Laporkan Masalah

Pola dan Taksonomi Arsitektur Rumah Tinggal Pejabat Pemerintahan Daerah (Binnenlands Bestuur) di Jawa

Dimas Wihardyanto, Dr.Eng. Ir. Ahmad Sarwadi.,M.Eng.,IPM, Prof.Ir.Achmad Djunaedi.,MUP.,Ph.D

2024 | Disertasi | S3 Teknik Arsitektur

Penelitian ini mencoba mengangkat adanya fenomena keselarasan antara dualisme sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Belanda di daerah dengan munculnya Arsitektur Indis di Indonesia. Kesamaan tersebut adalah adanya percampuran antara elemen Barat atau Eropa dengan elemen tradisional atau lokal. Hal tersebut tidak terlepas dari eksistensi budaya Indis yang dilakukan oleh golongan strata sosial tinggi pada masyarakat kolonial dimana salah satunya adalah golongan pegawai pemerintahan. Adapun tujuan dari budaya indis termasuk didalamnya adalah Arsitektur Indis adalah untuk menyesuaikan diri terhadap konteks setempat namun tetap mempertahankan identitas dan status sosial mereka sebagai orang-orang Eropa yang dianggap lebih tinggi dari masyarakat pribumi.


Rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda di Jawa merupakan tipologi arsitektur yang sesuai sebagai obyek penelitian untuk menjelaskan sistematika percampuran antara elemen Arsitektur Eropa dan arsitektur tradisional atau lokal yang menjadi ciri dari Arsitektur Indis. Dengan mempertimbangkan bahwasanya saat ini tidak dapat ditemukan lagi bangunan rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda di Jawa yang masih dalam keadaan seperti aslinya maka peneliti memilih untuk menggunakan metode Interpretative Historical Research terhadap sumber-sumber arsip arsitektural maupun tekstual. Selanjutnya dengan metode tersebut diharapkan peneliti dapat menjawab bagaimanakah sistematika percampuran elemen Arsitektur Eropa dan arsitektur tradisional atau lokal yang terjadi pada Arsitektur Indis beserta faktor-faktor yang mendasarinya melalui rumusan pola-pola dan taksonomi arsitektur berdasarkan karakteristik asli bangunan yang terbagi menjadi tiga variabel yaitu tata massa dan ruang, tata lingkungan dan sirkulasi, serta bentuk dan fasade bangunan.


Pola dasar tata massa dan tata ruang rumah tinggal bangunan rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda terdiri dari massa bangunan inti (hofdgebouw) dan bangunan tambahan (bijgebouw) yang dihubungkan oleh selasar. Tujuannya adalah untuk memisahkan zona kegiatan inti dan utilitas pendukung agar bangunan menjadi lebih fungsional dan sehat. Massa bangunan inti terdiri dari ruang-ruang inti kerumahtanggaan meliputi beranda depan, ruang tidur, dan beranda belakang, sedangkan massa bangunan tambahan terdiri dari ruang-ruang servis, dan utilitas meliputi ruang tidur asisten rumah tangga, dapur, gudang, kamar mandi dan WC, serta ruang penunjang berupa kantor. Selanjutnya pola dasar tata massa dan tata ruang rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda tersebut didukung oleh pola dasar ruang lingkungan dan sirkulasi yaitu adanya halaman depan, samping, dan belakang yang mengelilingi bangunan sehingga menyebabkan aliran penghawaan dan pencahayaan terhadap bangunan menjadi baik sekaligus memisahkan akses masuk bagi pemilik bangunan dan asisten rumah tangga dalam rangka menjaga privasi pengguna. Terakhir, pola dasar bentuk dan fasade bangunan rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda memperlihatkan adanya penggabungkan antara bentuk dasar bangunan lokal atau tradisional dengan elemen dekoratif bergaya Arsitektur Eropa. Hal tersebut dikarenakan bangunan perlu menyesuaikan diri dengan konteks lokasi (iklim dan geografis) dalam rangka mendukung pemenuhan fungsi tanpa meninggalkan identitas sebagai strata tinggi dalam struktur masyarakat kolonial Hindia Belanda.


Berdasarkan pola-pola dasar arsitektur yang telah diuraikan diketahui bahwasanya Arsitektur Indis pada fungsi hunian memiliki taksonomi arsitektur yang didasarkan pada aspek fungsional dan berkembang mengikuti kompleksitas fungsi serta karakteristik pengguna. Untuk itu maka kesesuaian terhadap lingkungan sekitar (iklim dan geografis) perlu diperhatikan agar fungsi bangunan dapat optimal. Lebih lanjut, melalui obyek penelitian kita dapat mengetahui bahwasanya perancang menerapkan prinsip-prinsip desain arsitektur yang ramah terhadap iklim tropis dimana hal tersebut dipelajari dari bentuk-bentuk bangunan lokal maupun tradisional khususnya Jawa dengan menggunakan paradigma fungsionalisme Barat. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada perancangan rumah tinggal pejabat pemerintah daerah Hindia Belanda di Jawa adalah faktor kebutuhan fungsi, kondisi geografis meliputi karakteristik lahan dan iklim, serta kondisi sosial budaya masyarakat kolonial Belanda saat itu.


This research tries to highlight the phenomenon of harmony between the dualism of the government system implemented by the Dutch in the region and the emergence of Indis architecture in Indonesia. This similarity is the mixture of Western or European elements with traditional or local elements. This is inseparable from the existence of Indis culture carried out by high social strata groups in colonial society, one of which was the government officials group. The aim of Indis culture, including Indis architecture, is to adapt to the local context but still maintain their identity and social status as Europeans who are considered superior to indigenous people.


The residence of Dutch East Indies regional government officials in Java is an architectural typology that is suitable as a research object to explain the systematic mixture of elements of European architecture and traditional or local architecture which is characteristic of Indis architecture. Taking into account that currently no residential buildings of Dutch East Indies regional government officials in Java can be found that are still in their original condition, the researcher chose to use the Interpretative Historical Research method for architectural and textual archival sources. Furthermore, with this method, it is hoped that researchers will be able to answer the systematic mixing of elements of European architecture and traditional or local architecture that occurs in Indis architecture along with the underlying factors through the formulation of architectural patterns and taxonomies based on the original characteristics of buildings which are divided into three variables, namely mass order. and space, environmental planning and circulation, as well as building form and façade.


The basic pattern of mass and spatial layout of residential buildings for Dutch East Indies regional government officials consists of a core building mass (hofdgebouw) and additional buildings (bijgebouw) connected by a hallway. The aim is to separate the core activity zones and supporting utilities so that the building becomes more functional and healthy. The core building mass consists of core household rooms including the front veranda, bedroom and back veranda, while the additional building mass consists of service rooms, and utilities include the household assistant's bedroom, kitchen, warehouse, bathroom and toilet. as well as supporting space in the form of an office. Furthermore, the basic pattern of the mass and spatial layout of the residences of Dutch East Indies regional government officials is supported by the basic pattern of environmental space and circulation, namely the presence of a front, side and back yard that surrounds the building, thereby causing the flow of ventilation and lighting to the building to be good while separating entrance access. for building owners and household assistants in order to maintain user privacy. Finally, the basic pattern of the shape and facade of the residence of the Dutch East Indies regional government officials shows a combination of basic local or traditional building forms with European architectural style decorative elements. This is because buildings need to adapt to the location context (climate and geography) in order to support the fulfillment of their functions without abandoning their identity as a high strata in the structure of Dutch East Indies colonial society.


Based on the basic architectural patterns that have been described, it is known that Indis architecture in residential functions has an architectural taxonomy that is based on functional aspects and develops according to the complexity of functions and user characteristics. For this reason, suitability for the surrounding environment (climate and geography) needs to be considered so that the function of the building can be optimal. Furthermore, through the research object we can find out that the designer applied architectural design principles that are friendly to tropical climates where this was studied from local and traditional building forms, especially Java, using the Western functionalism paradigm. The factors that influenced the design of residences for Dutch East Indies regional government officials in Java were functional requirements, geographical conditions including land and climate characteristics, as well as the socio-cultural conditions of Dutch colonial society at that time.

Kata Kunci : Arsitektur Indis, Pola Arsitektur, Taksonomi Arsitektur, Rumah Tinggal, Pejabat Pemerintah Daerah Hindia Belanda, Jawa

  1. S3-2024-437754-abstract.pdf  
  2. S3-2024-437754-bibliography.pdf  
  3. S3-2024-437754-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2024-437754-title.pdf