PERAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KESEJAHTERAAN KARYAWAN GENERASI Z DENGAN WORK-LIFE BALANCE SEBAGAI MODERATOR
ALIKA ASY SYAFFA AISYAH, Wahyu Jati Anggoro, S.Psi., M.A.
2024 | Skripsi | PSIKOLOGI
Generasi Z sudah mulai memasuki dunia kerja dan memahami kebutuhan dari generasi yang berbeda dari generasi sebelumnya perlu diperhatikan oleh organisasi. Generasi Z menganggap kesejahteraan dan juga work-life balance sebagai satu komponen penting yang harus diberikan perhatian dalam membangun budaya organisasi yang dapat mengakomodasi hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran budaya organisasi terhadap kesejahteraan karyawan generasi Z dengan work-life balance sebagai moderator. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pengujian Simple Regression Analysis dan Moderated Regression Analysis (MRA). Alat ukur yang digunakan yaitu skala The Competing Values Culture Assessment (CVA), skala Employee Well Being, dan skala Work-Life Balance. Hasil analisis moderasi dari penelitian ini yang melibatkan 43 partisipan menunjukkan bahwa interaksi antara budaya organisasi dengan work-life balance tidak memiliki peran dalam memprediksi kesejahteraan karyawan.
Generation Z has begun to enter the workplace and organizations need to pay attention to the needs of this generation that differ from the previous generation. Generation Z considers well-being and work-life balance as important components that must be given attention in building an accommodating organizational culture. This research aims to determine the role of organizational culture on the well-being of Generation Z employees with a work-life balance as the moderator. The methods used in this research are quantitative using Simple Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The measurement tools used are the Competing Values Culture Assessment (CVA) scale, the Employee Well Being scale, and the Work-Life Balance scale. The Results of the moderation analysis from this research involving 43 participants show the interaction between organizational culture and work-life balance doesn’t have a role in predicting employee well-being.
Kata Kunci : Agensi Kreatif, Budaya Organisasi, Kesejahteraan Karyawan, Work-Life Balance