Analisis Potensi Ketersediaan Dan Kualitas Nutrien Bahan Pakan Lokal Penyusun Konsentrat Untuk Sapi Potong Di Indonesia
Thoriqul Irfah Al Huda, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng; Ir. Andriyani Astuti, S.Pt., M.Sc., PhD., IPM., ASEAN Eng
2024 | Tesis | S2 Ilmu Peternakan
Konsumsi daging sapi nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat. Konsumsi daging sapi tahun 2021 mencapai 2,56 kg/kapita/tahun atau 696 juta kg, setara dengan pemotongan sapi 3,976 juta ekor/tahun. Industri feedlot berkembang pesat dalam penggemukan sapi potong, Potensi bahan baku pakan lokal yang ada di Indonesia kiranya perlu diinventarisir secara lebih kualitatif untuk mendukung program pemerintah pengembangan ternak sapi potong khususnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahan baku pakan lokal dan kualitasnya untuk pakan ternak sapi potong di feedlot di Indonesia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah database data jenis bahan baku pakan dan kualitasnya dari feedlot selama sepuluh tahun terakhir serta data hasil kuesioner supplier, feedlot dan feed mill. Metode yang digunakan adalah metode survei, wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan potensi bahan baku pakan lokal dan kualitas. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan nilai nutrien dengan harga. Hasil penelitian ini adalah bahan baku pakan lokal pada sapi potong di Indonesia yang potensial sebagai pakan dilihat berdasarkan database dari penggolongan kualitas kimia ada delapan dikategorikan dalam tiga sumber. Bahan baku sumber serat yang terbanyak dengan lima bahan baku yaitu onggok (SK 22%), bungkil sawit (SK 22,1%), kulit kopi (SK 38%), kulit cokelat (SK 20%), dan tongkol jagung (SK 37,7%). Bahan baku sumber energi ada dua yaitu gaplek (TDN 84,2%) dan bran pollard (TDN 66,6%). Bahan baku sumber protein yaitu bungkil kopra (PK 22,4%). Uji kualitas yang umum dilakukan untuk bahan baku adalah uji fisik yang utama bau, warna dan tekstur sedangkan uji kualitas kimia adalah analisis proksimat. Berdasarkan jumlah ketersediaanya potensi bahan baku sumber serat yang paling potensial adalah onggok dan bungkil sawit. Sumber energi adalah gaplek dan bran pollard serta bahan baku sumber protein adalah bungkil kelapa. Faktor utama pemilihan jenis bahan baku dilihat dari reratanya yaitu harga (32,6%), ketersediaan (26,8%), dan kualitas (18,1%). Harga bahan baku tertinggi adalah bungkil kopra, harga terendah adalah tongkol jagung. Bran pollard merupakan bahan baku dengan harga paling fluktatif, tongkol jagung relatif stabil. Bahan baku yang paling berpotensi berdasarakan ketersediaan dan kandungan nutriennya adalah onggok, bungkil sawit, bungkil kopra, bran pollard dan gaplek. Model persamaan regresi antara harga dengan nilai SK berdasarkan penelitian adalah signifikan (P<0>
The national beef consumption in Indonesia is increasing annually. In 2021 beef consumption reached 2.56 kg/head/year or 696 million kilograms nationwide, equivalent to 3.98 million cattle slaughtered/year. As the feedlot industry is growing rapidly. The potential of local feedstuffs in Indonesia needs to be quantitatively inventoried to support government programs for developing local cattle farmers. This study aimed to determine the potential and quality of local feedstuffs for beef cattle in Indonesia. The materials used in this research were feedstuff types and qualities obtained from feedlots over the past ten years and the data from questionnaires from suppliers, feedlots, and feed mills. The methods used included surveys, interviews, and questionnaires. Primary and secondary data were collected in this research. Descriptive analysis was used to describe the potential and quality of local feedstuff. Regression analysis was used to describe the relationship between nutritional value and price. The results of this study are local feed raw materials in beef cattle in Indonesia that have potential as feed seen based on a database of chemical quality classification there are eight categorized into three sources. The most fiber source raw materials with five raw materials are onggok (CF 22%), palm kernel meal (CF 22,1%), coffee husk (CF 38%), cacao husk (CF 20%), and corn cob (CF 37,7%). There are two energy sources: cassava chips (TDN 84,2%) and bran pollard (TDN 66,6%). The protein source is copra meal (CP 22,4%). Proximate analysis is the chemical quality test, and the primary physical tests of odor, color, and texture are frequently performed for raw materials. Based on the amount of availability, the most potential fiber source raw materials are onggok and palm kernel meal. Energy sources are cassava and bran pollard and protein source raw materials are copra meal. The main factors in the selection of the type of raw material are price (32,6%), availability (26,8%) and quality (18,1%). The highest raw material price is copra meal and the lowest price is corn cob. Bran pollard is the raw material with the most fluctuating price, while corn cob is relatively stable. The most potential raw materials based on availability and nutrient content are onggok, palm kernel meal, copra meal, bran pollard, and cassava chips. Regression equation model between price and CF value based on the research is significant (P<0>
Kata Kunci : Indonesia, Kualitas, Pakan, Potensi Bahan Lokal, Sapi Potong