Laporkan Masalah

Modal Sosial dalam Sektor Ketenagakerjaan Informal Penyandang Disabilitas Netra di Kabupaten Sleman DIY

Muhammad Rezki, Dr. Silverius Djuni Prihatin, M. Si

2024 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Indonesia memperlihatkan rekonstruksi penyandang disabilitas (PD) semenjak perkembangan model sosial (the social model). Beberapa organisasi dan lembaga kemudian muncul serta menaruh perhatian pada PD. Keterlibatan dan partisipasi dalam organisasi menandakan eskalasi modal sosial (social capital). Melaluinya, kelompok PD membentuk identitas baru dan membuat perubahan sosial. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah ketenagakerjaan dan pengangguran. Keterbatasan akses pada sektor formal, membuat PDN  masuk dalam sektor informal. Partisipasi tenaga kerja mereka pada tahun 2019 lebih tinggi dibanding dengan disabilitas lain. Dengan adanya isu ketenagakerjaan sehingga modal sosial perlu dipertimbangkan. Modal sosial membawa pada manfaat sosial ekonomi namun berbeda yang dikenal dengan ketimpangan modal sosial karena status sosial ekonomi aktor-aktornya. Atas basis itulah penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi modal sosial dalam sektor ketenagakerjaan informal PDN.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian ditetapkan lewat purposive dan diperoleh secara snow ball dengan total 13 informan. Informan terdiri dari PDN, pengurus Pertuni dan pihak BRTPD Pundong. Pengumpulan data diterapkan dengan wawancara mendalam dari Bulan November 2023 hingga Februari 2024. Hal itu dilengkapi dengan observasi non partisipan dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis lewat reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber. Etika penelitian juga dipertimbangkan seperti anonimitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dalam sektor ketenagakerjaan informal PDN masih perlu dipertimbangkan ulang. Hal ini tidak terlepas dari studi modal sosial yang minim memasukkan PDN dan minimnya pembahasan modal sosial dalam studi disabilitas. Urgensi modal sosial dalam sektor ketenagakerjaan PDN terletak pada upaya modal sosial yang dapat mendorong PDN, kesejahteraan dan inklusi sosial. Relasi tersebut cenderung homofili dan mengedepankan norma general.Ketika PDN membangun relasi yang penting maka mereka dapat meningkatkan peluang, kemandirian dan integrasi dengan komunitas sosial. Modal sosial kemudian menjadi strategi untuk menambah disposisi dan membangun reputasi PDN. Disposisi adalah segenap peluang, keterampilan, pengetahuan, pengalaman dan informasi karena jaringan sosial yang mereka kembangkan dengan orang lain. Sedangkan reputasi adalah kedudukan PDN di antara konsumen berkat bantuan broker informasi. Broker informasi itu adalah pasien yang menyebarkan jasa atau produk kepada orang lain. penyebaran jasa tersebut dinamakan getok tular. Aspek aksesibilitas sebagaimana kendala yang cukup dihadapi dalam sektor ketenagakerjaan belum mendapat pembahasan. Modal sosial kemudian tidak berdiri sendiri melainkan memiliki keterkaitan dengan modal lain. Modal sosial tidak berjalan tanpa modal kultural. dan modal kultural tidak berjalan tanpa keberfungsian sosial. Penelitian ini memberikan rekomendasi seperti; a) agenda penelitian tentang pemasaran dan konsumen PDN; b) pemerintah memberikan fasilitasi pemberdayaan, akses pekerjaan dan jejaring; c) lembaga pemerhati disabilitas dapat melakukan advokasi akan kesempatan kerja dan membangun relasi sosial yang penting d) Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran, kesempatan dan mengedepankan pendekatan pemberdayaan dibanding stigma.

Indonesia shows the reconstruction of people with disabilities (PwDs) since the development of social model. Several organizations and institutions then emerged and paid attention to PwDs. Involvement and participation in organizations indicates an escalation of social capital. Through it, groups of people with disabilities form new identities and create social change. One issue of concern is employment or unemployment. Limited access to the formal sector forces People with visual impairment (PwVIs) to enter the informal sector. Their labor force participation in 2019 was higher than those with other disabilities. With employment issues, social capital needs to be considered. Social capital brings socio-economic benefits but is different, known as social capital inequality, due to socio-economic status of the actors. On this basis, research was conducted to explore social capital in the informal employment sector of PwVIs.

This research uses a qualitative descriptive research design. Research informants were determined purposively and obtained by snowballing with a total of 13 informants. Informants consisted of PwVIs, Pertuni administrators and the BRTPD Pundong. Data collection was carried out using in-depth interviews from November 2023 to February 2024. This was complemented by non-participant observation and documentation. The data is then analyzed through reduction, data presentation and drawing conclusions. Data validity is carried out by source triangulation. Research ethics are also considered through anonymity.

The research results show that social capital in the PwVIs informal employment sector still needs to be reconsidered. This is inseparable from social capital studies which minimally include PwVIs and the minimal discussion of social capital in disability studies. The urgency of social capital in the PwVIs employment sector lies in social capital efforts that can encourage PwVIs, welfare and social inclusion. These relationships tend to be homophily and prioritize general norms. When PwVIs builds important relationships, they can increase opportunities, independence and integration with the social community. Social capital then becomes a strategy to increase disposition and build PwVIs' reputation. Dispositions are all the opportunities, skills, knowledge, experience and information due to the social networks they develop with other people. Meanwhile, reputation is PwVI’s position among consumers thanks to the help of information brokers. Information brokers are patients who distribute services or products to other people. The distribution of these services is called gethok tular (words of mouth). The accessibility aspect, as well as the obstacles faced in the employment sector, has not yet been discussed. Social capital then does not stand alone but is linked to other capital. Social capital does not work without cultural capital. And cultural capital does not operate without social functioning. This research provides recommendations such as; a) research agenda on PwVIs’ marketing and consumers; b) the government provides empowerment facilities, access to jobs and networks; c) disability awareness organizations can advocate for employment opportunities and build important social relationships. d) The community can increase awareness, opportunities and prioritize empowerment approaches rather than stigma.




Kata Kunci : Modal Sosial, Sektor Ketenagakerjaan Informal, Penyandang Disabilitas Netra

  1. S2-2024-499256-abstract.pdf  
  2. S2-2024-499256-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-499256-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-499256-title.pdf