Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Lumbung Mataraman melalui Asset-based Community Development (Studi Kasus: Lumbung Mataraman di Kalurahan Bendung, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunung Kidul)
FAIZAH LAYLA ROHMAH, Matahari Farransahat, S.E., M.HEP.
2024 | Skripsi | ILMU SOSIATRI
Peningkatan kemandirian
pangan di suatu daerah merupakan upaya dalam menghadapi masalah kelangkaan
pangan. Dengan memanfaatkan potensi pertanian yang ada, kemandirian pangan dan
kesejahteraan masyarakat setempat dapat tercapai. Pemanfaatan sumber daya lokal
juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini terkait dengan upaya masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dengan sumber daya yang ada. Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam pemberdayaan adalah Asset-based
Community Development (ABCD). Contoh nyata dari implementasi konsep ini
adalah pengelolaan Lumbung Mataraman di Kalurahan Bendung, Kapanewon Semin,
yang menjadi contoh sukses dalam mengembangkan potensi dengan memanfaatkan aset
lokal. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pemberdayaan masyarakat di
Lumbung Mataraman Kalurahan Bendung dapat membuat masyarakat menjadi lebih
mandiri. Sejak awal pengembangannya, Lumbung Mataraman, Kalurahan Bendung,
telah mendapat perhatian dan dukungan yang luas dari berbagai pihak, dan bahkan
meraih penghargaan di tingkat daerah dan nasional. Hal ini diharapkan dapat
menjadi inspirasi bagi instansi, desa-desa dan wilayah lainnya.
Dalam penelitian ini,
metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, di mana
data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan
dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menganalisis
data, dilakukan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Keabsahan
data diverifikasi melalui triangulasi. Hasil penelitian pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan Lumbung Mataraman di Kalurahan Bendung melalui pendekatan Asset-Based
Community Development (ABCD) menunjukkan hasil yang signifikan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pendekatan ABCD, yang berfokus pada
pemanfaatan dan pengembangan aset lokal, baik itu sosial, manusia,
infrastruktur, institusi, keuangan, spiritual, kultural, maupun alam, telah
berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Sebelum adanya program
Lumbung Mataraman, Kalurahan Bendung menghadapi berbagai tantangan yang
mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi, dan ekologi. Tingkat kemiskinan cukup
tinggi karena mayoritas penduduk menggantungkan mata pencaharian pada sektor
pertanian yang kurang produktif. Selain itu, praktik peminjaman uang dengan
bunga tinggi (bank plecit) dan infrastruktur pertanian yang minim semakin
memperparah keadaan. Setelah adanya program Lumbung Mataraman, dampak positif
yang signifikan mulai dirasakan. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat
meningkat berkat peningkatan produktivitas pertanian dan fasilitas penyimpanan
hasil panen yang lebih baik. Aset yang optimal dalam pengelolaan Lumbung
Mataraman adalah aset sosial, di mana program ini memperkuat ikatan komunitas
melalui semangat gotong royong dan kerjasama. Selain itu, program ini mendorong
praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, menjaga kesehatan
tanah, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Secara keseluruhan,
Lumbung Mataraman telah membawa perubahan positif yang signifikan di Kalurahan
Bendung, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, memperkuat kohesi sosial, dan
menjaga keseimbangan ekologi.
Increasing food
independence in an area is an effort to face the problem of food scarcity. By
utilizing existing agricultural potential, food independence and welfare of
local communities can be achieved. Utilizing local resources is also one way to
improve community welfare. This is related to community efforts to increase
their ability to meet needs and overcome problems with existing resources. One
approach used in empowerment is Asset-based Community Development (ABCD). A
concrete example of the implementation of this concept is the management of
Lumbung Mataraman in Bendung District, Kapanewon Semin, which is a successful
example of developing potential by utilizing local assets. This research
focuses on how community empowerment in Lumbung Mataraman, Bendung District can
make the community more independent. Since the beginning of its development,
Lumbung Mataraman, Bendung District, has received extensive attention and
support from various parties, and even won awards at regional and national
levels. It is hoped that this can be an inspiration for agencies, villages and
other areas.
In this research, the
method used is qualitative with a case study approach, where data is collected
through observation, interviews and documentation. Informants were selected
using purposive sampling techniques. To analyze the data, data reduction, data
presentation and data verification were carried out. The validity of the data
was verified through triangulation. The results of research on community
empowerment in the management of Lumbung Mataraman in Bendung District using
the Asset-Based Community Development (ABCD) approach show significant results
in various aspects of community life. The ABCD approach, which focuses on the
utilization and development of local assets, be they social, human,
infrastructure, institutional, financial, spiritual, cultural and natural, has
succeeded in improving the welfare of society as a whole.
Before the Lumbung
Mataraman program existed, Bendung District faced various challenges that
affected social, economic and ecological conditions. The poverty level is quite
high because the majority of the population depends on the less productive
agricultural sector for their livelihoods. Apart from that, the practice of
borrowing money at high interest rates (bank plecit) and minimal agricultural
infrastructure further worsen the situation. After the Lumbung Mataraman
program was implemented, a significant positive impact began to be felt.
Economically, people's income has increased thanks to increased agricultural
productivity and better harvest storage facilities. The optimal asset in
managing Lumbung Mataraman is a social asset, where this program strengthens
community ties through a spirit of mutual cooperation and cooperation. In
addition, this program encourages sustainable and environmentally friendly
agricultural practices, maintains soil health, and reduces negative impacts on
the environment. Overall, Lumbung Mataraman has brought significant positive
changes to Bendung District, improving economic prosperity, strengthening
social cohesion, and maintaining ecological balance.
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Aset, Lumbung Mataraman