Laporkan Masalah

HUBUNGAN STEREOTIP GENDER DENGAN INTIMATE PARTNER VIOLENCE PADA REMAJA (ANALISIS DATA GLOBAL EARLY ADOLESCENT STUDY GELOMBANG 1 TAHUN 2018)

Wella Widyani, dr. Ifta Choiriyyah, MSPH., Ph.D. ; Dr. Grhasta Dian Perestroika, S.ST., M.Kes.

2024 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Salah satu faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian IPV pada remaja adalah stereotip gender. Stereotip gender melibatkan keyakinan tentang karakteristik seseorang berdasarkan jenis kelamin orang tersebut. Adanya pelabelan terkait karakteristik ini dapat mendorong terjadinya kekerasan. Saat ini belum banyak penelitian di Indonesia yang meneliti tentang hubungan stereotip gender dengan kejadian IPV pada remaja serta membandingkan hubungan dua jenis stereotip gender terhadap kejadian IPV. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara stereotip gender dengan IPV pada remaja awal. Metode: Analisis cross-sectional ini menggunakan data Global Early Adolescent Study Indonesia gelombang I tahun 2018 dengan 4.684 partisipan remaja awal usia 10-14 tahun yang tinggal di 3 kota yaitu Bandar Lampung, Denpasar dan Semarang. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen berdasarkan kategori keterlibatan IPV. Analisis bivariabel menggunakan regresi logistik sederhana dan analisis multivariabel menggunakan regresi logistik multinomial bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian IPV pada remaja awal. Hasil: Dari total sampel penelitian yang pernah/sedang menjalani hubungan pacaran (n=1.484) 69% tidak mengalami IPV, 10% merupakan korban IPV, 6% merupakan pelaku IPV dan 15% merupakan korban sekaligus pelaku IPV. Analisis ini menemukan bahwa stereotip sifat gender justru signifikan berhubungan negatif dengan viktimisasi sekaligus perbuatan IPV. Artinya semakin tinggi kepercayaan remaja terkait stereotip sifat gender, maka semakin kecil peluang remaja terlibat IPV sebagai korban sekaligus pelaku. Sedangkan pada stereotip peran gender tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan kejadian IPV. Kesimpulan: Adanya hubungan negatif antara stereotip sifat gender dengan keterlibatan IPV pada remaja menunjukkan bahwa topik ini memerlukan penelitian lebih lanjut terkait jenis stereotip gender yang dapat mempengaruhi kesejahteraan remaja.

Background: One factor that has an association with the incidence of IPV in adolescents is gender stereotyping. Gender stereotypes involve beliefs about a person's characteristics based on that person's sex. The labeling of these characteristics can lead to violence. Currently, there are not many studies in Indonesia that examine the relationship between gender stereotypes and the incidence of IPV in adolescents and compare the relationship of two types of gender stereotypes to the incidence of IPV. Objectives: This study aimed to determine the relationship between gender stereotypes with IPV in early adolescents. Methods: This cross-sectional analysis used data from the Global Early Adolescent Study Indonesia wave I in 2018 with 4,684 early adolescent participants aged 10-14 years living in 3 cities namely Bandar Lampung, Denpasar and Semarang. Descriptive analysis was conducted to determine the frequency distribution of independent variables based on IPV involvement category. Bivariable analysis using simple logistic regression and multivariable analysis using multinomial logistic regression aimed to determine the factors associated with the incidence of IPV in early adolescents. Results: Of the total research sample who had been/are in a dating relationship (n=1,484) 69% did not experience IPV, 10% were victims of IPV, 6% were perpetrators of IPV and 15% were both victims and perpetrators of IPV. This analysis found that gender trait stereotyping was significantly negatively associated with both victimization and perpetration of IPV. This means that the higher adolescents' beliefs related to gender trait stereotypes, the less likely adolescents will be involved in IPV as both victims and perpetrators. Meanwhile, there was no statistically significant relationship between gender role stereotypes and the incidence of IPV. Conclusion: The existence of a negative relationship between gender trait stereotypes and IPV involvement in adolescents indicates that this topic requires further research related to the types of gender stereotypes that can affect adolescent well-being.

Kata Kunci : stereotip gender, intimate partner violence, remaja awal

  1. S2-2024-500955-abstract.pdf  
  2. S2-2024-500955-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-500955-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-500955-title.pdf