Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Pinus Monokultur dan Agroforestri di BKPH Candiroto, KPH Kedu Utara, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah
MARIA ROSI PRATIWI, Prof. Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc;;Dr. Rohman, S.Hut., M.P
2024 | Skripsi | KEHUTANAN
Perubahan iklim berdampak signifikan pada wilayah tropis, termasuk Kabupaten Temanggung yang ditandai dengan beberapa kebakaran besar yang menghanguskan puluhan hektar lahan milik Perum Perhutani termasuk lahanhutan produksi agroforestri pinus-kopi. Kebakaran hutan meningkatkan emisi karbon dioksida (CO2). Salah satu upaya mitigasi adalah mempertahankan dan meningkatkan cadangan karbon dalam hutan. Hutan produksi mampu menyerap 403,64 juta ton karbon pada tahun 2006 – 2009. Tujuan penelitian ini adalah menghitung biomassa, simpanan karbon, dan serapan CO2 pada hutan agroforestri dan monokultur di BKPH Candiroto, serta kemampuan serapan CO2 pertahunnya.
Penelitian dilakukan di petak BKPH Candiroto yang ditanami Pinus merkusii pada tahun tanam yang sama. Pendugaan biomassa dilakukan secara non- estructive menggunakan plot ukur berbentuk persegi seluas 0,04 ha. Persamaan alometrik yang digunakan adalah persamaan allometrik dari Miyakuni, et al., (2005) yaitu B = 0,03292 + (DBH2 + H)0,97318. Simpanan karbon menggunakan asumsi 47?ri biomassa menurut (SNI 7724, 2011), dan serapan CO2 dihitung dengan mengalikan angka 3,67 dari simpanan karbonnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan agroforestri memiliki potensi biomassa sebesar 53,45 ton/ha, simpanan karbon sebesar 307,12 ton/ha, dan serapan CO2 sebesar 1127,13 ton/ha. Pada lahan monokultur memiliki potensi biomassa sebesar 315,03 ton/ha, simpanan karbon sebesar 148,06 ton/ha, dan serapan CO2 sebesar 543,39 ton/ha. Secara keseluruhan rata-rata kemampuan serapan gas CO2 tanaman pinus pada lahan monokultur sebesar 15,82 ton/ha/tahun dan 22,70 ton/ha/tahun pada lahan agroforestri. Dalam unit lahan yang sama kemampuan serapan tanaman pinus yang dikembangkan dengan pola agroforestri bertambah dengan adanya tanaman kopi hingga menjadi 32,73 ton/ha/tahun.
Climate change significantly impacts tropical regions, including Temanggung Regency, which has experienced several large-scale fires that destroyed tens of hectares of Perum Perhutani land, including agroforestry pinecoffee production forests. Forest fires increase carbon dioxide (CO2) emissions. One mitigation effort is to maintain and enhance carbon stocks in forests. Production forests absorbed 403.64 million tons of carbon from 2006 to 2009. This study aims to estimate the biomass, carbon storage, and CO2 sequestration in agroforestry and monoculture forests in BKPH Candiroto, and their contribution to greenhouse gas emission mitigation in Temanggung Regency.
The research was conducted in BKPH Candiroto plots planted with Pinus merkusii in the same planting year. Biomass estimation was done nondestructively using square plots of 0,04 ha. The allometric equation used was from Miyakuni et al. (2005), B = 0,03292 + (DBH2 + H)0.97318. Carbon storage was assumed to be 47% of the biomass (SNI 7724, 2011), and CO2 sequestration was calculated by multiplying the carbon storage by 3,67.
The results showed that agroforestry had a biomass potential of 653,45 tons/ha, carbon storage of 307,12 tons/ha, and CO2 sequestration of 1127,13 tons/ha. Monoculture had a biomass potential of 315,03 tons/ha, carbon storage of 148,06 tons/ha, and CO2 sequestration of 543,39 tons/ha. Overall, the average CO2 sequestration capacity of pine trees on monoculture was 15.82 tons/ha/year, and 22.70 tons/ha/year on agroforestry. In the same land unit, the CO2 absorption capacity of pine trees developed with the agroforestry pattern increased with the presence of coffee plants, reaching 32.73 tons/ha/year.
Kata Kunci : Pinus merkusii, agroforestri, monokultur, biomassa, simpanan karbon, serapan CO2;;Pinus merkusii, agroforestry, monoculture, biomass, carbon storage, CO2 sequestration