Laporkan Masalah

Hubungan hasil kultur sebelum dan sesudah debridemen serta lama penanganan dengan kejadian enfeksi pada fraktur tungkai bawah terbuka di RS Dr. Sardjito

SETYAWAN, Nurcahya, Dr. Armis, SpB.,Sp.OT

2004 | Tesis | PPDSI Ilmu Bedah

Latar Belakang Masalah : Fraktur terbuka sangat potensial untuk terjadinya suatu infeksi. Kindsfater dan Jonasen (1995) menemukan adanya infeksi yang lebih tinggi dengan perbedaan yang bermakna pada fraktur terbuka yang ditangani 5 jam sesudah trauma dibandingkan sebelum 5 jam. Triyono et al. (1995) juga melaporkan adanya infeksi yang lebih tinggi pada fraktur terbuka yang ditangani sesudah 8 jam dari pada sebelum 8 jam. Sedangkan Bednard dan Parikh (1993) sebaliknya, ia menemukan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kejadian infeksi, pada fraktur yang ditangani sebelum 6 jam dan sesudah 6 jam. Merritt (1988) menemukan kejadian infeksi tidak berkorelasi dengan hasil pada kultur sebelum debridemen tetapi berkorelasi dengan hasil kultur sesudah debridemen. Lee (1997) menyimpulkan bahwa kultur sebelum dan sesudah debridemen tidak berhubungan dengan kejadian infeksi, sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan. Karena masih adanya perbedaan hasil dari berbagai peneliti dalam hal kejadian infeksi fraktur terbuka yang dihubungkan dengan lama penanganan serta kultur sebelum dan sesudah debridemen, maka dilakukan penelitian di Sub. Bagian Bedah Orthopaedi RS Dr. Sardjito. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui apakah lama penanganan, kultur sebelum dan sesudah debridemen, berhubungan dengan kejadian infeksi pada fraktur tungkai bawah terbuka. Bahan dan Cara : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Variabel yang diteliti adalah lamanya penanganan (sebelum 6 jam dan sesudah 6 jam), serta tumbuh dan tidaknya kuman pada kultur sebelum dan sesudah debridemen, dan sebagai outcome nya adalah kejadian infeksi sesudah debridemen. Subyek diambil mulai 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Desember 2003. Nilai Relative Risk (RR) dan Chi-square digunakan untuk menilai hubungan antara lamanya waktu penanganan serta tumbuhnya kuman pada sebelum dan sesudah debridemen dengan kejadian infeksi. Hasil : Mulai 1 Januari 1999 sampai 31 Desember 2003 didapatkan 172 pasien fraktur terbuka. Sebanyak 92 diantaranya memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan nilai RR = 1.071, X2 = 0.030 dan p = 0.861 pada analisis antara lamanya waktu penanganan terhadap kejadian infeksi (p >0.05). Diperoleh nilai RR = 1.228, X2 = 0.394 dan p = 0.530 pada analisis hasil kultur sebelum debridemen dengan kejadian infeksi (p > 0.05). Didapatkan nilai RR = 1.927, X2 = 4.244 dan p = 0.039 pada analisis hasil kultur sesudah debridemen dengan kejadian infeksi (p < 0.05). Kejadian infeksi pada fraktur tungkai bawah terbuka paling banyak disebabkan oleh kontaminasi bakteri jenis Pseudomonas, Staphylococcus,dan Klebsiella yang merupakan jenis kuman infeksi nosokomial di rumah sakit. Kesimpulan : Tak ada perbedaan yang bermakna dalam hal kejadian infeksi antara fraktur tungkai bawah terbuka yang ditangani sebelum 6 jam dan sesudah 6 jam. Tak ada perbedaan yang bermakna antara hasil kultur sebelum debridemen positif dan negatif yang dihubungkan dengan kejadian infeksi pada fraktur tungkai bawah terbuka. Ada perbedaan yang bermakna antara hasil kultur sesudah debridemen positif dan negatif yang dihubungkan dengan kejadian infeksi pada fraktur tungkai bawah terbuka.

Background : Open fractures were potentially became infected. Kindsfater and Jonasen (1995) found that there was a higher infection with significant difference on open fracture which was treated 5 hours after trauma than treated before 5 hours. Triyono et al. (1995) also reported that there was a higher infection with significant difference on open fracture which was treated 8 hours after trauma than treated before 8 hours, but Bednard and Parikh (1993) found that there was no significant difference on the infection of the fracture wich was treated before 6 hours and after 6 hours. Merritt (1988) found that the incidence of infection was not correlated with the pre debridement culture, but it was correlated with post debridement culture. Lee (1997) has concluded that pre and post debridement culture does not correlate with the incidence of infection, so he does not recommend to do. There were some differences in the result of the studies about the correlation between the time for treatment and the result of pre and post debridement culture, with the incidence of open lower leg fracture infection, so we decided to undergo this study. Objective : The objective of this study was to find out whether the time for treatment, pre and post debridement culture, have a correlation with the incidence of open lower leg fracture. Material and Methode : This research was an observational analytic study. Variable in this study were the time for treatment ( < 6 hours and > 6 hours) and the growth of microorganism during pre and post debridement culture. The outcome was the incidence of open lower leg fracture. The data was taken since 1st January 1999 until 31st December 2003. Relative risk (RR) and chi square analysis were used to find out the correlation between the time for treatment and the growth during microorganism on pre and post debridement culture, with the incidence of open lower leg fractures. Result : Since 1st January 1999 until 31st December 2003 we found 172 patients with open lower leg fractures, and 92 of this group were included in this research. We found the value of RR = 1.071, X2 = 0.030 and p = 0.861 (p >0.05) that was taken from analysis from the time for treatment with the incidence of open lower leg fracture infection. The value of RR = 1.228, X2 = 0.394 and p = 0.530 (p > 0.05) was taken from analysis from pre debridement culture with the incidence of infection. The value RR = 1.927, X2 = 4.244 and p = 0.039 (p < 0.05) was taken from analysis from post debridement culture with the incidence of infection. The most bacterial contamining were Pseudomonas, Staphylococcus, and Klebsiella which were nosocomial type microorganism in the hospital. Conclusion : There was no significantly difference between the open lower leg fracture that treated before 6 hours dan after 6 hours, on the incidence of infection. There was no significantly difference between the positive and negative pre debridement culture, on the incidence of infection of open lower leg fracture. There was significantly difference between positive and negative post debridement culture, on the incidence of infection of open lower leg fracture.

Kata Kunci : Bedah,Fraktur Tungkai Bawah Terbuka,Debridemen, open fracture - culture - debridement - infection


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.