Posisi dan peranan Warok pada Masyarakat Ponorogo :: Studi kasus di Desa Kauman
DIGDOYO, Eko, Prof.Dr. Hari Poerwanto
2004 | Tesis | S2 AntropologiTujuan penelitian ini adalah untuk memahami posisi dan peranan Warok di masyarakat. Dipilihnya Desa Kauman, Kecamatan Kauman Ponorogo sebagai lokasi penelitian, wilayah ini adalah diduga kuat oleh masyarakat memiliki latar belakang sejarah pemerintahan Ponorogo dan terdapat kelompok seni Reog Pujonggo Anom dan Jayeng Katong. Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah struktural fungsional. Secara bersamaan B. Malinowski maupun Radclliffe-Brown menjelaskan bahwa seluruh totalitas kebudayaan memiliki fungsi tertentu yang sangat penting, sehingga terbentuk struktur.Teori fungsional tersebut selanjutnya di pertajam lagi oleh Spiro yang mengajukan konsep fungsi manifes dan fungsi laten (sadar dan tidak sadar). Masalah-masalah dinamika sosial, konflik sosial, kekuasaan, dan kepentingan mengacu dari konsep L. A. Cosser dan G. Simmel. Menurut para tokoh tersebut, konflik sosial tidak selalu berdimensi negatif, akan tetapi juga berdimensi positif karena mampu mengintegrasikan dan merubah budaya masyarakat. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik observasi dan wawancara mendalam dengan para informan pokok (key informan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Warok tidak bisa dipisahkan dengan adanya seni Reog. Reog dan Warok adalah salah satu simbol budaya yang dimiliki oleh masyarakat Ponorogo. Warok adalah orang yang mampu (mumpuni) dari segala tindakan maupun kebijakannya terutama untuk masyarakat, maka dari itu posisi dan peranan Warok berbeda dengan warokan, dan marok. Kedudukan (status) Warok adalah sebagai penanggung jawab kelompok seni Reog, di samping itu juga sebagai tokoh, sesepuh, dan pemimpin di masyarakat. Warok memiliki jiwa kesatria, kharisma, dan watak kepemimpinan yang disegani dan perlu ditauladani. Oleh karena itu, peranan Warok (role) tidak berbeda jauh dengan tokoh-tokoh lain di masyarakat, seperti; Kepala Desa, guru, ulama atau kyai, maupun para tokoh lainnya. Sebagai tokoh seni Reog, Warok berperan sebagai tontonan, dan sebagai tokoh masyarakat Warok adalah pemberi tuntunan (guru), ikut menentukan tatanan atau aturan, dan menerima tuntutan (kritik positif) dari anggota masyarakat, sehingga Warok sangat berperan penting di masyarakat dalam rangka menentukan arah pembangunan daerah. Di samping itu, peranan (role) Warok di masyarakat adalah memberikan sumbangan, baik berupa tenaga maupun pemikiran, termasuk pemikiran spiritual. Beberapa peranan Warok di masyarakat dewasa ini adalah meliputi beberapa bidang kehidupan, yaitu; bidang seni dan budaya, organisasi sosial kemasyarakatan, ekonomi, religi, dan politik. Melalui pembinaan Pemerintah Daerah Ponorogo, Warok berhasil membentuk organisasi INTI (Insan Taqwa Ilahi). Organisasi tersebut menunjukkan bahwa Warok saat ini berbeda dengan Warok masa lalu. Jadi posisi dan peranan Warok saat ini menunjukkan banyak perubahan, baik segala tindakan maupun perilaku budaya yaitu melalui pembinaan agama (religi) dan ilmu pengetahuan (pendidikan).
The aim of this study is to understand the position and the role of Warok in the community. The study located at Kauman village, sub district of Kauman, Ponorogo. The peoples of the community strongly suspected that this village has length government history background and in this village there was an art organization namely Pujonggo Anom and Jayeng Katong. The theoretical foundation used in this study was structural functional theory. B. Mallinowski and Radcliffe-Brown explained that the totality of culture have very important function, that formed a structure. Later it extent a critical point by Spiro who propose the concept of manifest function and the latent function (consciously and unconsciously). The social dynamics, the social conflicts, the power, and the significant explained by L.A. Cosser and G. Simmel ‘s concept. According to both of them, social conflict no always in negative dimension but also in positive dimension, because it was able to integrate and change the community culture. Data of this study collected by observation technique and indepth interview technique with several key informant. The results of this study showed that the existence of Warok can not be separated with the Reog Art. Reog and Warok are the culture symbol of Ponorogo community. Warok was the man who has an ability (mumpuni) to act wisely for the importance of community. That is, his position and role was different with warokan and marok. The ultimate status of Warok was as the responsible person of Reog Art Organization, beside that he was also as figure, sesepuh, and the leader of community. Warok characters are charismatic, nobleman, has respected attitude, and set an example for the community. The role of Warok was not different with the chief of village, teachers, ulama, and kyai. As the leader of Reog Art Organization, Warok ruled as the entertaiment, and as leader of community he ruled as the guide (teacher), he also determinated the rules and the norms of the community, acquired the claims (constructive critics) from the community. So that,Warok had significant role to determinate the development direction. Beside it, the role of Warok was to contribute to the community, by power or ideas, including spiritual taught. The role of Warok currently at several life aspects, like: art and culture aspects, social community organization, economic, religion, and politic. By the construction of Ponorogo District Government, Warok formes an organization, namely INTI (Insan Takwa Ilahi). The existence of the organization showes that Warok at the present different with it at the past. The position and the rule of Warok showed some changes at the side of cultural behavior and action. It caused by religious construction and sciences (education).
Kata Kunci : Antropologi Sosial,Warok, Position, role, and change