Candlelight Movement 2016-17 dan Konsolidasi Demokrasi Korea Selatan

ALEXANDRA SONYA ARMINTA, Dr. Diah Kusumaningrum, S.IP., M.A.

2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Candlelight Movement 2016-17 menandai titik penting dalam evolusi demokrasi negara ini, menantang rezim non-demokratis Park Geun-hye melalui protes yang meluas. Penelitian ini mengeksplorasi dampak gerakan tersebut terhadap konsolidasi demokrasi dan transisi rezim berikutnya. Dengan merujuk pada literatur yang ada, penelitian ini mengkaji bagaimana elemen-elemen trifecta perlawanan nirkekerasan—kekompakan, perencanaan, dan disiplin nirkekerasan—berkontribusi pada kemampuan gerakan untuk mencapai tujuannya. Di samping itu, penelitian ini menganalisis peran pemilihan umum presiden berikutnya sebagai mekanisme breakthrough dalam transisi demokratis Korea Selatan. Temuan menegaskan peran penting perlawanan nirkekerasan dalam menantang rezim otoriter dan membentuk hasil demokratis. Selain itu, pemilihan umum muncul sebagai faktor kritis dalam menciptakan kondisi yang mendukung konsolidasi demokrasi karena melibatkan tiga faktor kunci yang menggambarkan transisi yang lebih kooperatif yang lebih mungkin berakhir dalam demokrasi: balance of power yang menguntungkan, aktor yang tepat mengambil inisiatif, dan tingkat institusionalisasi. Dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya perlawanan nirkekerasan dan mekanisme breakthrough, penelitian ini memberikan kontribusi pada perdebatan akademis dalam bidang nirkekerasan dan demokratisasi serta menawarkan wawasan bagi pembuat kebijakan dan aktivis yang ingin mempromosikan tata kelola demokratis.

The Candlelight Movement of 2016-17 in South Korea marked a crucial juncture in the nation's democratic evolution, challenging the non-democratic regime of Park Geun-hye through widespread protests. This research explores the movement's impact on democratic consolidation and subsequent regime transition. Building upon existing literature, it examines how the elements of the trifecta of nonviolent resistance—unity, planning, and nonviolent discipline—contributed to the movement's ability to achieve its objectives. Furthermore, it analyzes the role of the subsequent presidential election as a breakthrough mechanism in South Korea's democratic transition. Findings underscore the pivotal role of nonviolent resistance in challenging authoritarian regimes and shaping democratic outcomes. Moreover, the election emerges as a critical factor in fostering conditions conducive to democratic consolidation because it incorporates three critical factors that characterize a more cooperative transition that will be more likely to end in democracy: a favorable balance of power, the right actor taking initiative, and a degree of institutionalization. By shedding light on the importance of nonviolent resistance and breakthrough mechanisms, the study contributes to academic debates within the field of nonviolence and democratization and offers insights for policymakers and activists seeking to promote democratic governance.

Kata Kunci : Candlelight Movement 2016-17, Korea Selatan, Park Geun-hye, Aksi Nirkekerasan, Demokrasi, Trifecta Perlawanan Nirkekerasan, Mekanisme Breakthrough