Karakterisasi dan Distribusi Subtipe Reseptor Beta Adrenergik Pada Atrium Tikus
Anggaria Sri Arini, Drs. Djoko Suhardjono, M.Sc., Apt.; Drs. Mulyono, Apt.
1990 | Skripsi | S1 FARMASITelah dilakukan sintesis p-tersier butil ase tofenon sebagai bahan baku untuk pembuatan senyawa antihistamin melalui asilasi Friedel-Crafts. Rendemen rata-rata hasil sintesis adalah 30,5%. Dengan menggunakan densitometer dapat dideteksi adanya dua pita absorbsi dari senyawa hasil sintesis pada panjang gelombang 210 nm dan 260 nm yang berasal dari transisi elektronik dan A dari gugue karbonil tersusbtitusi. Pengamatan dengan spektroskopi inframerah menunjukkan pita yang khas dari gugus karbonil (C-0) ulur pa da 1677,3 ca1. Vibrasi ulur dan tekuk gugus C-CO-C dari keton pada 1268,0 cm. Gugus geminal tersier butil muncul sebagai dua pita (simetris dan asimetris) pada 1354,0 cm-1 dan 1420,1 cm1. C=C ulur aromatis muncul pada 1604,3 cm. Puncak sibiran pada 176 (m/e) dari spektroskopi massa menunjukkan bobot molekul p-tersier butil asetofenon. Spektrum nmr memberikan tiga sinyal. Sinyal a muncul sebagai singlet dengan (5) = 1,3 ppm, setara dengan 9 atom hidrogen dari ketiga gugus metil pada tersier butil. Sinyal b seba- gai singlet, setara dengan 3 atom hidrogen dari gugus metil karbonil. Sinyal c sebagai multiplet, setara dengan 4 atom hidrogen dari cincin benzen. antagonis P selektif ICI 89,406 dan 2 selektif ICI 118,551. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pD2 dari agonis isoprenalin lebih besar dari pada adrenalin dan noradrenalin (P<0,05), sedangkan PD2 dari adrenalin dan noradrenalin tidak berbeda (P>0,05) baik pada atrium kanan maupun atrium kiri. Dengan demikian organ atrium tikus memiliki sistem reseptor. Kurva agonis isoprenalin dengan perlakuan phenoksibensamin dan kokain tidak bergeser ke kiri dari kurva agonis isoprenalin sebelum perlakuan phenoksibenzamin dan kokain. Hal ini menunjukkan tidak ada proses uptake uptake dalam organ atrium tikus. Konsentrasi antagonis yang diperlukan untuk dan menggeser kurva dosis respon agonis ke kanan pada ICI 89,406 (0,1-1?mol/1) lebih kecil dari pada ICI 118,551 (1-10 ?mol/1), dengan demikian nilai PA2 ICI 89,406, lebih besar dari pada nilai pA, ICI 118,551. Hal ini menunjukkan bahwa organ atrium tikus terdapat heterogenitas reseptor yaitu subtipe 1 dan 2, dimana diantara kedua subtipe tersebut, reseptor 1 lebih dominan dari pada reseptor B2 Untuk mengetahui besarnya rasio subtipe reseptor 1 dan 2 perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kata Kunci : Atrium tikus, Beta adrenergik, Distribusi, Karakterisasi, Reseptor