Peran Kraton Kasultanan Yogyakarta dalam pengembangan musik barat di Yogyakarta
KAESTRI, Veronica Yoni, Prof.Dr. I Made Bandem, MA
2004 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaFokus dalam penelitian ini adalah untuk melihat peran Kraton Kasultanan Yogyakarta dalam pengembangan musik Barat di Yogyakarta, yang dìungkap melalui metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan multi-disiplin (Etnomusikologis). Musik Barat hadir di kraton Yogyakarta pada saat pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I yang mengawali pemerintahannya pada tahun 1755. Kehadiran musik Barat di kraton tìdak bìsa lepas darì kehadìran bangsa Belanda di Yogyakarta. Hal ìnì menyebabkan bahwa pengaruh budaya Barat secara tidak langsung masuk ke dalam kraton. Adanya acara pesta dansa, upacara militer, dan masuknya musik Barat dapat dipandang sebagai pengaruh budaya Barat yang diterima di kraton Yogyakarta. Beberapa ìnstrumen diatonis seperti: trompet, trombon, saxophone, dan lain- lainnya mulai digunakan untuk mengiringi tarian Bedaya, Beksan Lawung, dan Srimpi. Pada perkembangan selanjutnya instrumen barat digunakan untuk satuan musik prajurit dan korps musik. Sebelum musik Barat hadir, musik pengiring di kraton hanya menggunakan ìnstrumen gamelan saja. Masuknya musik Barat ke dalam kraton merupakan suatu hal yang unik terhadap perkembangan musikal di kraton, pengolahannya dilakukan dengan menggabungkan instrumen diatonis (Barat) dengan instrumen gamelan. Di samping itu, terdapat juga kelompok musik yang murni memainkan musik Barat yaitu korps musik. Pada waktu itu, korps musik beranggotakan abdi dalem Musikan dan orang Barat. Lagu lagu yang dimainkan oleh korps musik adalah repertoar atau komposisi-komposisi Barat seperti: Wilhelmus (lagu kebangsaan Belanda), De Carmen karya G. Bizet, dan lain sebagainya. Kelompok musik tersebut adalah berbentuk ansambel, kwartet, orkes, dan lain sebagainya. Masuknya musik Barat di kraton menjadikan kegiatan bermusik di dalam maupun di luar tembok kraton lebih maju. Adanya hambatan akibat faktor ekonomi, menyebabkan korps musik di kraton tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini menyebabkan munculnya kelompok-kelompok musik kecil hidup di luar kraton,
Focus in this research is to see the role of Kraton Kasultanan Yogyakarta in West music development in Yogyakarta, expressed through research method qualitative by using approach of multìdìscìplìne (Ethnomusìcology). West Music attend in kraton Yogyakarta at the time of governmance Sri Sultan Hamengkubuwono I, the year 1755. Attendance of West music in kraton can’t get out of attendance of Dutch nation in Yogyakarta. This Matter cause that the Western civilization influence indirectly come to kraton. Existence of prom event, military ceremony, and entry of West music can be viewed as accepted by Western civilization influence in kraton Yogyakarta. Some diatonic instrument like: trumpet, trombone, saxophone, and others put into use to accompanment Bedaya dance, Beksan Lawung, and Srìmpì. At growth here ìn after West instrument used to set of the military music and the music corps. Before West music attend, attendant music in kraton only using just gamelan. The entry of West music in kraton represent an unique matter to musical growth in kraton, its processing is done by joining diatonic instrument with gamelan instrument. Despitefully, there are also pure music group play West music that is music corps. By then, music korps have member to Abdi Dalem Musikan and westerner. Songs played by music corps is West compositions or repertoar like: Wilhelmus (Dutch national anthem) , “De Carmen†masterpiece G. Bizet, and the others. The music group is in form of quartet ensemble, orchestra, and others. The entry of West music in kraton make music activity in arid also outside of kraton wall more go forward. Existence of resistance effect of the economic factor, causing music corps in indefensible kraton again. This matter cause small music group appearance of life outside kraton, one of them is Radio Republic of Indonesia Yogyakarta music group, recognized by the name of Orchestra Radio Yogyakarta. The growth of the West music the more progressively, when in 1952 Indonesian government found Indonesian conservatory in Yogyakarta, followed it Academy Music Indonesia in 1960. Of music in this context, all of the kraton musicians actifity are also assist to teach the education of music. Besides of the education formal like is
Kata Kunci : Musik Barat,Peranan Kraton,Kasultanan Yogyakarta