Sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) pada Pengelolaan Hutan Skala Kecil di Koperasi Wana Manunggal Lestari Gunungkidul

NOVI PRIYANINGSIH, Wiyono, S.Hut., M.Si

2024 | Tugas Akhir | D4 PENGELOLAAN HUTAN

Permintaan produk-produk hasil hutan seperti kayu, baik di pasar domestik maupun di pasar global terus mengalami peningkatan. Hutan rakyat adalah salah satu sumber pemasok bahan baku industri kayu yang penting. Meskipun demikian, penjualan kayu dari hutan rakyat dengan metode konvensional memiliki kelemahan yaitu stabilitas harga yang rendah. Salah satu solusi untuk mengatasi kelemahan dalam penjualan kayu dari hutan rakyat secara konvensional adalah melalui penerapan skema sertifikasi hutan rakyat. Sertifikasi hutan rakyat merupakan suatu mekanisme kebijakan di bidang kehutanan yang dirancang untuk meningkatkan praktik pengelolaan hutan rakyat secara berkelanjutan. Salah satu skema sertifikasi sukarela (voluntary) yang diakui baik pada tingkatan pasar lokal maupun pasar internasional adalah sertifikasi FSC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses, manfaat, dan kendala sertifikasi FSC di Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2023-Januari 2024 di Koperasi Wana Manunggal Lestari (KWML). KWML adalah koperasi produsen yang telah berhasil memeroleh sertifikat pengelolaan hutan lestari dengan standar Forest Stewardship Council (FSC) sejak tahun 2023. Pengambilan data dilakukan dengan cara: (1) survei kuesioner kepada petani hutan mitra KWML; (2) wawancara mendalam dengan pengurus koperasi dan pengurus kelompok tani hutan mitra KWML; (3) observasi terhadap pengelolaan hutan rakyat dan perhutanan sosial. Data hasil penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Proses sertifikasi FSC terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, pemenuhan standar, dan penilaian oleh lembaga sertifikasi; (2) Sertifikasi FSC memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan kepada petani hutan; (3) Kendala terbesar sertifikasi FSC yaitu kurangnya pemahaman petani hutan terhadap standar sertifikasi FSC.

Demand for forest products such as timber, both in the domestic market and in the global market, continues to increase. Community forests are one of the important sources of raw material supply for the timber industry. However, the sale of timber from community forests using conventional methods has the disadvantage of low price stability. One solution to overcome the weaknesses in conventional timber sales from community forests is through the implementation of community forest certification schemes. Community forest certification is a policy mechanism in the forestry sector designed to improve sustainable community forest management practices. One of the voluntary certification schemes recognized both at the local and international market levels is FSC certification. This study aims to determine the process, benefits, and constraints of FSC certification in Gunungkidul. This research was conducted in September 2023-January 2024 at Wana Manunggal Lestari Cooperative (KWML). KWML is a producer cooperative that has successfully obtained a sustainable forest management certificate with the Forest Stewardship Council (FSC) standard since 2023. Data were collected by: (1) questionnaire survey to KWML partner forest farmers; (2) in-depth interviews with cooperative management and KWML partner forest farmer group management; (3) observation of community forest management and social forestry. The research data were then analyzed descriptively. Based on the results of the study it is concluded that: (1) The FSC certification process consists of three stages, namely preparation, standard fulfillment, and assessment by the certification body; (2) FSC certification provides social, economic, and environmental benefits to forest farmers; (3) The biggest obstacle to FSC certification is forest farmers' lack of understanding of FSC certification standards.

Kata Kunci : Sertifikasi FSC, Hutan Rakyat, Gunungkidul, KWML