PERANAN UPAH PENYADAPAN GETAH PINUS TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PENYADAP Di Desa Pakisarum, RPH Bruno, BKPH Purworejo KPH Kedu Selatan

RETNO SEPTINA WIJAYANTI, Wahyu Tri Widayanti, S.Hut., M.P

2008 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

INTISARI Getah pinus merupakan bahan balm dari pembuatan gondorukem dan terpentin. Untuk menghasilkan getah maka pohon pinus harus disadap. Menjadi penyadap pinus merupakan salah satu pekerjaan sampingan yang dipilih oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) lnteraksi masyarakat terhadap sumberdaya hutan, 2) Motif yang mendorong masyarakat sckitar hutan menjadi pctani penyadap getah pinus, 3) Besarnya kontribusi upah penyadapan getah pious terhadap pendapatan total petani dan 4) Peran Kelompok Tani Sadap dalam pengelolaan hutan pinus. Penelitian ini dilakukan Di Desa Pakisarum, RPH Bruno, BKPH Purworejo KPH Kedu Selatan. Metode dasar dalam penelitian ini adalah survei. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan metode Stratified Sampling. Dari 67 petani penyadap getah Pinus yang tergabung dalam Kelompok Tani Sadap Desa Pakisarum untuk wilayah RPH Bruno diambil 36 petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi antara penyadap dengan hutan terbatas pada interaksi ekonomis (pemenuhan kebutuhan hid up) yang bersifat positif . Interaksi yang terjadi diantaranya : masyarakat memanfaatkan hutan sebagai tempat bekerja (menyadap getah), penyedia kayu bakar, penyedia HPT dan sebagian lahan ntuk menanam tanaman pertanian. Hutan sebagai objek menerima dampak yang positif karena lahan hutan menjadi subur, terhindar dari kebakaran, pcrusakan dan pcncurian. Motif yang mcndorong masyarakat menjadi penyadap adalah motif ekonomi. Sebagian besar masyarakat menjadi penyadap untuk menambah income. Penyadapan getah Pinus memberikan rata-rata kontribusi sebesar 38,00% untuk setiap strata. Kontribusi getah pinus berkorelasi positif dengan tingkat kepemilikan lahan dan banyaknya pohon. Semakin tinggi tingkat stratanya maka kontribusi yang diberikan semakin besar. Berdasarkan indikator kesejahteraan BKKBN sebagian besar (55,56%) petani tergolong sebagai keluarga pra sejahtera (sangat miskin). Tingkat Kesejahteraan masyarakat berbeda jika hanya diukur dari pendapatan saja. Hasil analisis kesejahteraan menurut indikator Sajogyo, sebanyak 27,78% petani penyadap berada pada tingkat paling miskin. Kelompok Tani Sadap (KTS) Di Desa Pakisarum belum dapat berperan secara optimal dalam penentuan kebijakan Perhutani dan memperjuangkan hak petani penyadap Di Desa Pakisarum.

ABSTRACT Pine gum is a raw material for making of turpentine and gumrosin. Pine tree have to be tapped to get gum. Become tapper of pine trees is one of the side job which selected by society who live in around pine forest. The objection of the research are to know 1) Interaction between society with forest resources 2) Motif pushing society around forest become farmer of tapper of pine gum 3) Contribution of pine gum tapping to total earnings of farmer and 4) Contribution of Tap Farmer Group in management of pine forest. This research was done in Pakisarum Village, RPH Bruno, BKPH Purworejo KPH South Kedu. Basic method in this research is survey. Technique intake of sample for this research by using Stratified Sampling. Respondent which taken is 36 fanner from 67 farmer of tapper pine gum who merged into Tap Farmer Group of Pakisarum village. The result of the research showed that interaction that happened between tapper with forest having positive character just limited in economic interaction (accomplishment of requirement of life). Interaction that happened such as: society exploit forest as work place (tapping gum), sources of firewood, sources of HPT and some of land farm for plant agriculture crop. The positive impact which accepted forest as object are forest soil become fertile, protected from burning, destructing and robbing. Motif pushing society become tapper is economic motif. Most of the society become tapper to add income. Pine gum tapping give mean contribution 38,00% to each strata. Pine gum contribution have positive correlation with level of the ownership of farm and to the number of tree. More high level so the contribution which is given will be greater. According to the prosperity indicator of BKKBN most farmers (55,56%) included as pre prosperous family (very poor). Level of prosperity society will be different if only measured just from earnings. The result of prosperity analysis according to indicator of Sajogyo show that 27, 78% farmer of tapper reside in poorest level. Tap Farmer Group (KTS) in Pakisarum village not already have optimal earned in determination of Perhutani policy and fight for farmer of tapper rights in Pakisarum village.

Kata Kunci : penyadap getah pinus, kontribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan