Laporkan Masalah

Distribusi Penguasaan Lahan Budidaya Petani Pemegang Izin Hutan Kemasyarakatan di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo

ALIFA CRECIA POETRI AYONA, Slamet Riyanto, S. Hut, M.Si.,

2024 | Skripsi | KEHUTANAN

Kelompok Tani Hutan Taruna Tani merupakan salah satu kelompok tani di Desa Hargorejo yang mendapatkan izin perhutanan sosial untuk mengelola hutan produksi dengan skema Hutan Kemasyarakatan. Skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) memberikan akses legal bagi anggota KTH untuk mengelola kawasan hutan negara dengan harapan dapat memperbaiki penghidupan petani. Pemberian hak akses diharapkan dapat memperbaiki distribusi penguasaan aset lahan khususnya bagi petani yang tidak memiliki lahan milik atau petani dengan luas penguasaan lahan yang tergolong kecil. Tujuan utama dari penelitian yaitu mengukur perubahan distribusi penguasaan lahan budidaya anggota KTHKm Taruna Tani. Disamping itu penelitian ini juga mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi petani berdasarkan kelas luas penguasaan lahan. 

Penelitian menggunakan metode survei. Jumlah sampel ditentukan dengan formula Taro Yamane (1973) dan diperoleh responden sejumlah 60 petani dari 145 jumlah petani anggota KTHKm Taruna Tani. Teknik pengambilan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Luas penguasaan lahan dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif dan distribusi penguasaan lahan dianalisis menggunakan perhitungan indeks gini serta penggambaran kurva lorenz. 

Temuan penting yang dihasilkan dari penelitian ini: (1) Rerata luas penguasaan lahan budidaya secara keseluruhan yakni seluas 0,256 Ha dimana anggota KTHKm tergolong petani gurem. (2) Dengan adanya pemberian akses lahan di kawasan HKm dapat memperbaiki distribusi penguasaan lahan budidaya anggota KTHKm Taruna Tani menjadi lebih merata, dibuktikan dengan perubahan Indeks Gini pada distribusi penguasaan lahan per rumah tangga yang semula 0,60 (timpang) menjadi 0,29 (merata), dan distribusi penguasaan lahan per kapita yang semula 0,43 (cukup timpang) menjadi 0,27 (sangat merata). (3) Hubungan luas penguasaan lahan dengan pendapatan pada kategori petani kecil relatif kuat yang dibuktikkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,61, dan hubungan luas penguasaan lahan dengan pendapatan pada kategori petani gurem cenderung sangat lemah, dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar -0,08.

The Forest Farmer Group "Taruna Tani" is one of the farmer groups in Hargorejo Village that has obtained a social forestry permit to manage production forests under the Community Forest Scheme (Hutan Kemasyarakatan, HKm). The HKm scheme provides legal access for members of the "Taruna Tani" Forest Farmer Group to manage state forest areas, with the hope of improving farmers' livelihoods. The granting of access rights is expected would improve the land tenure distribution, especially for farmers who do not own land or those with small land holdings. The main objective of this study is to measure changes in land tenure distribution among "Taruna Tani" HKm members. Additionally, the research describes the socio-economic characteristics of farmers based on the extent of land ownership.

The research use surveys method. Sample size was determined using Taro Yamane's formula (1973), resulting in 60 respondents out of 145 farmer members of the "Taruna Tani" HKm. Data collection techniques included interviews, observations, and documentation. Land ownership extent was analyzed using descriptive statistical methods, while land tenure distribution was assessed using the Gini index calculation and Lorenz curve plotting.

Key findings from the research include: (1) The overall average area of cultivation land ownership is 0.256 Ha, where KTHKm members are classified as small farmers. (2) Providing access to land in the HKm area can improve the distribution of cultivation land tenure for KTHKm Taruna Tani members to be more evenly distributed, as evidenced by the change in the Gini Index in the distribution of land tenure per household from 0.60 (unequal) to 0.29 (equal), and the distribution of land tenure per capita which was originally 0.43 (quite unequal) became 0.27 (very equal). (3) The correlation between land tenure area and income in the small farmer category is relatively strong, as evidenced by a correlation coefficient of 0.61, and the correlation between land ownership area and income in the gurem farmer category tends to be very weak, as evidenced by a correlation coefficient of -0.08.

Kata Kunci : hutan kemasyarakatan, penguasaan lahan, distribusi , indeks gini;community forest, land tenure, distribution, Gini index

  1. S1-2024-455308-abstract.pdf  
  2. S1-2024-455308-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-455308-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-455308-title.pdf