Kajian Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dalam Bencana Wabah Penyakit, Studi Kasus: Penyakit Campak
Anastasia Endar Widyaningsih, Dr. Ir. Dina Ruslanjari, M.Si., Dr. dr. Bambang Hastha Yoga LB, Sp.Kj(K)
2024 | Tesis | S2 MAGISTER MANAJEMEN BENCANA
Penyakit campak merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. Selama 3 tahun terakhir, penyakit Campak meningkat secara signifikan dan menimbulkan KLB di Indonesia sementara cakupan imunisasi saat ini telah mencapai target yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis tingkat risiko penyakit Campak di Kabupaten Bantul, (2) menganalisis upaya kesiapsiagaan dinas kesehatan dan puskesmas di Kabupaten Bantul dalam penanggulangan KLB Campak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling berjumlah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari struktural dan programer di dinas kesehatan dan puskesmas serta masyarakat. Hasil penelitian ini adalah bahwa penilaian risiko campak di Kabupaten Bantul dengan faktor risiko kepadatan penduduk, status imunisasi, status gizi, jumlah kasus campak dan ketepatan serta kelengkapan pelaporan surveilans menunjukkan Puskesmas Banguntapan 2 merupakan puskesmas yang memiliki tingkat risiko tinggi. Sebagian besar puskesmas (85,18%) memiliki tingkat risiko sedang dan 3 puskesmas (11,11%) dengan tingkat risiko yang rendah. Status nutrisi yang rendah akan meningkatkan tingkat risiko penyakit campak. Kesiapsiagaan dinas kesehatan dan puskesmas masuk dalam kriteria baik meskipun terdapat beberapa variabel yang belum terpenuhi seperti belum tersedianya SOP tentang penanggulangan bencana khususnya wabah penyakit dan atau KLB, terbatasnya pembiayaan, kurangnya tenaga ahli di bidang kebencanaan dan epidemiolog serta masih kurangnya peran serta masyarakat khususnya di wilayah Puskesmas Banguntapan. Prioritas penanganan KLB campak ataupun penyakit berpotensi wabah lainnya berdasarkan kajian tingkat risiko dan faktor risiko yang berpengaruh sangat penting untuk mengoptimalkan pembiayaan dan sumber daya. Komitmen pimpinan dalam menentukan status suatu penyakit yang berpotensi menjadi wabah penyakit sangat diperlukan untuk penanganan KLB. Penyusunan regulasi berupa kebijakan, pedoman/panduan, standar operational prosedur (SOP) perlu disusun dan ditetapkan oleh pimpinan supaya kegiatan penanggulangan bencana ini memiliki dasar hukum yang jelas dan adanya pemahaman akan tugasnya masing-masing. Selain itu diperlukan adanya pemenuhan tenaga ahli dalam kebencanaan secara umum atau dalam bidang epidemiologi untuk dapat melakukan perencanaan dan analisis penyakit secara mendalam dan komprehensif.
The measles disease is a contagious illness that can be prevented with immunization. Over the past 3 years, measles cases have significantly increased, leading to outbreaks in Indonesia, while current immunization coverage has reached the set target. This study aims to (1) analyze the risk level of measles disease in Bantul Regency, (2) analyze the preparedness efforts of the health office and community health centers in Bantul Regency in handling measles outbreaks. This research is a descriptive study using qualitative methods. The research subjects were determined using purposive sampling method, totaling 12 individuals consisting of officials and programmers from the health office and community health centers, as well as members of the community. The results of this study show that the assessment of measles risk in Bantul Regency, considering factors such as population density, immunization status, nutritional status, measles cases, and the accuracy and completeness of surveillance reporting, indicates that Banguntapan 2 Community Health Center has a high-risk level. Most of the community health centers (85.18%) have a moderate risk level, while 3 community health centers (11.11%) have a low risk level. Poor nutrition status increases the risk of measles disease. The preparedness of the health office and community health centers is generally good, although there are some variables that have not been fulfilled, such as the lack of standard operating procedures (SOPs) for disaster management, especially disease outbreaks or epidemics, limited funding, lack of expertise in disaster and epidemiology, and insufficient community participation, especially in the Banguntapan Community Health Center area. Prioritizing the handling of measles outbreaks or other potentially epidemic diseases based on risk level assessment and influential risk factors is essential to optimize funding and resources. Leadership commitment in determining the status of a disease that has the potential to become an epidemic is crucial for outbreak management. The development of regulations in the form of policies, guidelines, and standard operating procedures (SOPs) needs to be established and enacted by leadership to provide a clear legal basis for disaster management activities and ensure understanding of respective responsibilities. Additionally, the provision and fulfillment of expert personnel in disaster management or epidemiology are required to conduct thorough and comprehensive disease planning and analysis.
Kata Kunci : Penyakit Campak, Tingkat Risiko, Kesiapsiagaan/ Measles, Risk Level, Preparedness