Analisis Potensi Likuifaksi dengan Metode Analitis dan Metode Probabilitas (Studi Kasus: Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Seksi 1 STA 3+562 dan STA 4+450)
CHOIRUNNISA QURRATU, Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
2024 | Skripsi | TEKNIK SIPIL
Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen merupakan
salah satu proyek pemerintah Indonesia yang dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan konektivitas dan mobilitas antarwilayah. Akan tetapi, karena terletak di Yogyakarta yang
memiliki zona seismik aktif serta umumnya terdiri dari pasir, kerikil, endapan
alluvial, serta ketidakpastian kondisi dan komposisi tanah, lokasi pembangunan
jalan tol menjadi rawan terhadap potensi likuifaksi. Penelitian ini mengambil
dua lokasi yang ada di Jalan Tol Yogyakarta-Bawen sebagai studi kasus, yaitu
STA 3+562 dan STA 4+450.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis nilai safety
factor (SF) menggunakan Metode Seed (2001), Metode Japan Rail
Association (1996), Metode Youd dan Idriss (2001), serta Metode Idriss dan
Boulanger (2008). Selain itu, dalam analisis untuk mengetahui nilai SF,
digunakan variasi magnitudo gempa (Mw) sebesar 7,6 (potensi
gempa besar di Yogyakarta); 6,0 (gempa desain kala ulang 250 tahun); dan 5,0
(gempa terkecil yang dapat menyebabkan likuifaksi). Kemudian, setelah
mendapatkan nilai SF dengan keempat metode analitis tersebut, dilakukan
analisis probabilitas untuk mengetahui bagaimana besar potensi likuifaksi yang dapat
terjadi menggunakan Metode Somnez dan Gokceoglu (2005), Metode Lai dkk. (2006),
dan Metode Juang dkk. (2008). Setelah itu, nilai probabilitas yang telah
didapatkan kemudian diklasifikasikan menggunakan ketentuan yang dikemukakan
oleh Chen dan Juang (2000).
Hasil analisis potensi likuifaksi menggunakan Metode
Japan Rail Association (1996) memberikan nilai yang sama di kedua lokasi untuk magnitudo
gempa sebesar 7,6; 6,0; dan 5,0. Sementara itu, ketiga metode lainnya
memberikan nilai SF yang bervariasi tergantung dengan magnitudo gempa yang digunakan.
Semakin besar nilai magnitudo, semakin kecil nilai SF yang dihasilkan. Hasil
analisis menggunakan Metode Idriss dan Boulanger (2008) cenderung memberikan
nilai SF yang paling besar dan Metode Japan Rail Association (1996) memberikan
nilai terkecil. Sementara itu, hasil analisis probabilitas menggunakan Metode
Lai dkk. (2006) juga memberikan nilai paling besar dan Metode Somnez-Gokceoglu
(2005) memberikan nilai yang cenderung paling kecil. Kemudian, hasil analisis
probabilitas likuifaksi (PL) dengan nilai lebih besar dari
0,85 banyak ditemukan di kedua lokasi dengan variasi gempa yang digunakan
sebesar 7,6. Sementara itu, probabilitas dengan nilai kurang 0,15 banyak
ditemukan pada analisis dengan variasi magnitudo sebesar 5,0. Berdasarkan Chen dan Juang (2000), tanah
hampir pasti likuifaksi terdapat di kedua lokasi tinjauan dengan variasi
magnitudo gempa sebesar 7,6.
The construction of the
Yogyakarta-Bawen Toll Road is one of the Indonesian government's projects aimed
at improving interregional connectivity and mobility. However, since the toll
road being built in Yogyakarta is situated in an active seismic zone with
potential earthquake hazards, and the area mainly consists of sand, gravel,
alluvial deposits, along with uncertain soil conditions and composition, the
construction site is prone to potential liquefaction. This study takes two
locations on the Yogyakarta-Bawen Toll Road as case studies, namely STA 3+562
and STA 4+450.
The research was conducted to
analyze the safety factor (SF) values using the Seed Method (2001), Japan Rail
Association Method (1996), Youd and Idriss Method (2001), and Idriss and
Boulanger Method (2008). Additionally, in the analysis to determine the SF
values, variations in earthquake magnitude (Mw) were used,
specifically 7.6 (potential major earthquake in Yogyakarta); 6.0 (design
earthquake with a 250-year return period); and 5.0 (the smallest earthquake
that can cause liquefaction). After obtaining the SF values using these four
analytical methods, a probability analysis was conducted to determine the
potential of liquefaction using the Somnez and Gokceoglu Method (2005), Lai et
al. Method (2006), and Juang et al. Method (2008). The obtained probability
values were then classified using the criteria proposed by Chen and Juang
(2000).
The analysis results of
liquefaction potential using the Japan Rail Association Method (1996) provide
the same values for both locations for earthquake magnitudes of 7.6; 6.0; and
5.0. Meanwhile, the other three methods provide varying SF values depending on
the earthquake magnitude. The larger the magnitude value, the smaller the
resulting SF value. The analysis results using the Idriss and Boulanger Method
(2008) tend to give the largest SF values, while the Japan Rail Association
Method (1996) provides the smallest values. Meanwhile, the probability analysis
results using the Lai et al. Method (2006) also give the largest values, and
the Somnez-Gokceoglu Method (2005) provides the smallest values. Then,
liquefaction probability (PL) analysis results with values greater than 0.85
are found in both locations with an earthquake magnitude variation of 7.6. On
the other hand, probabilities with values less than 0.15 are often found in the
analysis with a magnitude variation of 5.0. According to Chen and
Juang (2000), the soil at both locations with an earthquake magnitude variation
of 7.6 is classified as almost certain that it
will liquefy.
Kata Kunci : Magnitudo gempa, kelas situs tanah, stress reduction factor; faktor aman likuifaksi, probabilitas likuifaksi