Laporkan Masalah

Prevalensi Hipertensi dan Distribusi Spasial Penderita Hipertensi di Daerah Istimewa Yogyakarta

VIVI LUSIANA, Muhammad Arif Fahruddin Alfana, S.Si., M.Sc.

2024 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang memerlukan perhatian khusus karena dapat merusak organ tubuh lain apabila tidak ditangani dengan baik. Hipertensi menempati peringkat teratas di antara sepuluh penyakit utama di Daerah Istimewa Yogyakarta (D. I. Yogyakarta) pada tahun 2017–2022 dengan jumlah kasus yang cenderung meningkat menurut data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di D. I. Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan prevalensi penderita hipertensi dan menganalisis pola persebaran spasial penderita hipertensi di D. I. Yogyakarta pada tahun 2019 dan 2022. Penelitian ini menggunakan data sekunder Profil Kesehatan kabupaten/kota di D. I. Yogyakarta dengan mengumpulkan data jumlah estimasi penderita hipertensi serta jumlah penduduk. Uji Global Moran's I dan LISA dilakukan untuk analisis autokorelasi spasial.  

Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul memiliki prevalensi hipertensi tertinggi dan terendah. Secara spesifik, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul dan Kecamatan Wates, Kulon Progo memiliki prevalensi hipertensi tertinggi pada tahun 2019 dan 2022, berturut-turut sebesar 15.231 kasus dan 14.283 kasus. Kecamatan Bambanglipuro dan Pleret di Bantul memiliki prevalensi hipertensi terendah pada kedua tahun, berturut-turut sebesar 506 kasus dan 3.394 kasus. Uji Global Moran's I menghasilkan nilai 0,3061 dan 0,5106 pada kedua tahun yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif dan membentuk pola mengelompok. Uji LISA lebih lanjut menunjukkan bahwa 10 kecamatan sebagai Hotspot dan 9 kecamatan sebagai Coldspot pada tahun 2019 serta meningkat menjadi 14 kecamatan (Hotspot) dan 12 kecamatan (Coldspot) pada tahun 2022. Beberapa kecamatan masuk dalam kategori High-Low dan Low-High. Prevalensi hipertensi di D. I. Yogyakarta memiliki variasi yang signifikan antar kabupaten/kota dan kecamatan serta pola persebaran penderita hipertensi membentuk pola mengelompok dengan beberapa kecamatan membentuk kluster Hotspot dan Coldspot. 

One of the non-communicable disease, which is hypertension, needs special attention because it can damage other organs if not treated properly. Hypertension ranks top among the ten major diseases in the Special Region of Yogyakarta (D. I. Yogyakarta) in 2017–2022 with the number of cases tending to increase according to the Integrated Disease Surveillance (STP) data of Puskesmas in D. I. Yogyakarta. This study tends to explain the prevalence of hypertension sufferers and analyze the spatial distribution pattern of hypertension sufferers in D. I. Yogyakarta 2019 and 2022. This study uses secondary data from the district/city Health Profile in D. I. Yogyakarta by collecting data on the estimated number of people with hypertension and the total population. Global Moran's I and LISA tests were conducted for spatial autocorrelation analysis. 

Kulon Progo Regency and Bantul Regency have the highest and lowest prevalence of hypertension. Specifically, Nglipar sub-district in Gunungkidul and Wates sub-district in Kulon Progo have the highest prevalence of hypertension in 2019 and 2022, respectively 15.231 cases and 14.283 cases. Bambanglipuro and Pleret sub-districts in Bantul had the lowest prevalence of hypertension in both years, at 506 cases and 3.394 cases respectively. The Global Moran's I test yielded values of 0,3061 and 0,5106 in both years indicating positive spatial autocorrelation and clustered. The LISA test further showed that 10 sub-districts were Hotspots and 9 sub-districts were Coldspots in 2019 and increased to 14 sub-districts (Hotspots) and 12 sub-districts (Coldspots) in 2022. The High-Low and Low-High categories are where some sub-districts fall into. Prevalence of hypertension in D. I. Yogyakarta has significant variations between districts/cities and sub-districts and the distribution pattern of hypertension patients forms a clustering pattern with several sub-districts forming Hotspot and Coldspot clusters.

Kata Kunci : Autokorelasi Spasial, Global Moran's I, LISA, Prevalensi Hipertensi

  1. S1-2024-458628-abstract.pdf  
  2. S1-2024-458628-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-458628-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-458628-title.pdf