KOMPOSISI DAN TINGKAT PARASITASI PARASITOID LALAT BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) PADA AUGMENTARIUM DI LAHAN SALAK (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) KECAMATAN TURI, KABUPATEN SLEMAN
Fahmi Mega Narendra, Dr. Suputa, S.P., M.P.
2024 | Skripsi | ILMU HAMA & PENYAKIT TUMBUHAN
Salak (Salacca zalacca) merupakan komoditas hortikultura bernilai
tinggi di Kabupaten Sleman, namun menghadapi tantangan akibat serangan lalat
buah (Bactrocera spp.). Salah satu cara pengendalian lalat buah adalah
dengan mengkonservasi parasitoid dengan penggunaan augmentarium. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan tingkat parasitasi
parasitoid, serta mengetahui adanya perbedaan tingkat parasitasi dan faktor
lingkungan di tiga lahan yang disebabkan oleh perbedaan sertifikasi GAP (good agricultural practices)
dan melakukan sanitasi lahan salak. Penelitian
ini dilakukan pada 16 Oktober hingga 27
November 2022 (42 hari) di kebun
salak milik petani yang tergabung dalam Paguyuban Mitra
Turindo, Kec.
Turi, Kab. Sleman, DIY. Penelitian ini dilakukan
dengan mengisi tabung augmentarium dengan 50 buah salak menunjukkan gejala serangan lalat buah yang didapatkan pada lahan. Terdapat 3 buah tabung
augmentarium yang masing-masing diletakan pada tiga tipe lahan yaitu, lahan A
yang tersertifikasi GAP dan melakukan sanitasi, lahan B tersertifikasi GAP dan
tidak melakukan sanitasi, dan lahan C tidak tersertifikasi GAP dan tidak
melakukan sanitasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen faktorial
untuk membandingkan komposisi dan tingkat parasitasi pada tiga lahan pertanian
(A, B, C). Faktor pertama adalah kondisi sanitasi dan tidak sanitasi, sementara
faktor kedua adalah sertifikasi GAP dan
tidak GAP. Spesimen parasitoid yang terkumpul menjalani proses
identifikasi. Secara bersamaan, parameter lingkungan seperti suhu, kelembapan,
dan intensitas cahaya dicatat. Uji statistik deskriptif dan ANOVA digunakan
untuk analisis data. Hasil penelitian
ini menunjulkan spesies parasitoid yang memiliki jumlah populasi dan
komposisi tertinggi pada seluruh lahan adalah Fopius arisanus diikuti
dengan Spalangia sp., Doryctobracon sp., dan Utetes sp.
yang terendah. Lahan Pengamatan yang memiliki populasi dan parasitasi
parasitoid tertinggi hingga ke terendah adalah lahan A, lahan B, dan lahan C.
Penelitian ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam populasi
parasitoid dan lalat buah pada lahan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di
luar faktor lingkungan (suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya).
Snake fruit (Salacca zalacca) is a high-value horticultural
commodity in Sleman Regency, but faces challenges due to fruit fly (Bactrocera
spp.) attacks. One way to control fruit flies is by conserving parasitoids with
the use of augmentarium. The purpose of this study was to determine the
composition and parasitation rate of parasitoids, as well as to determine the
differences in parasitation rates and environmental factors in three fields
caused by differences in GAP (good agricultural practices) certification and
sanitizing salak fields. This study was conducted from October 16 to November
27, 2022 (42 days) in salak fields owned by farmers who are members of the
Mitra Turindo Association, Turi District, Sleman Regency, Yogyakarta Special
Region. The study was conducted by filling augmentarium tubes with 50 salak
fruits showing symptoms of fruit fly infestation found in the field. There were
3 augmentarium tubes, each of which was placed on three types of land, namely,
land A which is GAP certified and sanitized, land B which is GAP certified and
does not sanitize, and land C which is not GAP certified and does not sanitize.
This study used a factorial experimental method to compare the composition and
parasitation levels on three farms (A, B, C). The first factor was sanitary and non-sanitary
conditions, while the second factor was GAP and non-GAP certification. The
collected parasitoid specimens underwent an identification process.
Simultaneously, environmental parameters such as temperature, humidity, and
light intensity were recorded. Descriptive statistical tests and ANOVA were
used for data analysis. The results of
this study showed that the parasitoid species with the highest population and composition
in all fields was Fopius arisanus followed by Spalangia sp., Doryctobracon
sp., and Utetes sp. with the lowest. The observation fields that had the
highest parasitoid population and parasitation to the lowest were field A,
field B, and field C. This study shows that there are significant differences
in parasitoid and fruit fly populations on land influenced by factors other
than environmental factors (temperature, humidity, and light intensity).
Kata Kunci : salak, augmentarium, parasitoid, tingkat parasitasi, faktor lingkungan.