Studi Histologi Osteogenesis Ossa Neurokranium Ikan Betok (Anabas testudineus) Juvenile dan Dewasa
BENEDICTA GLORIA CITRA CHRISTY, Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, M.P.
2024 | Skripsi | KEDOKTERAN HEWANIkan betok (Anabas testudineus) adalah ikan Indonesia yang habitat utamanya adalah perairan rawa-rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa menarik untuk diteliti potensinya sebagai hewan model, salah satunya osteogenesis. Osteogenesis merupakan proses pembentukan tulang yang terjadi dalam dua cara yaitu intrakartilaginea dan intramembranosa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari gambaran histologis osteogenesis ossa neurokranium ikan betok juvenile dan dewasa. Sampel diambil dari tiga ekor ikan juvenile dan tiga ekor ikan dewasa Anabas testudineus dari sungai Kulon Progo, Yogyakarta. Materi yang digunakan adalah ossa neurokranium (frontal dan suborbital) yang telah didekalsifikasi menggunakan larutan asam formiat 10% kemudian dilakukan pemrosesan histologi dan diwarnai hematoxylin-eosin (HE). Hasil pewarnaan diamati dengan mikroskop cahaya yang dilengkapi Optilab Viewer, data histologi dianalisis secara deskriptif, sedangkan data proporsi matriks tulang dibanding keseluruhan tulang dianalisis statistik menggunakan independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada os frontal juvenile dan dewasa terjadi osteogenesis intramembranosa, sedangkan pada os suborbital 1 terjadi osteogenesis intrakartilaginea. Tidak ada perbedaan signifikan proporsi luas matriks tulang os frontal pada juvenile (56,39 ± 23,39%) dengan dewasa (57,26 ± 12,08%), juga pada ossa suborbital 4-5 juvenile (65,24 ± 24,59%) dengan dewasa (64,56 ± 20,66%). Sebaliknya, pada os suborbital 1 ditemukan proporsi matriks tulang berbeda secara signifikan (P<0>juvenile (40,21 ± 8,44%) dan dewasa (60,02 ± 5,43%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah osteogenesis ossa neurokranium, pada os frontal dan ossa suborbital 4-5 terjadi secara intramembranosa serta pada os suborbital 1 terjadi secara intrakartilaginea.
Climbing perch (Anabas testudineus) is an Indonesian fish that life ini swamp waters in Sumatra,
Kalimantan, and Java. Interesting to study the potential of climbing perch as an animal model for osteogenesis in mamalia. Osteogenesis is a
process of bone formation that occurs in two ways, namely intracartilaginea and
intramembranous. This research aims to study the histological features of osteogenesis ossa neurocranium of juvenile and adult climbing perch. Samples were taken
from three juvenile and three adult Anabas testudineus from Kulon Progo
river, Yogyakarta. The material used was ossa neurocranium (frontal and
suborbital) that had been decalcified using 10% formic acid solution, then
histology processing was carried out, stained using hematoxylin-eosin (HE), and were observed using light microscope
equipped with Optilab Viewer. The histology data were analyzed descriptively,
data on the proportion of bone matrix compared to the whole bone were analyzed
statistically using independent sample t-test. The results showed that in juvenile and adult frontal os there was
intramembranous osteogenesis, while in os suborbital 1 there was
intracartilaginea osteogenesis. There was no significant difference in the
proportion of bone matrix area of the frontal os in juveniles (56.39 ± 23.39%) and adults (57.26 ± 12.08%), also in ossa suborbital 4-5 juvenile (65.24 ± 24.59%) and
adult (64.56 ± 20.66%). In contrast, in os suborbital 1, it was
found that the proportion of bone matrix was significantly different (P <
0>neurocranium, in os frontal and ossa suborbital 4-5 occurs
intramembranously and in os suborbital 1 occurs intracartilaginea.
Kata Kunci : dewasa, ikan betok, juvenile, neurokranium, osteogenesis