GERAKAN ISLAM POPULIS DI INDONESIA: STUDI KASUS GERAKAN 212

Hanif Maulana Muhammad Arrosyady, Dr. Nanang Indra Kurniawan, M. P. A

2024 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Gerakan 212 atau dikenal juga sebagai gerakan aksi bela Islam merupakan gerakan yang besar dan fenomenal pada tahun 2016. Pasca reformasi belum terjadi sebuah aksi massa yang sebesar gerakan tersebut. Gerakan ini hadir dengan atas berbagai keresahan dan kepentingan elit. Kemudian memberikan dampak terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelas gerakan 212 dalam kerangka gerakan populis Islam. Selain itu juga menjelaskan akar konflik, dinamika konflik, serta aktor, pola gerakan, jaringan. Pendekatan yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai tokoh-tokoh GNPF-MUI, peserta aksi, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu teori populisme, populisme Islam dan teori gerakan sosial. Teori populisme dan populisme Islam digunakan untuk menjawab karakter populisme dalam gerakan 212. Sedangkan teori gerakan sosial dimaksudkan untuk dapat memetakan motivasi, pola gerakan, aktor, serta jaringan yang membantu gerakan ini. Penelitian ini menghasilkan penjelasan bahwa memang terdapat ciri-ciri populisme dan populisme islam. Misalnya, Ahok yang beridentitas agama Kristen namun dapat menjadi Gubernur DKI di wilayah muslim. Ini merupakan bentuk nativistik. Kemudian pengaruh besar Habib Rizieq Shihab yang mampu menjaring berbagai elemen masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini. Namun keresahan dan ketimpangan ini kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh para elit agama GNPF-MUI yang bergabung dengan aktor kepentingan politik menggunakan isu atas nama umat untuk mencapai kepentingan para elit politik dan agama.

The 212 Movement, also known as the Islamic Defense Action, emerged as a significant and phenomenal movement in 2016. Since the reform era, there has been no mass action as substantial as this movement. This movement arose from various elite concerns and interests, subsequently impacting the socio-political life of Indonesian society. The purpose of this study is to elucidate the 212 Movement within the framework of Islamic populist movements. Additionally, it aims to explain the roots of the conflict, the dynamics of the conflict, as well as the actors, movement patterns, and networks involved. This study employs a qualitative approach. Data sources include interviews and documentation. Interviews were conducted with key figures from the National Movement to Safeguard the Indonesian Ulema Council's Fatwa (GNPF-MUI), participants of the actions, and representatives from the National Counter-Terrorism Agency (BNPT). The theoretical framework used to analyze this movement comprises theories of populism, Islamic populism, and social movement theory. The theories of populism and Islamic populism are utilized to identify the populist characteristics within the 212 Movement, while social movement theory is intended to map the motivations, movement patterns, actors, and networks that supported this movement. The findings of this study indicate the presence of populist and Islamic populist characteristics within the 212 Movement. For instance, Ahok, who is of Christian faith, being able to serve as the Governor of Jakarta in a predominantly Muslim area, exemplifies a form of nativism. Furthermore, the significant influence of Habib Rizieq Shihab, who managed to unite various societal elements to join this movement, underscores the movement's populist nature. However, the concerns and inequalities exploited by the religious elites of GNPF-MUI, in collaboration with political interest actors, were leveraged under the guise of representing the Muslim community to achieve the interests of political and religious elites.

Kata Kunci : Populisme, Populisme Islam, Gerakan 212, Gerakan Islam Populis, GNPF-MUI/ Populism, Islamic Populism, 212 Movement, Populist Islamic Movement, GNPF-MUI.