Kajian Kerentanan Penghidupan Petani Kentang Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus: Kecamatan Sembalun, Lombok Timur)
Citra Musafirah Isni Wahid, Dr.Sc. Andung Bayu Sekaranom, S.Si., M.Sc.; Dr. Emilya Nurjani, S.Si., M.Si.
2024 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan
Perubahan iklim berpotensi
memberikan dampak negatif terhadap penghidupan petani, dikarenakan aktivitas
pertanian sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Kecamatan Sembalun adalah salah satu wilayah di Kabupaten Lombok Timur
yang berpotensi untuk mengembangkan pertanian hortikultura dataran tinggi, terutama dalam budidaya
kentang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek
kerentanan penghidupan menurut persepsi petani kentang di Kecamatan Sembalun,
menganalisis tingkat kerentanan penghidupan petani kentang dengan pendekatan
LVI dan LVI-IPCC, serta merumuskan strategi adaptasi dalam mengatasi kerentanan
penghidupan petani kentang Sembalun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran.
Pendekatan kuantitatif melalui perhitungan 10 komponen utama LVI (Livelihood
Vulnerability Index) yang tersusun dari 54 indikator. LVI dikelompokkan
menjadi komponen kerentanan LVI-IPCC (paparan, sensitivitas, dan kapasitas
adaptasi). Pengambilan data didapatkan dengan melakukan wawancara terhadap 72
rumah tangga petani kentang. Wawancara dilakukan di empat desa di Kecamatan
Sembalun yaitu Desa Sembalun, Desa Sembalun Lawang, Desa Sembalun Timba Gading,
dan Desa Sembalun Bumbung. Dalam merumuskan strategi adaptasi dilakukan melalui
pendekatan kualitatif menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan
komponen yang paling mendominasi yaitu komponen bencana alam dan variabilitas
iklim, finansial, lahan dan perumahan. Nilai perolehan LVI petani di Kecamatan
Sembalun dikategorikan sangat rentan (0,492). Penilaian LVI-IPCC di Kecamatan
Sembalun dikategorikan rentan (0,162). Hal ini dikarenakan tingginya tingkat
paparan dan sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan kapasitas adaptasi yang
rendah. Perolehan nilai kerentanan tertinggi terjadi pada Desa Sembalun Bumbung
(0,492). Sementara itu perbandingan nilai LVI-IPCC, kerentanan tertinggi
terdapat di Desa Sembalun Lawang (0,171). Hasil klasifikasi kerentanan
diperlukan dalam perumusan strategi adaptasi melalui analisis SWOT. Hasil
perumusan strategi adaptasi kerentanan penghidupan menunjukkan kombinasi
strategi Strenghts-Opportunities (SO) yang menjadi prioritas
utama dengan total skor 3,502. Strategi ini menekankan pemanfaatan kekuatan
yang dimiliki dan mengoptimalkan peluang. Strategi adaptasi yang dapat direkomendasikan mencakup pemanfaatan keahlian dan informasi petani untuk pola tanam
adaptif, diversifikasi pangan, pengembangan ekowisata, optimalisasi sumber air,
pelatihan adaptasi iklim, dan rehabilitasi lahan.
Climate change has the
potential to negatively impact farmers' livelihoods, as agricultural activities
are highly dependent on weather conditions. Sembalun District is one of the
areas in East Lombok Regency with the potential to develop highland
horticulture, particularly in potato cultivation. This study aims to identify
the aspects of livelihood vulnerability according to the perceptions of potato
farmers in Sembalun District, analyze the level of livelihood vulnerability of
potato farmers using the LVI and LVI-IPCC approaches, and formulate adaptation
strategies to address the livelihood vulnerabilities of Sembalun potato
farmers. The method used in this research is a mixed method. The quantitative
approach involves calculating 10 main components of the LVI (Livelihood
Vulnerability Index), consisting of 54 indicators. The LVI is grouped into the
LVI-IPCC vulnerability components (exposure, sensitivity, and adaptive
capacity). Data collection was done by interviewing 72 potato farmer
households. Interviews were conducted in four villages in Sembalun District,
namely Sembalun Village, Sembalun Lawang Village, Sembalun Timba Gading
Village, and Sembalun Bumbung Village. The formulation of adaptation strategies
was conducted through a qualitative approach using SWOT analysis.The analysis
results show that the most dominant components are natural disasters and
climate variability, finance, land, and housing. The LVI score of farmers in
Sembalun District is categorized as very vulnerable (0.492). The LVI-IPCC
assessment in Sembalun District is categorized as vulnerable (0.162). This is
due to the high level of exposure and sensitivity. The analysis results show a
low adaptive capacity. The highest vulnerability score occurred in Sembalun
Bumbung Village (0.492). Meanwhile, the comparison of LVI-IPCC values shows the
highest vulnerability in Sembalun Lawang Village (0.171). The vulnerability
classification results are necessary for formulating adaptation strategies
through SWOT analysis. The formulation results of the livelihood vulnerability
adaptation strategy show that the Strengths-Opportunities (SO) strategy
combination is the top priority with a total score of 3.502. This strategy
emphasizes leveraging existing strengths and optimizing opportunities.
Recommended adaptation strategies include utilizing farmers' skills and
information for adaptive cropping patterns, food diversification, ecotourism
development, water source optimization, climate adaptation training, and land
rehabilitation.
Kata Kunci : Livelihood Vulnerability Index (LVI), Lombok Timur, perubahan iklim, SDGs, strategi adaptasi