Kelayakan Usaha Tani Kopi Robusta di Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo
Dani Irfan Nugroho, Ir. Any Suryantini, M.M.,Ph.D.;Asih Kusumaningsih, S.P.,M.Sc.
2024 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)
Saat ini peluang usaha tani kopi cukup menjanjikan. Kulon Progo menjadi salah satu destinasi kopi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, adanya penerapan pertanian organik menyebabkan produktivitas kopi yang masih rendah. Produktivitas yang rendah tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani sehingga perlu untuk ditelaah lebih lanjut mengenai kelayakan finansialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kelayakan finansial usaha tani kopi robusta dan (2) sensitivitas usaha tani kopi robusta di Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Sejumlah 30 petani kopi robusta diperoleh dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) usaha tani kopi robusta layak untuk dijalankan dengan mempunyai nilai NPV sebesar Rp86.885.318,29; Net B/C sebesar 5,13; IRR sebesar 32,91%; payback period 5 tahun 7 hari untuk metode budidaya polikultur dan NPV sebesar Rp41.821.744,40; Net B/C sebesar 3,26; IRR sebesar 23,03%; payback period 6 tahun 7 bulan 18 hari untuk metode budidaya secara monokultur; (2) usaha tani kopi robusta secara polikultur dan monokultur di Kapanewon Samigaluh tetap layak jika terjadi perubahan harga jual, penurunan produksi dan kenaikan biaya operasional. Hasil switching value menunjukan bahwa kenaikan biaya operasional yang menyebabkan usaha tani kopi robusta menjadi tidak layak adalah 47,97% pada monokultur dan 86,62% pada polikultur. Penurunan harga jual atau penurunan produksi kopi yang menyebabkan usaha tani kopi menjadi tidak layak adalah 32,43% pada monokultur dan 69,83% pada polikultur.
Currently, the prospects for coffee farming are quite promising. Kulon Progo has become one of the coffee destinations in the Special Region of Yogyakarta. However, the implementation of organic farming has resulted in low coffee productivity. Low productivity will inevitably affect farmers' income, so it is necessary to further examine its financial feasibility. This study aims to determine (1) the financial feasibility of robusta coffee farming and (2) the sensitivity of robusta coffee farming in the Samigaluh Sub-district of Kulon Progo Regency. The research location was determined using purposive sampling method. A total of 30 robusta coffee farmers were obtained using purposive sampling method. The results of the study indicate that (1) robusta coffee farming is feasible with an NPV value of Rp86,885,318.29; Net B/C of 5.13; IRR of 32.91%, and a payback period of 5 years and 7 days for polyculture cultivation method, and NPV of Rp41,821,744.40; Net B/C of 3.26; IRR of 23.03%, and a payback period of 6 years, 7 months, and 18 days for monoculture cultivation method; (2) robusta coffee farming, whether in polyculture or monoculture in the Samigaluh Sub-district, remains feasible if there are changes in selling price, production decrease, and operational cost increase. The switching value results show that the increase in operational costs that make robusta coffee farming unfeasible is 47.97% in monoculture and 86.62% in polyculture. A decrease in selling price or a decrease in coffee production that makes robusta coffee farming unfeasible is 32.43% in monoculture and 69.83% in polyculture.
Kata Kunci : kopi robusta, pertanian organik, kelayakan finansial, sensitivitas, switching value