditandai dengan surplus produksi beras. Adanya surplus menjadikan pemerintah
tidak harus kembali mengimpor beras dari negara lain dan dapat mengandalkan
persediaan di dalam negeri. Akan tetapi, kondisi pangan pasca Swasembada Beras
tidak menunjukkan perkembangan yang berarti, justru sebaliknya. Indonesia
kembali menggantungkan persediaan pangan pada impor beras karena pemerintah
mengalami kegagalan dalam meningkatkan produksi beras dalam negeri. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal..
Ketidakmampuan pemerintah dalam mempertahankan Swasembada Beras
dan kembalinya Indonesia sebagai negara importir sangat disayangkan, mengingat
Indonesia adalah negara agraris yang seharusnya dapat menjadi penghasil beras
dunia. Dengan begitu, dalam penelitian ini menggambarkan kondisi pangan yang
meliputi kebijakan serta program apa saja yang diusahakan pemerintah Orde Baru
hingga tercipta kondisi pangan yang mengalami naik turun. Sebagai studi sejarah,
maka penelitian ini menggunakan metode sejarah diantaranya; (1) menentukan
topik, (2) mengumpulkan sumber sejarah primer dan sekunder, (3) melakukan kritik
sumber, (4) melakukan penafsiran sumber dan (5) penulisan sejarah.
Since the early days of the New Order, Indonesia depended on food supplies, namely rice, by importing. This condition initiated the New Order government to increase rice production through the procurement of agricultural programs and the implementation of food policies. In addition, the New Order government also established an agency in charge of managing foodstuffs called BULOG. These aspects would later lead Indonesia to achieve rice self-sufficiency in 1984, which was marked by a surplus in rice production. The surplus meant that the government did not have to re-import rice from other countries and could rely on domestic supplies. However, food conditions after rice self-sufficiency did not show significant progress, quite the opposite. Indonesia again relies on rice imports because the government has failed to increase domestic rice production. This was influenced by several factors, both internal and external. The government's inability to maintain rice self-sufficiency and the return of Indonesia as an importer country is very unfortunate, considering that Indonesia is an agricultural country that should be a world producer of rice. Therefore, this research describes the food conditions, which include the policies and programs that the New Order government tried to create until the food conditions experienced ups and downs. As a historical study, this research uses historical methods including; (1) determining the topic, (2) collecting primary and secondary historical sources, (3) criticizing sources, (4) interpreting sources and (5) writing history.
Kata Kunci : Swasembada Beras, Impor Beras, Orde Baru/Rice Self Sufficiency, Rice Import, New Order