Lapas Kelas IIA Bogor dengan Pendekatan Arsitektur Humanis
Gemma Febriany, Prof. Dr.Ing. Ir. Eugenius Pradipto, Wisnu Agung Hardiansyah S.Ars M.Arch
2024 | Skripsi | ARSITEKTUR
Kelebihan kapasitas pada Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu masalah yang tidak kunjung selesai. Laju pertumbuhan penghuni lapas tidak seiring dengan peningkatan jumlah lapas dan kapasitas Lapas. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA yang terdapat di provinsi Jawa Barat menjadi salah satu UPT atau Unit Pelaksanaan Teknis Pemasyarakatan dengan jumlah kelebihan kapasitas melebihi 75%. Menurut Toolkit Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Infrastruktur Pemasyarakatan, Lapas Kelas IIA Bogor masuk ke dalam kategori prioritas I dan dibutuhkan pembangunan lapas baru untuk menyanggah over kapasitas. Pendekatan arsitektur humanis untuk memenuhi kebutuhan manusia menurut teori Maslow dipilih sebagai dasar pertimbangan desain Lapas Bogor.
Overcapacity in correctional institutions is one of the unresolved problems. The growth rate of prison occupants is not proportional to the increase in prison capacity. Lapas Kelas IIA Bogor, located in West Java province, is one of the UPT or Correctional Technical Implementation Units with an overcapacity of more than 75%. According to Toolkit Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Infrastruktur, Lapas Kelas IIA Bogor are included in the priority category I, and the construction of new prisons is needed to address overcapacity. Based on Maslow's theory, the humanist architectural approach to meet human needs was chosen as the basis for design considerations for the Bogor Correctional Institution.
Kata Kunci : lembaga pemasyarakatan, kelebihan kapasitas, arsitektur humanis