Dinamika Konversi Lahan Pertanian Terhadap Daya Dukung Kawasan Lumbung Padi di Sleman Barat
VANISA ANGGRETA SARI, Dr. Rika Harini, S.Si., M.P.
2024 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN
Sleman Barat memiliki arahan tata ruang berupa kawasan pertanian dan termasuk dalam kawasan lumbung padi yang mengalami konversi lahan pertanian akibat perkembangan Kota Yogyakarta. Konversi lahan pertanian yang terjadi mempengaruhi daya dukung lahan pertanian di kawasan lumbung padi Sleman Barat. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat konversi lahan pertanian yang terjadi pada kawasan lumbung padi; (2) mengkaji pengaruh konversi lahan terhadap daya dukung lahan pertanian pada kawasan lumbung padi.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Perumusan parameter konversi lahan dan daya dukung lahan pertanian didasarkan pada data yang diperoleh melalui Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Sleman, serta BAPPEDA DIY. Tingkat konversi lahan pertanian di kawasan lumbung padi dianalisis secara statistik menggunakan uji beda paired sample t-test. Pengaruh konversi lahan pertanian terhadap daya dukung lahan pertanian diketahui menggunakan uji statistik regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat konversi lahan yang tinggi di Kapanewon Minggir, Kapanewon Moyudan, Kapanewon Seyegan, dan Kapanewon Godean. Tingkat konversi lahan di wilayah dekat kota dan wilayah tidak dekat kota tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Laju konversi lahan memiliki pengaruh terhadap daya dukung lahan pertanian tetapi tidak signifikan. Daya dukung lahan pertanian di Sleman Barat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi secara simultan. Konversi lahan pertanian akan berpengaruh terhadap daya dukung lahan pertanian apabila disertai dengan penurunan produksi tanaman pangan padi sawah. Nilai daya dukung lahan pertanian Sleman Barat termasuk dalam wilayah dengan daya dukung lahan yang baik dan mampu untuk melaksanakan swasembada pangan. Meski demikian, penekanan untuk menurunkan tingkat konversi lahan dan peningkatan produktivitas pertanian perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas daya dukung lahan pertanian Sleman Barat.
West Sleman has a spatial direction in the form of agricultural areas and is included in the granary area which has experienced agricultural land conversion due to the development of Yogyakarta City. The conversion of agricultural land affects the carrying capacity of agricultural land in the West Sleman granary area. Therefore, this study aims to (1) knowing the level of agricultural land conversion that occurs in the granary area; (2) assess the effect of land conversion on the carrying capacity of agricultural land in the granary area.
The research method used was descriptive quantitative and qualitative analysis. The formulation of land conversion parameters and the carrying capacity of agricultural land is based on data obtained through the Sleman Regency Agriculture Office, Sleman Regency Central Bureau of Statistics, Sleman Regency Land and Spatial Planning Office, and BAPPEDA DIY. The level of agricultural land conversion in the granary area was statistically analyzed using a paired sample t-test. The effect of agricultural land conversion on the carrying capacity of agricultural land was determined using multiple linear regression statistical tests.
The results showed a high level of land conversion in Kapanewon Minggir, Kapanewon Moyudan, Kapanewon Seyegan, and Kapanewon Godean. The rate of land conversion in areas near the city and areas not near the city has no significant difference. The rate of land conversion has an influence on the carrying capacity of agricultural land but is not significant. The carrying capacity of agricultural land in West Sleman is influenced by various factors that affect it simultaneously. Conversion of agricultural land will affect the carrying capacity of agricultural land if it is accompanied by a decrease in the production of wet-rice food crops. West Sleman’s agricultural land carrying capacity value indicates the region’s capability to be able to meet the food needs. However, suppressing for lowering the rate of land conversion and increasing agricultural productivity needs to be done to maintain the stability of the carrying capacity of West Sleman agricultural land.
Kata Kunci : Daya Dukung Lahan Pertanian, Konversi Lahan Pertanian, Produktivitas Pertanian