Relasi Gender pada Kelompok Binaan Perusahaan di Jawa Barat
Ashlihul Hayati M S, Milda Longgeita Br.Pinem, S.Sos., M.A., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
Perempuan sering dipandang hanya berkiprah dalam urusan domestik dan belum ada keterlibatan perempuan di ranah publik sehingga berdampak pada rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dan sektor publik. Namun berjalannya waktu, perempuan bangkit dan memberikan bukti bahwa keberadaan perempuan layak untuk diakui dan diperhitungkan. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berperan dalam ranah publik. Dengan adanya peran keduanya baik dalam ranah publik maupun domestik terdapat relasi gender. Relasi gender menjadi hal yang tidak terhindarkan dalam pelaksanaan program community development. Terdapat perusahaan yang berkomitmen menjalankan program community development di Jawa Barat yang dijalankan oleh kelompok. Anggota kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan yang dalam melaksanakan program terbentuk relasi gender. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pertanyaan penelitian, pertama “Bagaimana praktik relasi gender para anggota kelompok binaan dalam pelaksanaan program?”. Kedua “Bagaimana praktik relasi gender para anggota kelompok dalam kehidupan sehari-hari?”Penelitian ini berkaitan erat dengan teorisasi relasi gender oleh Naila Kabeer yang bertujuan untuk mengetahuai relasi gender anggota kelompok serta relasi gender dalam kehidupan sehari-hari anggota kelompok melalui dimensi resources, agency, dan achievement. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil temuan dari penelitian ini adanya praktik relasi gender dalam pelaksanaan program dan pembagian peran yang telah disepakati antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Relasi gender anggota kelompok dalam pelaksanaan program relatif setara namun tidak dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan cenderung mengalami beban ganda karena ketidakseimbangan peran antara suami dan istri.
Women are often viewed as only being involved in domestic affairs and have little involvement in the public sphere, leading to low female participation in development and the public sector. However, over time, women have risen up and demonstrated that their presence deserves recognition and consideration. Both women and men have equal rights and opportunities to play roles in the public domain. With the roles of both genders in both the public and domestic domains, gender relations are formed. Gender relations become inevitable in the implementation of community development programs. There are companies committed to running community development programs in West Java, which are carried out by groups. These groups consist of both men and women who, in implementing the programs, form gender relations. Based on this, the research questions are, first, "How is the practice of gender relations among group members in the implementation of the program?" Second, "How is the practice of gender relations among group members in everyday life?".This study is closely related to the theorization of gender relations by Naila Kabeer, which aims to understand the gender relations of group members and gender relations in the daily lives of group members through the dimensions of resources, agency, and achievement. This study uses qualitative methods with a case study approach. The findings of this study reveal the practice of gender relations in program implementation and the agreed division of roles between women and men in everyday life. Gender relations among group members in program implementation are relatively equal, but not in everyday life. Women tend to experience a double burden due to the imbalance of roles between husbands and wives.
Kata Kunci : Kata Kunci: Gender, Relasi, Peran, Kelompok Binaan/Keywords: Gender, Relations, Roles, Beneficiary Groups