Laporkan Masalah

Tren dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor Gandum Negara-Negara ASEAN

Zulaikha Anugraheni, Ir. Any Suryantini, M.M., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc.; Arini Wahyu Utami, Ph.D.

2024 | Tesis | S2 Ekonomi Pertanian

Meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti oleh adanya perkembangan teknologi menyebabkan pola konsumsi masyarakat di ASEAN mulai mengalami perubahan. Salah satunya adalah masifnya konsumsi makanan instan yang berasal dari gandum, namun gandum bukanlah tanaman asli ASEAN sehingga diperlukan impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi impor gandum, tren volume dan nilai impor gandum, faktor-faktor yang memengaruhi impor gandum, serta tingkat ketergantungan gandum impor di ASEAN. Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data kurun waktu selama 30 tahun dari tahun 1993 hingga 2022 dari negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Data yang diperoleh diolah dengan Eviews 9 menggunakan model analisis tren dan regresi data panel. Hasil penelitian ini adalah selama 10 tahun terakhir, proporsi impor gandum di negara Indonesia, Malaysia, dan Vietnam didominasi oleh gandum dari negara Australia; impor gandum Thailand didominasi oleh negara Ukraina; sedangkan impor gandum Filipina didominasi dari negara Amerika Serikat. Tren volume dan nilai impor gandum di Malaysia, Filipina, dan Vietnam positif; sedangkan Indonesia dan Thailand negatif. Ketika GDP per kapita naik, jumlah penduduk naik, kurs menguat, dan konsumsi gandum per kapita naik maka impor gandum ASEAN akan naik, sedangkan ketika harga gandum impor naik maka impor gandum ASEAN turun. Tingkat ketergantungan gandum impor di ASEAN tergolong sangat tinggi. Ketika neraca perdagangan naik (surplus) dan harga gandum impor naik maka tingkat ketergantungan gandum impor ASEAN akan naik.

Population growth and technological advances in ASEAN have led to changes in consumption patterns, including a significant increase in the consumption of wheat-based instant foods. However, since wheat is not indigenous to ASEAN, imports are necessary to meet demand. This study aims to determine the proportion of wheat imports, the trends in the volume and value of wheat imports, and the factors affecting wheat imports in ASEAN. This study examines secondary data using a descriptive analysis method. The data are collected from Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand and Vietnam over a period of 30 years from 1993 to 2022. Trend analysis and panel data regression models in Eviews 9 are used to process the data. Over the past 10 years, Australia has dominated wheat imports in Indonesia, Malaysia and Vietnam; while Ukraine has dominated wheat imports in Thailand, and the United States has dominated wheat imports in the Philippines. Wheat import volume and value trends are positive for Malaysia, Philippines and Vietnam, but negative for Indonesia and Thailand. When GDP per capita rises, population rises, exchange rate strengthens, and wheat consumption per capita rises, ASEAN wheat imports will rise, while when the price of imported wheat rises, ASEAN wheat imports fall. The level of wheat import dependency in ASEAN is very high. When the trade balance rises (surplus) and the price of imported wheat rises, ASEAN's wheat import dependency rate will rise.

Kata Kunci : ASEAN, faktor, gandum, impor, ketergantungan

  1. S2-2024-500957-abstract.pdf  
  2. S2-2024-500957-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-500957-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-500957-title.pdf