Dinamika Budidaya Udang di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
Mesrika Yanti Solin, Dr. Susilo Budi Priyono, S.Pi., M.Si ; Indah Istiqomah, S.Pi., M.Si., Ph.D
2024 | Tesis | S2 ILMU PERIKANAN
Kabupaten Bantul merupakan salah satu sentra budidaya udang di Indonesia. Kegiatan budidaya telah berkembang sejak tahun 2000 dengan memanfaatkan lahan pasir pesisir sebagai tambak udang dan air tanah sebagai sumber air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika perkembangan tambak udang di wilayah pesisir Kabupaten Bantul dalam kurun waktu 2000-2020, mengetahui dinamika perkembangan produksi, kualitas air tanah dan penyakit, serta merumuskan strategi pengembangan budidaya udang yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Data dinamika tambak udang diperoleh dari citra Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI, serta analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data dinamika produksi, kualitas air tanah, dan penyakit diperoleh dari perusahaan swasta PT Indokor Bangun Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara ke petambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tambak udang mengalami peningkatan dari 6,33 ha pada tahun 2000 menjadi 91,68 ha pada tahun 2020. Kinerja produksi udang di PT Indokor Bangun Desa mengalami penurunan, hal ini ditandai dengan penurunan produktivitas dari 20,52 ton/ha menjadi 6,53 ton/ha, penurunan sintasan (survival rate) dari 82,9% menjadi 71,0%, serta peningkatan nisbah konversi pakan (feed convertion ratio) dari 1,35 menjadi 1,79. Fenomena penurunan kinerja produksi ini berhubungan dengan kecenderungan penurunan kualitas air tanah dan munculnya kasus penyakit dengan tingkat kematian udang yang tinggi di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan rekomendasi dalam upaya pengembangan budidaya udang di wilayah pesisir Kabupaten Bantul agar berkelanjutan, meliputi : penataan luas area tambak di wilayah pesisir Kabupaten Bantul yang sesuai dengan daya dukung tidak melebihi 33 ha. Pengelolaan air tanah sebagai sumber air tambak dilakukan agar sesuai baku mutu air untuk budidaya udang vaname. Padat tebar udang yang optimal sebesar 110 ekor/m2 yang sesuai daya dukung tambak, pengelolaan pakan dengan FCR yang rendah, manajemen kesehatan udang untuk mengatasi masalah penyakit, dan pengelolaan air buangan tambak di bawah batas ambang.
The district of Bantul is one of the shrimp farming centers in Indonesia. The cultivation activities have been developing since 2000 by utilizing coastal sandy land as shrimp ponds and groundwater as a water source. This research aims to determine the dynamics of shrimp pond development in the coastal area of Bantul District during the period of 2000-2020, understand the dynamics of production development, groundwater quality, and diseases, and formulate sustainable shrimp cultivation development strategies for the future. The dynamics of shrimp pond data were obtained from Landsat 5 TM and Landsat 8 OLI images, as well as spatial analysis using Geographic Information Systems (GIS). Production dynamics, groundwater quality, and disease data were obtained from the private company PT Indokor Bangun Desa, the Department of Marine Affairs and Fisheries of the Special Region of Yogyakarta, direct field observations, and interviews with shrimp farmers.The research results show that the area of shrimp ponds has increased from 6.33 hectares in 2000 to 91.68 hectares in 2020. The production performance of shrimp at PT Indokor Bangun Desa has declined, indicated by a decrease in productivity from 20.52 tons/ha to 6.53 tons/ha, a decrease in survival rate from 82.9% to 71.0%, and an increase in feed conversion ratio from 1.35 to 1.79. The phenomenon of declining production performance is related to the tendency of decreasing groundwater quality and the emergence of disease cases with a high shrimp mortality rate in the area. Based on the research results, recommendations for the development of shrimp cultivation in the coastal area of Bantul District to be sustainable include: arranging the area of shrimp ponds in the coastal area of Bantul District in accordance with the carrying capacity not exceeding 33 hectares, managing groundwater as a water source for shrimp ponds to meet the water quality standards for vannamei shrimp cultivation, applying optimal stocking density of 110 shrimp/m2 according to pond carrying capacity, managing feed with low FCR, shrimp health management to address disease problems, and managing shrimp pond wastewater below the threshold.
Kata Kunci : air tanah, kualitas air, penyakit, produktivitas, tambak udang