Demokrasi Akar Rumput dalam Gerakan Sosial Pemuda (Studi Etnografi Komunitas Ketjilbergerak Yogyakarta)
Tri Muryani, Hakimul Ikhwan, M.A., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mewujudkan demokrasi. Mulai dari pasca kemerdekaan 1945, Pemilu 1955, era orde baru 32 tahun, gejolak reformasi 1998, hingga saat ini. Selain melibatkan secara langsung dalam proses pemilihan umum, reformasi 1998 juga melahirkan gejolak baru gerakan masyarakat sipil. Secara individu maupun kelompok, kebebasan berekspresi dan memberikan pendapat juga mendukung lahirnya gerakan-gerakan sosial. Salah satu gerakan sosial yang lahir dari kritik terhadap tatanan sosial yang ada ialah Komunitas Ketjilbergerak. Komunitas ini lahir tahun 2006 oleh dua orang anak muda mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta. Mereka menggunakan pendidikan dan kesenian sebagai media mengekspresikan ide gagasannya. Keterlibatan anak-anak muda dalam gerakan ini menjadi poin penting. Peneliti melihat bagaimana keterlibatan anak muda masih relevan di sepanjang masa karena dalam kajian generasi, anak-anak muda merupakan penerus dari peradaban. Keterlibatan anak muda secara langsung dan partisipatif menjadi kajian penting untuk membaca arah pembangunan bangsa di masa depan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi dengan dua sub metode yakni etnografi kritis dan netnografi. Etnografi kritis dalam hal ini menekankan peran penting individu yang sedang diteliti dalam hal ini pendiri dan anak-anak muda yang terlibat. Sementara, internet etnografi digunakan untuk mengkonfirmasi data-data tahun-tahun awal berdiri. Karena, dalam hal ini peneliti tergabung sejak 2017 sehingga data-data sebelum itu ditelusuri oleh cerita narasumber dan dikonfirmasi melalui data sekunder yang terdapat di internet. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori demokrasi, teori gerakan sosial baru, dan terakhir teori strukturasi. Teori demokrasi digunakan untuk menggambarkan bagaimana gerakan masyarakat sipil yang dilakukan secara kultural independen dan fleksibel menjadi bagian dari proses demokrasi. Bahwa demokrasi tidak selalu berkaitan dengan partai politik atau politik praktis di internal negara. Tetapi demokrasi juga bisa dilihat dari potret keterlibatan masyarakat sipil dalam kehidupan sehari-hari untuk merespon kondisi sosialnya. Teori gerakan sosial baru digunakan karena berkaitan erat dengan strategi dan ciri-ciri gerakan komunitas ketjilbergerak itu sendiri. Sementara, teori strukturasi digunakan untuk melihat hubungan antara agen dan struktur yang bersifat fleksibel tidak kaku. Baik antara anak muda sebagai individu dengan komunitas maupun komunitas dengan negara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak muda dalam gerakan akar rumput memiliki peran penting dalam proses demokrasi. Hal ini terimplementasi salah satunya oleh Komunitas Ketjilbergerak. Komunitas ini lahir dari keresahan individu maupun kelompok dalam melihat realitas sosial. Strategi yang digunakan oleh komunitas ini ialah membangun jejaring dengan melibatkan secara aktif peran-peran pemuda. Kolaborasi dan kemandirian juga menjadi nilai yang dipegang teguh untuk menggerakan agen-agen. Motivasi untuk mewujudkan berbagai perubahan dan tatanan mengkonfirmasi bahwa komunitas ini merupakan bagian dari gerakan sosial baru sekaligus bentuk ekspresi masyarakat sipil dalam demokrasi akar rumput.
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mewujudkan demokrasi. Mulai dari pasca kemerdekaan 1945, Pemilu 1955, era orde baru 32 tahun, gejolak reformasi 1998, hingga saat ini. Selain melibatkan secara langsung dalam proses pemilihan umum, reformasi 1998 juga melahirkan gejolak baru gerakan masyarakat sipil. Secara individu maupun kelompok, kebebasan berekspresi dan memberikan pendapat juga mendukung lahirnya gerakan-gerakan sosial. Salah satu gerakan sosial yang lahir dari kritik terhadap tatanan sosial yang ada ialah Komunitas Ketjilbergerak. Komunitas ini lahir tahun 2006 oleh dua orang anak muda mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta. Mereka menggunakan pendidikan dan kesenian sebagai media mengekspresikan ide gagasannya. Keterlibatan anak-anak muda dalam gerakan ini menjadi poin penting. Peneliti melihat bagaimana keterlibatan anak muda masih relevan di sepanjang masa karena dalam kajian generasi, anak-anak muda merupakan penerus dari peradaban. Keterlibatan anak muda secara langsung dan partisipatif menjadi kajian penting untuk membaca arah pembangunan bangsa di masa depan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi dengan dua sub metode yakni etnografi kritis dan netnografi. Etnografi kritis dalam hal ini menekankan peran penting individu yang sedang diteliti dalam hal ini pendiri dan anak-anak muda yang terlibat. Sementara, internet etnografi digunakan untuk mengkonfirmasi data-data tahun-tahun awal berdiri. Karena, dalam hal ini peneliti tergabung sejak 2017 sehingga data-data sebelum itu ditelusuri oleh cerita narasumber dan dikonfirmasi melalui data sekunder yang terdapat di internet. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori demokrasi, teori gerakan sosial baru, dan terakhir teori strukturasi. Teori demokrasi digunakan untuk menggambarkan bagaimana gerakan masyarakat sipil yang dilakukan secara kultural independen dan fleksibel menjadi bagian dari proses demokrasi. Bahwa demokrasi tidak selalu berkaitan dengan partai politik atau politik praktis di internal negara. Tetapi demokrasi juga bisa dilihat dari potret keterlibatan masyarakat sipil dalam kehidupan sehari-hari untuk merespon kondisi sosialnya. Teori gerakan sosial baru digunakan karena berkaitan erat dengan strategi dan ciri-ciri gerakan komunitas ketjilbergerak itu sendiri. Sementara, teori strukturasi digunakan untuk melihat hubungan antara agen dan struktur yang bersifat fleksibel tidak kaku. Baik antara anak muda sebagai individu dengan komunitas maupun komunitas dengan negara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak muda dalam gerakan akar rumput memiliki peran penting dalam proses demokrasi. Hal ini terimplementasi salah satunya oleh Komunitas Ketjilbergerak. Komunitas ini lahir dari keresahan individu maupun kelompok dalam melihat realitas sosial. Strategi yang digunakan oleh komunitas ini ialah membangun jejaring dengan melibatkan secara aktif peran-peran pemuda. Kolaborasi dan kemandirian juga menjadi nilai yang dipegang teguh untuk menggerakan agen-agen. Motivasi untuk mewujudkan berbagai perubahan dan tatanan mengkonfirmasi bahwa komunitas ini merupakan bagian dari gerakan sosial baru sekaligus bentuk ekspresi masyarakat sipil dalam demokrasi akar rumput.
Kata Kunci : Demokrasi Akar Rumput, Gerakan Sosial, Anak Muda