Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Stunting di Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo
NABILLA RISYA CLAUDYA SYAEFUDIN, Dr. Umi Listyaningsih, S.Si., M.Si.
2024 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN
Stunting merupakan isu nasional maupun global karena berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia. Kecamatan Bruno merupakan wilayah dengan jumlah kasus stunting paling tinggi di Kabupaten Purworejo yaitu sebanyak 435 kasus di tahun 2023 dan memiliki rata-rata prevalensi paling tinggi yaitu 22.17 persen pada tahun 2023. Angka tersebut masih jauh apabila dibandingkan dengan target stunting di Indonesia pada tahun 2024 yaitu sebesar 14 persen. Lingkungan diduga memiliki pengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia, salah satunya yaitu stunting. Lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kondisi stunting di Kecamatan Bruno; (2) mengkaji kondisi lingkungan di Kecamatan Bruno; dan (3) mengkaji keterkaitan antara kondisi lingkungan dengan tingkat stunting di Kecamatan Bruno. Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer dengan kuesioner. Penelitian ini dilakukan kepada seluruh 56 balita stunting. Sebagai kontrol pembanding diambil sampel 28 dari 164 balita tidak stunting secara random sampling. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu stunting sebagai variabel dependen dan lingkungan sebagai variabel independent. Variabel independen pada penelitian ini meliputi lama pemberian ASI, kelengkapan imunisasi, keaktifan posyandu, pendapatan keluarga, pekerjaan ayah, status bekerja ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, kepemilikan jamban pribadi, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah, sumber air konsumsi dan sumber air cuci. Tujuan satu dan dua dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Tujuan ketiga dianalisis menggunakan regresi logistik biner. Jumlah kasus balita stunting di Kecamatan Bruno berjumlah 58 balita dengan usia paling banyak ada di rentang 24-59 bulan. Kondisi lingkungan di Kecamatan Bruno dari sisi lingkungan fisik secara umum seperti sampah, limbah, air bersih masih kurang terkelola dengan baik. Sebagian kecil keluarga masih belum memiliki jamban yang menjadi penanda bahwa kondisi sanitasi di Kecamatan Bruno masih tergolong rendah. Lingkungan sosial di daerah penelitian, masih banyak orang tua balita yang berpendidikan formal kurang dari 9 tahun dan pendapatan keluarga masih banyak yang berada kurang dari Rp2.127.000 Kabupaten Purworejo. Secara umum kondisi lingkungan sosial lebih berpengaruh terhadap stunting dibandingkan dengan lingkungan fisik. Hasil regresi dengan nilai signifikansi 5 persen menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap stunting yaitu jumlah anggota keluarga, lama pemberian ASI, dan pendapatan ayah. Variabel yang tidak berpengaruh signifikan yaitu kelengkapan imunisasi, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, kepemilikan jamban, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, dan sumber air.
Stunting is a national and global issue as it relates to the quality of human resources. Bruno District has the highest number of stunting cases in Purworejo Regency, with 435 cases in 2023 and an average prevalence of 22.17 percent in 2023. This figure is far from the national target for stunting in Indonesia for 2024, which is 14 percent. The environment is suspected to have an influence on human health conditions, including stunting. The environment can be divided into two categories: physical and social. This study aims to: (1) examine the stunting conditions in Bruno District; (2) examine the environmental conditions in Bruno District; and (3) analyze the relationship between environmental conditions and stunting levels in Bruno District. This study uses primary data collected via questionnaires. It includes all 56 stunted toddlers as subjects, with a control sample of 28 non-stunted toddlers selected from a total of 164 using random sampling. The variables in this study are stunting as the dependent variable and the environment as the independent variable. The independent variables in this study include the duration of breastfeeding, completeness of immunizations, activity in integrated service post (posyandu), family income, father's occupation, mother's employment status, father's education, mother's education, number of family members, ownership of private latrines, waste management, sewage management, source of drinking water, and source of washing water. Objectives one and two are analyzed using frequency distribution, while the third objective is analyzed using binary logistic regression. The number of stunted toddlers in Bruno District is 58, with the majority aged between 24-59 months. The physical environmental conditions in Bruno District, such as waste management, sewage, and clean water, are generally poorly managed. A small number of families still lack private latrines, indicating that sanitation conditions in Bruno District are still low. In terms of social environment, many parents of toddlers have formal education of less than nine years, and many families have incomes below Rp2,127,000, which is the threshold for Purworejo Regency. Overall, the social environment has a greater impact on stunting compared to the physical environment. The regression results, with a significance level of 5%, show that the variables affecting stunting are the number of family members, the duration of breastfeeding, and the father's income. Variables that do not have a significant impact include the completeness of immunizations, parents' occupations, parents' education, ownership of latrines, sewage management, waste management, and water sources.
Kata Kunci : Balita, Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosial, Stunting.