DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT DAN PENGELOLAAN KASUS TUBERKULOSIS: SCOPING REVIEW
HANNY DWI SETIOWATI, Dr. dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA
2024 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar Belakang: Pada akhir Desember 2019, muncul virus corona yang sebelumnya tidak teridentifikasi, saat ini dikenal sebagai SARS-CoV-2, di Wuhan, Tiongkok. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO secara resmi menamai penyakit ini sebagai Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Penularan dari orang ke orang dapat terjadi melalui droplet atau kontak langsung, dan jika tidak ada pengendalian infeksi yang ketat atau kurangnya alat pelindung diri yang memadai, risiko penularan akan meningkat (Wu, Chen, dan Chan, 2020a). Penegakkan diagnosis TB RO seringkali melibatkan beberapa sekuel pemeriksaan di fasilitas kesehatan, dan pandemi COVID-19 telah menyebabkan tantangan serius dalam menjalankan proses ini. Penurunan akses ke fasilitas kesehatan akibat pandemi telah menjadi kendala utama dalam penegakkan diagnosis TB, terutama TB RO. Prioritas kesehatan yang bergeser dan pengalihan sumber daya untuk menangani kasus COVID-19 membuat fasilitas kesehatan kesulitan memberikan perawatan dan pemeriksaan TB RO dengan efektif. Pasien TB RO atau terduga TB RO mungkin enggan datang ke fasilitas kesehatan karena takut tertular virus corona selama proses pemeriksaan di rumah sakit atau klinik. Selain itu, pembatasan pergerakan yang diberlakukan telah mengurangi mobilitas pasien, menyulitkan akses ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan. Hal ini menyebabkan penurunan kesadaran akan pentingnya kepatuhan berobat dan pengelolaan kasus TB RO dengan komprehensif. Penurunan kepatuhan berobat TB RO dan pengelolaan kasus yang terhambat dapat menyebabkan peningkatan risiko penyebaran TB, meningkatkan beban kesehatan masyarakat, dan bahkan menyebabkan peningkatan jumlah kematian akibat TB.
Tujuan : Berdasarkan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk melakukan scoping review guna menyelidiki dampak COVID-19 terhadap kepatuhan berobat dan pengelolaan kasus tuberculosis.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan scoping review untuk menentukan pengaruh COVID-19 terhadap kepatuhan berobat dan pengelolaan kasus tuberkulosis. Penelitian ini akan berlangsung di Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada saat telah mendapatkan ethical clearance. Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri jurnal dari berbagai database atau perpustakaan digital. Studi sebelumnya yang relevan dengan scoping review ini dikumpulkan melalui pencarian di database online yaitu PubMed, ProQuest, dan Scopus. Selanjutnya, studi yang relevan dipilih berdasarkan relevansinya dengan pertanyaan penelitian ini.
Hasil : Penelitian menunjukkan pemanfaatan Ma-MAS dalam meningkatkan kepatuhan berobat pasien TB selama masa pandemi COVID-19. Mereka menunjukkan bahwa Ma-MAS secara signifikan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan TBC sebesar 15,25% (95% CI = 5,38-25,12; P = 0,0065) setelah delapan minggu intervensi dibandingkan dengan perawatan standar saja pada kelompok kontrol. Pada akhir masa tindak lanjut 8 minggu, prediksi kemungkinan kepatuhan pengobatan TBC pada kelompok Ma-MAS adalah 86?n pada kelompok kontrol adalah 70%. Ma-MAS juga meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan TBC sebesar 15,30% (95% CI = 6,68-23,90; P = 0,0022) setelah empat minggu intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Sahile et al., 2023). Penelitian di Ethiopia menunjukkan bahwa gejala penyakit yang berat dan permasalahan sosial merupakan alasan mereka meningkatkan kepatuhan. Faktor pribadi dan sosial, masalah keuangan, kurangnya kesadaran tentang TB dan transportasi merupakan alasan yang menghambat kepatuhan terhadap rujukan (Milkias et al., 2023). Mereka menunjukkan bahwa Penurunan kepatuhan pada tahun 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan pemanfaatan layanan kesehatan secara umum pada bulan-bulan awal pandemi Covid-19 di Ethiopia (Shuka et al., 2022). Penelitian di India yang dilakukan oleh Orooj, dkk (2022), dimana mereka menunjukkan hubungan antara penurunan kepatuhan minum obat terhadap pandemi COVID-19. Penelitian lain yang dilakukan untuk melihat faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan diabetes mellitus (DM) menunjukkan bahwa usia 19-45 tahun, ketidakmampuan dalam menjalani pemeriksaan selama pandemi COVID-19, tidak mengalami COVID-19, dan mendapatkan vaksinasi ganda terhadap COVID-19 (Jaya et al., 2022).
Penelitian lain menunjukkan bahwa proporsi ketidakpatuhan terhadap pengobatan sebesar 5,3%. Faktor seperti penyakit kronis, depresi, kurangnya pengetahuan tentang cara penularan penyakit dan bahwa pengobatan dapat dihentikan setelah gejalanya mereda, konsumsi alkohol, dan kesulitan mengakses obat-obatan ditemukan menjadi faktor penentu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan anti-tuberkulosis dalam penelitian kami tergolong rendah, namun berbagai dimensi kepatuhan serta faktor-faktor terkait lockdown mempunyai dampak yang signifikan terhadap hal tersebut (Maroof et al., 2022).
Kesimpulan : COVID-19 memberikan dampak terhadap kepatuhan berobat, baik secara internal terkait pasien karena rasa takut, kurangnya dukungan keluarga, maupun pengetahuan terkait pentingnya kepatuhan berobat. Adapun faktor eksternal yang dikaitkan dengan kepatuhan ini adalah pembatasan akses berobat yang disebabkan oleh lock down. Pemakaian Tele-Health seperti menggunakan aplikasi chat dan SMS efektif dalam meningkatkan pelayanan, baik untuk diagnosis, kontrol, pengobatan, bahkan pelaporan TB
Kata Kunci : (tuberculosis OR TB) AND (adherence OR compliance OR impact OR change OR telemedicine OR resilience OR healthcare system) AND (management) AND (COVID-19 OR SARS-CoV-2)
Background: In late December 2019, a previously unidentified coronavirus, currently known as SARS-CoV-2, emerged in Wuhan, China. On February 11, 2020, WHO officially named this disease as Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Person-to-person transmission can occur through droplets or direct contact, and if there is no strict infection control or lack of adequate personal protective equipment, the risk of transmission will increase (Wu, Chen, and Chan, 2020a). Establishing a TB RO diagnosis often involves several follow-up examinations at health facilities, and the COVID-19 pandemic has created serious challenges in carrying out this process. Decreased access to health facilities due to the pandemic has become a major obstacle in diagnosing TB, especially RO TB. Shifting health priorities and diversion of resources to handle COVID-19 cases make it difficult for health facilities to provide effective RO TB treatment and examination. TB RO patients or suspected TB RO may be reluctant to come to health facilities for fear of contracting the corona virus during the examination process at the hospital or clinic. In addition, the imposed movement restrictions have reduced patient mobility, making it difficult to access health facilities for examination and treatment. This causes a decrease in awareness of the importance of treatment compliance and comprehensive TB RO case management. Decreased compliance with RO TB treatment and hampered case management can increase the risk of TB spread, increase the public health burden, and even cause an increase in the number of deaths due to TB.
Objective: Based on this background, this study aims to conduct a scoping review to investigate the impact of COVID-19 on treatment compliance and management of tuberculosis cases.
Method: This research is descriptive research using
scoping review approach to determine the influence of COVID-19 on treatment adherence and management of tuberculosis cases. This research will take place at the Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Gadjah Mada University, Yogyakarta when it has received ethical clearance. This research was carried out by searching journals from various databases or digital libraries. Previous studies relevant to this scoping review were collected through searches in online databases, namely PubMed, ProQuest, and Scopus. Next, relevant studies were selected based on their relevance to this research question.
Results: Research shows the use of Ma-MAS in increasing TB patient treatment compliance during the COVID-19 pandemic. They showed that Ma-MAS significantly improved adherence to TB treatment by 15.25% (95% CI = 5.38-25.12; P = 0.0065) after eight weeks of intervention compared with standard care alone in the control group. At the end of the 8-week follow-up period, the predicted probability of TB treatment adherence in the Ma-MAS group was 86% and in the control group was 70%. Ma-MAS also increased adherence to TB treatment by 15.30% (95% CI = 6.68-23.90; P = 0.0022) after four weeks of intervention compared to the control group (Sahile et al., 2023). Research in Ethiopia shows that serious disease symptoms and social problems are the reasons for increasing compliance. Personal and social factors, financial problems, lack of awareness about TB and transportation are reasons that hinder compliance with referrals (Milkias et al., 2023). They pointed out that the decline in compliance in 2020 compared to previous years was likely due to a general decline in healthcare utilization in the early months of the Covid-19 pandemic in Ethiopia (Shuka et al., 2022). Research in India was conducted by Orooj, et al (2022), where they showed a relationship between decreased medication adherence and the COVID-19 pandemic. Another study conducted to look at the factors that influence patient compliance in treating diabetes mellitus (DM) showed that age 19-45 years, inability to undergo examinations during the COVID-19 pandemic, not experiencing COVID-19, and receiving double vaccination against COVID-19 (Jaya et al., 2022). Other research shows that the proportion of non-adherence to treatment is 5.3%. Factors such as chronic illness, depression, lack of knowledge about how the disease is transmitted and that treatment can be stopped once symptoms subside, alcohol consumption, and difficulty accessing medications were found to be determinants of non-adherence to treatment. Non-adherence to anti-tuberculosis treatment in our study was low, but various dimensions of adherence and lockdown-related factors had a significant impact on this (Maroof et al., 2022).
Conclusion: COVID-19 has an impact on treatment compliance, both internally regarding patients due to fear, lack of family support, and knowledge regarding the importance of treatment compliance. The external factors associated with this compliance are restrictions on access to treatment caused by lock down. The use of Tele-Health, such as using chat and SMS applications, is effective in improving services, both for diagnosis, control, treatment and even TB reporting.
Kata Kunci : (tuberculosis OR TB) AND (adherence OR compliance OR impact OR change OR telemedicine OR resilience OR healthcare system) AND (management) AND (COVID-19 OR SARS-CoV-2)