Inclusive Development in Villages: Analysis and Lesson Learned from Two Cases of “Desa Inklusi”
Muhammad Jamal Lulail, Prof. Dr. Suharko, M.Si.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Pembangunan yang terlalu berfokus pada pertumbuhan ekonomi mempunyai efek samping seperti ketimpangan sosial, kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan yang inklusif dibutuhkan untuk mengatasi kesenjangan terutama di wilayah perdesaan. Dimulai dari konsep desa inklusi yang diapropriasi di beberapa tempat, pengaruh global terasa ada pengaruhnya ditandai dengan keterlibatan organisasi seperti The Asia Foundation dan DFAT. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses apropriasi desa inklusi di dua tempat yaitu Desa Sidorejo dan Desa Bedahlawak dengan menggunakan framework Gupta et al. Desa Sidorejo mengimplentasikan konsep ‘desa inklusi’ yang mengutamakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dan pemberdayaannya. Sedangkan, Desa Bedahlawak merupakan pilot project pemerintah untuk Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak. Ditemukan bahwa dalam proses implementasinya, peran komunitas epistemik, komunitas praktis, gerakan sosial dan tata kelola pemerintahan yang interaktif berperan di dua desa tersebut dalam mengadopsi konsep inklusi. Ditemukan juga bahwa pembangunan inklusi di dua desa memenuhi konsep Gupta, meskipun terdapat hambatan yang memperlambat proses pencapaiannya seperti hambatan struktural misalnya penyandang disabilitas yang cenderung ‘disembunyikan’oleh keluarga dan faktor ketergantungan program pada ‘anggaran’ pemerintah. Penelitian ini merekomendasikan intervensi pemerintah dalam jangka panjang agar memasukkan ke dalam programnya aspek ‘local wisdom’ agar konsep inklusi sosial mudah diterima. Selain itu hal penting lainnya adalah perlunya payung hukum di level desa tentang pemenuhan hak penyandang disabilitas, perempuan, anak dan kaum marginal. Penulis menyadari bahwa keterbatasan sumber data sekunder dan penggunaan grey literature menyebabkan penelitian ini masih terbatas. Disarankan kedepannya agar dilakukan penelitian yang lebih grounded dan mengukur tingkat pencapaian pembangunan inklusi di desa secara valid.
Too much emphasis on economic growth in development has unintended consequences, including unemployment, poverty, and social inequality. Thus, inclusive development is essential to eliminate these inequities, particularly in rural areas. DFAT and The Asia Foundation were among the organisations that demonstrated the global significance of the concept of the inclusive village, which was first adopted and then replicated in other locations. This study uses the Gupta et al. framework to analyse the appropriation process for inclusion communities in Sidorejo Village and Bedahlawak Village. The active participation and engagement of the practical communities, social movements, epistemic communities, and interactive governance influenced the two villages' adoption of the inclusion idea. It was also discovered that Gupta's concept of inclusive development was realised in the two villages despite certain hindrances that slowed down the process of reaching it. These included structural barriers, such as the tendency of people with disabilities to be 'hidden' by their families and the program's reliance on the government's 'budget.' This study suggests that long-term government intervention should incorporate the 'local wisdom' component into its initiatives to make social inclusion widely understood. In addition, the community needs to have a legal framework in place to guarantee the rights of women, children, persons with disabilities, and other marginalised groups. The utilisation of grey literature and the limits of secondary data sources acknowledge the limitations of this research. It is advised that more grounded research be done in the future to gauge the degree of inclusive development achieved in villages accurately.
Kata Kunci : inclusive development, desa inklusi, Gupta’s Framework