Efek Aplikasi Biofertilizer pada Kandungan Klorofil, Indeks Stabilitas Membran, dan Anatomi Daun Bawang Merah (Allium cepa L.) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan
NALA AZKIYA, Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc.
2024 | Skripsi | BIOLOGI
Bawang merah (A. cepa L.) merupakan tanaman yang bersal dari famili Amaryllidaceae, subfamily Allioieae, genus Allium Tanaman perennial ini diperkirakan memiliki lebih dari 1.000 spesies, kebanyakan membentuk umbi dari bulbus, dan tangkai bunga diselubungi oleh daun. Daun bawang merah membentuk selubung basal. Biofertilizer mengandung rhizobakteria yang berperan dalam menyediakan nutrien yang siap diangkut oleh tanaman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh biofertilizer terhadap kondisi fisiologis dan struktur anatomi daun bawang merah (A. cepa L.) pada kondisi cekaman kekeringan. Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Biodiversitas I Sawitsari. Bawang merah ditanam pada polybag dalam lahan yang dibagi dalam beberapa kelompok perlakuan dan media tanam sudah ditambahkan dengan pupuk kandang. Perlakuan yang dikenakan antara lain pemberian biofertilizer dan beda cekaman kekeringan, biofertilizer digunakan dengan konsentrasi (10 L/Ha, 15 L/Ha, 20 L/Ha), cekaman kekeringan yang diberikan yaitu 25%, 50%, dan 75%. Data hasil pengukuran kadar klorofil a, klorofil b, Indeks Stabilitas Membran (ISM), densitas stomata, tebal daun, tebal palisade, diameter berkas pengangkut, dan diameter metaxilem dianalisis menggunakan SPSS 20, uji ANOVA, DMRT dengan tingkat kepercayaan 95%. Konsentrasi biofertilizer 10 L/Ha optimal untuk Indeks Stabilitas Membran (ISM), Konsentrassi 15 L/Ha optimal untuk kadar klorofil a dan b, tebal daun, diameter berkas pengangkut, dan diameter metaxilem, serta konsentrasi 20 L/Ha optimum dalam meningkatkan densitas stomata daun bawang merah dalam kondisi cekaman kekeringan.
Shallots (A. cepa L.) are plants from Amaryllidaceae, subfamily Allioieae, genus Allium. This perennial plant is estimated to have more than 1,000 species, most of which form bulbs from the bulbs, and leaves envelop the flower stalk. Onion leaves form the basal sheath. Biofertilizers contain rhizobacteria that play a role in providing nutrients that plants readily transport. This study was conducted to determine the effect of biofertilizer on the physiological conditions and anatomical structure of shallot leaves (A. cepa L.) under drought-stress conditions. The research was carried out at the Biodiversity Research Station I Sawitsari. Shallots were planted in polybags in fields divided into several treatment groups, and the planting media were added with manure. The treatments included the application of biofertilizers and different drought stresses, with biofertilizers used at concentrations of 10 L/Ha, 15 L/Ha, and 20 L/Ha, and drought stress levels of 25%, 50%, and 75%. Data from measurements of chlorophyll a, chlorophyll b, Membrane Stability Index (MSI), stomatal density, leaf thickness, palisade thickness, vascular bundle diameter, and metaxylem diameter were analyzed using SPSS 20, ANOVA test, and DMRT with a confidence level of 95%. A biofertilizer concentration of 10 L/Ha was optimal for the Membrane Stability Index (MSI), a concentration of 15 L/Ha was optimal for chlorophyll a and b levels, leaf thickness, vascular bundle diameter, and metaxylem diameter, and a concentration of 20 L/Ha was optimal for increasing the stomatal density of shallot leaves under drought stress conditions.
Kata Kunci : Anatomi, bawang merah, biofertilizer, kekeringan, klorofil