Jejak Karbon dalam Sistem Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta
AZIS MUSTHOFA, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc.; Dr. Geog. Dodi Widiyanto, S.Si., M.RegDev.
2024 | Tesis | S2 Geografi
Urbanisasi telah menimbulkan kebutuhan pangan yang
tinggi di kawasan perkotaan. Tingginya jumlah penduduk dan terpusatnya
aktivitas telah meningkatkan kebutuhan pangan, salah satunya pangan sayur.
Kondisi ini terjadi di D.I. Yogyakarta, tingginya kebutuhan pangan sayur harus
dipenuhi dari luar wilayah. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung potensi
jejak karbon pangan sayur di dalam sistem pangan. Aktivitas dalam sistem pangan
terdiri dari produksi, pengolahan pasca panen, distribusi, penjualan, dan konsumsi.
Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan dipilih menjadi lokasi pengambilan data
sebagai hub masuknya komoditas sayur di Yogyakarta. Selain survei dan
wawancara, analisis data sekunder juga dilakukan untuk menggambarkan potensi
jejak karbon pangan. Hasil menunjukkan bahwa kebutuhan pangan sayur di
Yogyakarta dipenuhi dari wilayah perdesaan beberapa kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah. (Magelang, Wonosobo, Temanggung,
Boyolali, dan Semarang). Potensi nilai rata-rata jejak karbon komoditas sayur
sayur di Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan per hari relatif memiliki nilai
yang tidak jauh berbeda antara pedagang skala besar (94,3 kg CO2-eq/kg produce) dan skala kecil (81,3 kg CO2-eq/kg produce), sedangkan nilai rata-rata potensi jejak karbon
dari sisi konsumsi rumah tangga per pekan adalah 1,9 kg CO2-eq/kg produce.
Urbanization has created a high demand for food in
urban areas. The high population and the concentration of activities have
increased the need for food, including vegetables. This condition occurred in
D.I. Yogyakarta; the high demand for vegetable food must be met outside the
region. This research was carried out by calculating the potential carbon
footprint of vegetable food in the food system. Activities in the food system
consist of production, post-harvest processing, distribution, sales, and consumption.
The Giwangan Fruit and Vegetable Main Market was chosen as the data collection
location as the entry hub for vegetable commodities in Yogyakarta. Apart from
surveys and interviews, secondary data analysis was also carried out to
describe the potential carbon footprint of food. The results show that the need
for vegetable food in Yogyakarta is met from rural areas in several districts
in Central Java Province. (Magelang, Wonosobo, Temanggung, Boyolali and
Semarang). The potential value of the average carbon footprint of vegetable and
vegetable commodities at the Giwangan Fruit and Vegetable Main Market per day
is relatively not much different between large-scale (94.3 kg CO2-eq/kg produce) and small-scale traders (81.3 kg CO2-eq/kg produce), while the average value of the potential carbon
footprint in terms of household consumption per week is 1.9 kg CO2-eq/kg produce).
Kata Kunci : jejak karbon, sistem pangan, sayuran, metabolisme kota