PEMETAAN PETERNAKAN SAPI DI DESA GLAGAHARJO, CANGKRINGAN, SLEMAN SEBAGAI MITIGASI TERHADAP POTENSI DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI

USMAN ABDULJABBAR ROISY, Ir. Hamdani Maulana, S.Pt., M.Sc., IPP.

2024 | Skripsi | ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan lokasi peternakan sapi di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman dan untuk mempelajari pola keruangan untuk menentukan strategi mitigiasi. Penelitian ini dilakukan dari Oktober 2023 sampai April 2024 yang elibatkan 383 peternak sapi di Desa tersebut. Pengambilan data dilakukan melalui survei kuisioner, survei terestris, dan data sekunder. Data yang diambil berupa profil peternak dan populasi ternak, titik koordinat kandang peternakan, serta peta dasar administrasi desa. Data yang diperoleh dianalisis dengan aplikasi Quantum Geographic Information System (QGIS). Persebaran peternakan sapi yang bervariasi pada setiap dusun Desa Glagaharjo, dengan jumlah peternakan sapi terbanyak berada di Dusun Kalitengah Lor. Desa Glagaharjo masuk dalam wilayah KRB II dan III sehingga terjadi peningkatan populasi sapi dari tahun 2010 sebesar 1,36%. Pemerintah Desa telah menyiapkan shelter evakuasi ternak yang berada di shelter Srunen dan Lapangan Kalurahan Glagaharjo. Shelter yang telah disiapkan Pemerintah Desa masih masuk dalam wilayah KRB III sehingga perlu adanya persiapan shelter tambahan yang berada di lokasi aman. Terdapat lima lokasi shelter alternatif untuk evakuasi ternak yaitu Lapangan Jetis Jangkang, Lapangan Pantiasih, Lapangan Cemoroharjo, Lapangan Klidon, dan Lapangan Pojok. Evakuasi ternak di Desa Glagaharjo membutuhkan truk sebanyak 3 unit sampai 25 unit pada setiap dusun. Jarak rute evakuasi dari setiap dusun di Desa Glagaharjo menuju lokasi shelter evakuasi berjarak 6,51 sampai 20,24 km. Waktu tempuh rute evakuasi dari setiap dusun di Desa Glagaharjo menuju lokasi shelter evakuasi membutuhkan waktu 8 hingga 24 menit. Lapangan Pantiasih merupakan lokasi paling direkomendasikan karena lokasinya paling dekat dengan Desa Glagaharjo.

This study aims to assess the presence of cattle farms in Glagaharjo Village, Cangkringan, Sleman and analyze their geographical distribution to identify effective mitigation techniques. The study was conducted between October 2023 and April 2024, encompassing 383 farmers. Data was collected using questionnaires, ground, and secondary data. The collected data consisted of profiles of farmers and livestock populations, coordinates of farm cages, and elemental maps of village administration. The Quantum Geographic Information System (QGIS) tool analyzed the data. The distribution of cow farms in Glagaharjo Village varies throughout each hamlet, with the highest concentration of cattle farms found in Kalitengah Lor Hamlet. Glagaharjo Village is classified under the KRB II and III regions, resulting in a 1.36% growth in the cattle population since 2010. The Village Government has established cattle evacuation facilities at the Srunen shelter and the Glagaharjo Village Field. The shelter that the Village Government has established remains within the KRB III region, thus necessitating the preparation of supplementary shelters in secure areas. There are a total of five alternate shelter areas available for cattle evacuation. These locations include Jetis Jangkang Field, Pantiasih Field, Cemoroharjo Field, Klidon Field, and Pojok Field. The process of relocating livestock in Glagaharjo Village necessitates the use of 3 to 25 trucks in each hamlet. The evacuation route from each hamlet in Glagaharjo Village to the evacuation shelter location ranges from 6.51 to 20.24 kilometers. The duration required to get from each hamlet in Glagaharjo Village to the designated evacuation shelter ranges from 8 to 24 minutes. The Pantiasih Field is highly recommended due to its proximity to Glagaharjo Village.

Kata Kunci : Erupsi Merapi, Mitigasi bencana, Pemetaan, Sapi