Ciri-ciri antropometris dan kapasitas vital penduduk di dataran tinggi Samigaluh dan dataran rendah Galur Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta
HASTUTI, Janatin, Prof.Dr.dr. T. Jacob, MS.,MD,D.Sc
2004 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran DasarManusia memerlukan adaptasi terhadap lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Lingkungan dataran tinggi mempunyai kondisi yang berbeda dengan lingkungan dataran rendah, sehingga manusia perlu beradaptasi yang mempengaruhi ciri-ciri antropometris dan kapasitas vital penduduk yang tinggal di kedua lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ciri-ciri antropometris dan kapasitas vital penduduk di dataran tinggi dan dataran rendah, serta untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada kedua populasi tersebut. Penelitian dilakukan terhadap 1275 orang yang terdiri atas 618 orang penduduk Samigaluh (dataran tinggi) dan 657 orang penduduk Galur (dataran rendah), keduanya termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian dibedakan atas laki-laki dan perempuan serta dibagi dalam kelompok umur 20-30, 31-40, 41-50 dan 51-60 tahun. Pengukuran dilakukan terhadap ciri-ciri antropometris yang meliputi: berat dan tinggi badan; lingkaran lengan atas, kepala dan betis; serta tebal lipatan kulit triceps, infrascapula, suprailiaca dan betis. Beberapa indeks dihitung, meliputi indeks Livi, dada, lingkaran dada, skelik, kaki, dan nares. Dilakukan juga pengukuran kapasitas vital dan penghitungan indeksnya. Analisis statistis yang digunakan adalah uji Anova 3 jalan untuk mengetahui signifikansi pengaruh interaksi antara variabel tempat tinggal, jenis kelamin dan umur. Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan ukuran dan indeks badan penduduk pada jenis kelamin dan kelompok umur sama. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan distribusi kategori indeks-indeks pada kedua populasi. Uji regresi ganda dilakukan untuk mengetahui kontribusi variabel tempat tinggal, jenis kelamin dan umur terhadap ukuran-ukuran badan dan kapasitas vital. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: pada ukuran-ukuran berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas, tebal lipatan kulit triceps, infrascapula, suprailiaca dan betis, dan indeks hidung penduduk Samigaluh lebih kecil secara signifikan (p<0,05) daripada penduduk Galur, sedang indeks dada, kaki dan nares penduduk Samigaluh lebih besar secara signifikan daripada penduduk Galur. Ukuran kapasitas vital dan indeks kapasitas vital kedua penduduk tidak berbeda signifikan (p<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: penduduk di dataran tinggi Samigaluh beradaptasi terhadap lingkungannya dengan memiliki berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, tebal lipatan kulit triceps, infrascapula, suprailiaca dan betis, dan indeks hidung lebih kecil daripada penduduk Galur, serta memiliki dada sedang dan kaki lebar, sementara penduduk di dataran rendah Galur beradaptasi terhadap lingkungannya dengan memiliki indeks dada, kaki dan nares lebih kecil daripada penduduk Samigaluh, serta memiliki dada datar dan kaki sedang. Kapasitas vital paru-paru penduduk di dataran tinggi Samigaluh tidak berbeda dengan penduduk di dataran rendah Galur.
Human beings must adapt to their environment for their survival. The condition of high-altitude environment is different from that of the low-one. Therefore, they differed in adaptation which affected the anthropometrical characteristics and vital capacity of people living there. The purposes of this research are to investigate the anthropometrical characteristics and the vital capacity of people living in high- and low-altitude and to find wether there are significant differences between them. Investigation was conducted in 1275 people which consist of 618 people living in Samigaluh (high-altitude) and 657 people living in Galur (low-altitude). These two districts are located in Kulon Progo Regency in Daerah Istimewa Yogyakarta Province. The samples were classified by sex and were divided into 4 age groups i.e. 20-30, 31-40, 41-50 and 51-60 years old. The anthropometrical characteristics measured are weight; stature; upper arm, head and calf circumferences; and skinfolds thickness of triceps, infrascapular, suprailiac and calf. The indices calculated are Livi’s, chest, chest circumference, skelic, foot, nose, nares index. The physiological characteristics were observed by measuring the vital capacity and its index. Statistical analysis of three-way Anova was used to determine the effects of altitude, sex and age groups to the measurements. The student t-test analysis was used to compare mean values of all measurements between Samigaluh and Galur people in the same sex and age group. Mann-Whitney test was conducted to indicate the differences distribution of the indices category. Multiple regression analysis was used to determine the contribution of altitude, sex and age groups to the measurements. The results showed that weight, stature, upper arm circumference, triceps, infrascapular, suprailiac and calf skinfolds and nose index were significantly smaller in Samigaluh people. In contrast, chest, foot and nares index were significantly greater in the same population. Vital capacity and its index of the both populations were not significantly different . It is concluded that people living in Samigaluh high-altitude adapt to their environment by having weight, stature, upper arm circumference, triceps, infrascapular, suprailiac and calf skinfold and nose index smaller than those of Galur low-altitude.They also have medium chest and broad foot. Otherwise, people living in Galur low-altitude adapt to their environment by having chest, foot and nares index smaller than those of Samigaluh high-altitude. They also have flat chest and medium foot. The vital capacity of people living in Samigaluh high-altitude was not significantly different from those of Galur low-altitude..
Kata Kunci : Anatomi,Antropometris,Adaptasi Lingkungan,Kapasitas Vital Penduduk, anthropometrical characteristics, vital capacity, high- and low-altitude