Laporkan Masalah

Gegar Budaya dan Strategi Adaptasi Pekerja Migran Indonesia Terhadap Etos Kerja Jepang : Studi Kasus Enam Pekerja Etnis Jawa di Tokyo

Shelsa Odilia Rachman, Drs. Tatang Hariri, M.A., Ph.D.

2024 | Skripsi | SASTRA JEPANG

Tingkat kelahiran yang rendah dan banyaknya pekerja Jepang lanjut usia yang telah pensiun, menyebabkan Jepang tidak lagi memiliki generasi muda yang dapat menggantikan generasi sebelumnya. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, pemerintah Jepang memberi kesempatan kepada orang asing supaya dapat bekerja di Jepang. Apabila orang asing telah memutuskan untuk mengambil peluang tersebut dan mulai bekerja di Jepang, maka akan merasakan adanya perbedaan budaya yang memicu terjadinya gegar budaya terhadap etos kerja Jepang seperti etos kerja 5S maupun kaizen.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memperoleh data melalui wawancara oleh enam Pekerja Migran indonesia etnis Jawa yang bekerja di Tokyo. Penulis menganalisis data yang telah didapat menggunakan teori culture shock yang dikemukakan oleh Kalervo Oberg. Oberg menjelaskan bahwa terdapat empat tahap dalam teori culture shock yaitu tahap honeymoon, tahap kemunduran, tahap pemulihan, dan tahap penyesuaian. Empat tahapan tersebut menunjukkan kondisi awal saat seseorang mendatangi lingkungan baru hingga dapat beradaptasi di lingkungan yang baru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap nrima ing pandum, alon-alon waton kelakon, dan sepi ing pamrih rame ing gawe yang merupakan kebiasaan Pekerja Migran Indonesia etnis Jawa saat bekerja menjadi pengaruh besar dalam mengatasi gegar budaya di lingkungan baru. Disisi lain, ketiga sikap tersebut juga dapat menjadi penyebab terjadinya gegar budaya terhadap etos kerja di lingkungan baru. Dengan demikian, ketiga sikap tersebut dapat menjadi penyebab maupun solusi terjadinya gegar budaya terhadap etos kerja 5S maupun kaizen di Jepang.

The low birth rate and the large number of elderly Japanese workers who have led to high demand for migrant workers. As a result, the Japanese government provides opportunities for foreigners to work in Japan. If foreigners decide to take this opportunity and start working in Japan, they will feel cultural differences that trigger culture shock towards Japanese work ethics such as the 5S work ethic and kaizen.

This study, employed qualitative research methods, gathering data through interviews with six Indonesian employees, from Javanese ethic group, who were working in Tokyo. The study applied the culture shock theory from Kalervo Oberg. According to Oberg, the four phases of the culture shock theory are the honeymoon, regression, recovery, and adjusment stages. These four phases depict an individual's initial circumstances when entering a new setting and continue until they can adjust to it.

This study demonstrates that the attitude of Javanese ethnic Indonesian workers, such as nrima ing pandum, alon-alon waton kelakon, and sepi ing pamrih rame ing gawe, have a significant impact on overcoming culture shock in a new setting. Ironically, while these attitudes may help the workers to overcome culture shock, they can be the cause why the workers experienced culture shock in the first place. This study shows that these attitudes often clash with 5S work ethic and Japanese's kaizen

Kata Kunci : gegar budaya,adaptasi,etos kerja

  1. S1-2024-440840-abstract.pdf  
  2. S1-2024-440840-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-440840-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-440840-title.pdf