Perbandingan Efektivitas Kinerja dan Manajemen Risiko Rantai Pasok Hulu Komoditas Sayuran pada E-Grocery XYZ di Kabupaten Cianjur
Farhan Anshari Wicaksono, Arini Wahyu Utami, Ph.D. ; Prof. Dr. Jamhari, S.P., M.P.
2024 | Tesis | S2 Magister Manj.Agribisnis
Fenomena Covid-19 telah
memicu lahirnya berbagai start-up yang bergerak di bidang e-groceries.
Sektor e-grocery di Indonesia mencapai puncak kejayaannya pada kuartal
akhir tahun 2021, namun sepanjang tahun 2022 hingga saat ini sektor ini
menghadapi tantangan dikarenakan terjadinya tech winter. Manajemen
rantai pasok (supply chain) menjadi hal yang utama dalam pelaksanaan
bisnis e-grocery karena sifat dari produk pertanian yang mudah rusak.
Demi menunjang pengembangan bisnis berbagai model strategi manajemen
rantai pasok telah diterapkan. Pada rantai pasok hulu ada yang menerapkan
metode sourcing melalui penerapan sourcing hub dan ada yang
langsung melalui pemasok ke distribution center. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan kinerja rantai pasok hulu antara skema 1 (melalui
sourcing hub) dengan skema 2 (langsung ke distribution center)
dengan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dengan pendekatan Analytical
hierarchy Process (AHP) dan melakukan analisis risiko beserta mitigasinya
pada kedua skema dengan metode House of Risk (HOR) dan pareto.
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara dengan 4 responden keyperson
dapat ditarik kesimpulan bahwa skema 1 memiliki nilai SCOR yang lebih tinggi dengan
perbedaan yang signifikan. Pada skema 1 prioritas risk agents adalah
penurunan kualitas panen akibat cuaca ekstrim dan serangan OPT, penurunan
produksi panen akibat cuaca ekstrim dan serangan OPT, dan keterlambatan panen
akibat hujan. Dengan mitigasi prioritas berupa manuver PO ke Collection
Center Lembang. Pada skema 2 prioritas risk agents adalah penurunan
kualitas panen akibat cuaca ekstrim dan serangan OPT, peenurunan produksi panen
akibat cuaca ekstrim dan serangan OPT, keterlambatan panen akibat hujan, dan barang
jadi yang diproduksi lebih rendah dari target produksi. Pada skema 2 memiliki
mitigasi prioritas berupa melakukan buffer PO.
The COVID-19 phenomenon has triggered the emergence of various e-grocery
startups. The e-grocery sector in Indonesia peaked in the last quarter of 2021,
but since 2022, it has faced challenges due to the tech winter phenomenon.
Supply chain management is crucial in e-grocery business operations due to the
perishable nature of agricultural products. Various supply chain management
strategies have been implemented to support business development. In the
upstream supply chain, some apply sourcing methods through sourcing hubs, while
others go directly from suppliers to distribution centers. This study aims to
compare the performance of the upstream supply chain between scheme 1 (via
sourcing hub) and scheme 2 (direct to distribution center) using the Supply Chain
Operation Reference (SCOR) method with an Analytical Hierarchy Process (AHP)
approach. The study also analyzes risks and their mitigation in both schemes
using the House of Risk (HOR) and Pareto methods. Based on the analysis and
interviews with four keyperson respondents, it is concluded that scheme 1 has a
higher SCOR value with significant difference. In scheme 1, priority risk
agents include decreased harvest quality due to extreme weather and pest
attacks, decreased harvest production due to extreme weather and pest attacks,
and harvest delays due to rain, with a priority mitigation being the maneuver
of PO to the Lembang Collection Center. In scheme 2, priority risk agents
include decreased harvest quality due to extreme weather and pest attacks,
decreased harvest production due to extreme weather and pest attacks, harvest
delays due to rain, and finished goods produced lower than the production
target, with a priority mitigation being to implement buffer PO.
Kata Kunci : E-grocery, Rantai pasok hulu, SCOR, HOR, AHP