Popularitas langgam Jawa dalam Campursari :: Kajian historis dan musikologis
SISWANTO, Drs. Triyono Bramantyo, M.Mus.Ed.,Ph.D
2004 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaSalah satu budaya hasil karya cipta generasi terdahulu bangsa Indonesia yang bercikal bakal dari bangsa Portugis dari abad XV dan yang masih bertahan kelestariannya hingga sekarang bahkan berkembang baik adalah musik keroncong. Namun karena kehidupan musik etnis di masing-masing daerah juga cukup kuat, maka wajarlah kalau pertumbuhan musik keroncong mendapat pengaruh gaya musik etnis tersebut, baik dari segi pembawaan lagu maupun permainan instrumen musiknya, sehingga timbullah gaya musik keroncong baru yang disebut Langgam Jawa. Menurut pengamatan tokoh keroncong bemama Koesbini gejala semacam ini terjadi pada tahun 1924 yaitu dengan munculnya lagu 'Kembang Kacang'. Kemudian di tahun 1960 hingga 1970 popularitas langgam Jawa mulai menguat dan beijaya dengan hadimya karya-karya Andjar Any dan penyanyi Waldjinah dari Solo bersama grupnya yang bemama Orkes Keroncong Bintang Surakarta. Namun sayang di dekade berikutnya popularitasnya makin lama makin melemah dan hampir menghilang karena tertelan oleh kehidupan musik gaya lain. Lalu beberapa tahun kemudian popularitas langgam Jawa menguat kembali di akhir abad ke 20 ini bersamaan dengan munculnya musik campursari yang dipelopori oleh Manthous dari Gunung Kidul yang kebetulan materi utama sajian lagu-lagunya berupa langgam Jawa, baik itu ciptaan sendiri maupun orang lain. Di sini Manthous hadir tidak hanya sebagai pimpinan saja melainkan sebagai pencipta lagu sekaligus penyanyi. Sebagai penyanyi, Manthous tidak berkarier sendiri akan tetapi bersama Sunyahni. Dalam album-albumnya yang paling menarik adalah menguatnya kembali popularitas sang pelopor langgam Jawa dekade 1960-1970 yaitu Andjar Any dan Waldjinah; Andjar Any sebagai pencipta dan Waldjinah sebagai penyanyi senior yang kualitas suaranya masih bertahan dan masih memiliki nilai jual yang tinggi.
The keroncong music that is developing from time to time was one of the cultural results of the creation of our ancestors who adapted and practise Portuguese music in XVI century. However that local music has been developing therefore it can be sugested that the keroncong music has been influenced by that local music or local ethnic, both from its interpretation and of its instrument playing, and therefore resulted the style of new keroncong music so called langgam Jawa. According to Koesbini, one of keroncong music composer, he described that the phenomenon was happened in 1924 by the popularity of a song known as "Kembang Kacang'' than in 1960 to 1970 the popularitas of langgam Jawa has became stronger and more stronger with the precencce of the works by Andjar Any and the singer reknown as Waldjinah from Solo and her group Orkes Keroncong Bintang Surakarta but however in a decade later its popularity has been weaker and weaker and almouss disappear coused by another genre's popularities. A few years later the popularity of langgam Jawa resolve with the existens of campursari who was introduce by manthous from Gunung Kidul who make up the langgam Jawa as his material in composing. He was not only the leader but also the composer and the singer of his group. As a singer he was not alone but together with Sunyahni. In his album performed the rebom of the popularity of individuals who were responsable for the popularity of langgam Jawa that were Andjar Any and Waldjinah, Andjar Any as composer and Waldjinah as senior singer still appreciable and highly marketable.
Kata Kunci : Seni Musik,Langgam Jawa,Campursari